Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Naftali [9]

7 Oktober 2022   22:51 Diperbarui: 7 Oktober 2022   22:53 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Pasti kantornya di gedung-gedung tinggi di Jakarta ya, Kak? Kalau nggak gimana bisa libur ke Singapur? Wah, hebat. Kakak sudah punya laki atau pacar?"

Selagi aku masih bingung menjawab, si gadis mendahului, "Jangan-jangan yang di Singapur itu pacarnya ya, Kak? Aduh, senang ketemu pacar. Kalau pacar itu kira-kira sudah pasti jadi laki nggak, Kak? Tidak apa-apalah hidup satu rumah toh nanti akan jadi suami juga. Orang apa, Kak, pacarnya? Wah, pasti orang kaya juga, ya? Aduh, sebenarnya sayah juga kepingin punya pacar. Kawin, punya anak, ngurus rumah. Sayah bosan hidup kayak gini terus."

"Ya sudah, kamu cari pacar!" serbuku cepat.

"Cece sayah yang kurang ajar, Kak. Katanya tetek sayah kecil. Terlalu kecil. Mana ada laki yang suka. Emang laki lebih suka tetek besar ya, Kak? Kalau punya sayah hanya sebesar ini, gimana? Ah, laki emang banyak maunya ya, Kak. Cece bilang, kalau mau punya tetek besar, musti makan banyak. Sayah orangnya emang susah makan, Kak. Nggak suka makan. Kalau bisa sayah nggak usah makan seharian. Nah, kalau lagi bulan puasa, sayah ikutan puasa. Bisa lebih tiga puluh hari. Bisa empat puluh hari."

"Wah, hebat! Memangnya nggak lemes puasa terus?"

"Nggak. Malah kalau sayah dipaksa makan, sayah sakit. Melilitlah, pusinglah. Begitu. Kalau Cece sayah sebaliknya. Dia doyan banget makan. Bisa empat kali dia orang makan sehari. Belum lagi ngemil. Lemak di perutnya sampai keluar-keluar kalo pake celana jins. Jijik sayah! Kalau babi panggang banyak lemaknya enak, tapi  kalau lemak pinggang ... hihiiii.  Eh, maaf, Kakak Islam, ya? Maaf ya, Kak. Terus, Kak, tetek Cece ukuran jumbo. Tapi kenceng karena sering dimasker pake jamu-jamuan. Kalau dia lagi pakai masker, duduk deh di lantai kamar, merokok sambil telanjang dada. Dua teteknya ditutupi ramuan, kadang-kadang warnanya cokelat tua, kadang-kadang hitam, mirip pepaya mengkal. Cece punya badan kayak Mama, sekel. Kalau sayah, mirip Papa, kecil, kerempeng.  Kata Cece, laki suka perempuan yang banyak lemaknya. Iya juga, sih. Buktinya Papa sayah yang kerempeng suka sama Mama yang sekel. Hahaha. Empuk-empuk, ya. Ah, sayah sih masa bodo. Punya laki kalau bikin susah, sayah ndak mau, ah. Sudah susah hidup, ditambahin ngurusin laki, enggaklah. Mending nggak punya laki. Kalau dia orangnya rajin, tekun, baru boleh. Nah, itu, Kak, kita sudah mau sampai. Tuh, Pulau Sentosa sudah kelihatan. Wah, maaf ya, dari tadi sayah ngomong terus. Bosen dengerin sayah ngomong, ya, Kak?" tanyanya dengan wajah tak berdosa. 

Aku tersenyum. 

"Kapan Kakak merit dengan pacar Kakak?" tanya si gadis.

Aku tersenyum. Bagaimana gadis itu bertanya segala sesuatu yang sulit kujawab? Padahal semuanya pertanyaan sederhana. Pertanyaannya melebihi pertanyaan profesor di ruang sidang master.

"Ah, Kakak ini. Terus-terusan tersenyum. Memang susah jawabnya ya, Kak?" tanyanya membaca pikiranku.

Feri merapat di dermaga. Semua penumpang menggeliat, memeriksa kelengkapan barang masing-masing sambil memandang ke luar jendela. Meski kapal masih bergerak, orang-orang sudah mengantre di pintu keluar. Aku meluruskan badan. Hati-hati di Singapur ya, Kak, bisik si gadis. Aku mengangguk dan berkata yang sama kepadanya, dan menambahkan, jangan lupa makan banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun