Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup di Dunia Maya yang Nyata

13 September 2022   11:24 Diperbarui: 13 September 2022   11:29 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seminggu dua tiga kali saya jalan pagi. Rute berganti-ganti. Belakangan rute saya adalah rumah ke arah Soposurung, melewati Sekolah Yasop, menurun ke hutan kecil yang suasananya hening, cuma suara belalang, lalu ladang jagung lalu ke arah jalan tol yang di desa Sianipar Sihail-hail, belok kiri ke rumah sakit HKBP. Sampai di sini artinya sudah satu jam saya berjalan. Kalau capek, saya naik becak pulang. Atau nongkrong di kedai mana saja, untuk sarapan.  


Kemarin saya bertemu sesama pejalan kaki. Ia seorang gadis usia di akhir dua puluhan. Namanya katakanlah Bulan. Ia sudah dua bulan tinggal di Balige, baru putus cinta di Medan. Di kedua telinganya kabel earphone nyambung ke tas kecil yang diselempangkan di bahu. Dari sebuah jarak saya bisa melihat bulu matanya lentik dan subur. Apa sebab pacarnya tak lagi terpesona dua mata yang bersinar itu?


"Oh, kakak penulis? Kakak tulislah cerita aku ini." Suaranya bening. Saya berpikir lagi, apa sebab pacarnya tak lagi terpesona suara beningnya?


Tanpa persetujuan dia mulai bercerita tentang dirinya. Saya mendengarkan saja.  


Tiba di Balige dua bulan lalu di rumah sahabatnya, pegawai negeri sipil yang tak punya waktu banyak mendengarkan tangisannya. Di sana, ia menginstall satu aplikasi jodoh, namanya: hai-yo (semoga telinga saya benar).


Dia mendaftar dengan nama dan nomor kontak yang benar. Admin aplikasi mensyaratkan itu. Ia mendapat nomor identitas sebagai anggota. Tapi tampil di publik, namanya berbeda.  


Pertama ia melihat-lihat situasi. Kenal satu dua orang. Belajar dari tiga empat orang. Ia mulai bertanya-tanya kepada mereka, permainan di aplikasi itu.


Orang baru akan ketahuan dari status, belum punya apa-apa. Anggota senior ada yang berstatus sultan, yang ditandai dengan jumlah diamond yang dimiliki, rumah, mobil, dll.


Tiap anggota punya fasilitas room, tuan rumah disebut host. Host bisa bikin acara di room-nya dan mengundang anggota untuk--menyanyi, ngobrol, dll. Orang-orang akan datang ke room orang lain dengan bermobil, bermotor, dll, sesuai statusnya. Makin menarik obrolan di satu room, host akan online makin lama dan mendapat poin. Bila tamu suka dengan percakapan, host akan mendapat hadiah diamond dari tamu.


Awalnya, Bulan menghabiskan waktu 1-2 jam sehari. Seiring dengan jam terbang, sekarang ia menghabiskan 12 jam sehari online.


"Dua belas jam?" tanya saya.


Karena obrolannya disukai, dia punya banyak diamond yang bila ditukar di dunia nyata akan bernilai sekian ratus ribu dan uang itu masuk ke nomor rekening banknya.


"Uang betulan?" tanya saya.


"Ya iya, dong. Masak bohong," jawab Bulan.


Anggota di aplikasi itu dapat melakukan topup Rp1-2 juta untuk di statusnya. Pembayaran bisa dengan kartu kredit, OVO, DANA, dsb. Di dalam aplikasi tersedia permainan judi. Anggota boleh bermain, kadang kalah kalah menang. Anggota dengan modal Rp1 juta bisa menjadi kaya kalau terus menang. Ada juga anggota dengan modal Rp10juta kalah main judi dan uangnya sisa beberapa ribu.


"Di aplikasi ini orang bisa punya pacar juga, Kak. Pacar dunia maya. Aku sekarang punya pacar dunia maya, namanya Daniel. Aku sudah v-call. Dia ganteng, dari Yogya. Kita bisa juga serobot pacar orang, jadi pelakor, dll. Persis di dunia nyata."


Saya mendengarkan.


Bulan mengaku, karena dia sering diminta advis dan advisnya bermanfaat, teman-teman dunia maya mengangkatnya menjadi konsultan. Sebagai konsultan, dia menerima jam-jam konsultasi dan anggota yang berkonsultasi dengannya akan membayar dengan diamond. Diamond-diamond itu bila telah banyak terkumpul dia bisa tukar dengan uang. Uang nyata.


Dari sekian banyak yang berkonsultasi, ada seorang kawan yang ngebet ngobrol dengan dia, seorang kepala BRI di satu kota di NTT. Orang itu punya pacar di dunia maya dan pacar itu sekarang sedang berusaha meninggalkannya untuk seorang yang lain, yang juga di dunia maya. Perempuan itu tidak ingin kehilangan pacar dunia mayanya, melakukan segala macam cara untuk menahannya. Dia mengusulkan kepala BRI itu untuk melakukan satu dua tiga. Dari konsultasi itu dia sekarang sudah punya banyak uang.


"Lumayan, Kak. Saya sudah cairkan uang hasil saya memberi advis-advis. Buat bayar makan enak selama di Balige. Dan saya sudah lupa pacar saya. Hahaha."


Saya tidak tahu bagaimana memberi komentar soal ini kecuali saya merasa jauh tertinggal. Di dunia maya.

Is/13/09/22

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun