Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arman yang Berdiri Kokoh di Depan Pusara Mak

9 Desember 2020   15:07 Diperbarui: 9 Desember 2020   15:11 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Armand masih berdiri kaku di depan pusara Mak. Tidak ada gerak pada tubuhnya. Tubuh kekar sang Jawara. Kalaupun ada perubahan di situ, hanya pada wajah itu yang berubah. Tepatnya pada kelopak mata Armand.

Entah itu air mata yang jatuh dari pelipis matanya, lalu membasahi wajah kerasnya, atau itu rintik rinai hujan yang membasahi rambut gondrong Arman. Lalu, mengalir pada kening, terus ke bawah ke kelopak mata dan membasahi pipi sang jagoan tak terkalahkan itu.

Rasanya tak mungkin seorang jawara tak terkalahkan harus menangis di depan pusara Mak. Amat terasa lebay, membayangkan hal itu terjadi pada sang Jawara bernama Armand.

Namun, apa yang tidak mungkin di atas dunia ini? Apalagi jika dihubungkan dengan soal cinta dan rasa yang terjadi pada anak manusia. Antara Armand dengan Mak. Antara seorang anak dengan Ibu nya.

Armand yang dikenal jagoan tak terkalahkan, yang bahkan seekor Harimau Sumatra merasa jerih dan takut bila berdekatan dengan Armand. Memiliki sifat yang tidak pernah diketahui oleh siapapun. Kecuali, oleh Mak.

Armand amat sayang pada Mak.

Sayang yang Armand berikan pada Mak, sayang yang demikian besar. Hingga saking besarnya, tak meninggalkan sisa, barang sedikitpun untuk yang lain.

Itulah sebabnya, Armand dikenal sebagai raja tega, raja dari dunia gelap yang melakukan kejahatan tanpa belas kasih sedikit pun. Karena kasih dan belas itu, telah dia habiskan hanya untuk Mak.

Sejak jam sebelas dua puluh tiga menit malam, Armand mengunjungi makam Mak. Karena pada jam segitulah pusara Mak, benar-benar sepi. Sehingga tidak ada kemungkinan orang berziarah pada jam-jam segitu.

Apalagi, kini, bulan Desember. Bulan yang tiap hari ditandai oleh turunnya hujan. Mereka yang dikenal sebagai orang-orang baik, tentu sudah berada di balik selimutnya, berlindung dari dinginnya malam. Karena datangnya hujan.

Kondisi begitu, menjadi berkah bagi Armand. Sehingga dia akan bebas berlama-lama bersimpuh pada pusara Mak, tanpa kuatir di sergap oleh pihak berwajib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun