Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Gema

18 Mei 2020   05:47 Diperbarui: 18 Mei 2020   05:46 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gema menghasilkan suara,  sama persis dengan suara asalnya. Ketika kita mengeluarkan suara "saya". Maka, gema akan bersuara saya. Suara asal mengatakan  "indah".  Maka, gema akan  bersuara indah.  "saya sukses" gema akan menghasilkan suara saya sukses.

Pada point inilah, gema mulai memasuki filosofi kehidupan.  Bahwa, sesungguhnya, apa yang terjadi pada kita, apa yang kita alami saat ini. Sesungguhnya adalah pantulan dari apa yang kita katakan. Apakah itu dikatakan secara verbal dengan suara, atau dalam hati atau juga dengan pikiran.

Suara dengan mulut, suara hati dan suara  pikiran, prinsipnya sama. Hanya berbeda dalam kekuatan daya pantul saja.  

Kemampuan dengar manusia hanya sampai 90 dB. Namun, pada kondisi demikian, manusia sudah tersiksa. Kondisi nyaman yang dianjurkan 55  dB.

Namun, suara pikiran. Memiliki kekuatan yang tak terhingga.  Apa yang kita pikirkan dan yakini. Itulah yang akan terjadi pada kita.  Itu sebabnya, orang yang berpikir tentang hal-hal besar akan memperoleh sesuatu yang besar pula.

Untuk memperoleh gema dari pikiran besar itu, sesuai ilmu fisika. Dibutuhkan jarak  yang cukup besar (pada suara 16,2 m).  Jika tidak, maka output yang diperoleh bukan gema. Melainkan gaung.  (dalam ilmu fisika, gaung berarti suara yang tidak jelas)

Itu artinya, diperlukan  perpindahan, dari ruang sempit ke ruang yang lebih luas. Hijrah dari kebodohan ke "pintar".  Hijrah dari "tidak mungkin"  menjadi  "mungkin".

Hentikan semua pikiran negative, karena sesungguhnya hal negative yang dipirkan itu, akan berbalik pada diri sendiri.  Hentikan berpikir tentang jeleknya orang, karena sesaat setelah pikiran itu. Maka, kau dapati,  dirimu sendiri yang jelek. Hentikan berpikir kecil. Karena, sesaat setelah itu, kau akan tetap akan kecil selamanya.

Gema kan hal yang besar. Karena, setelah itu, kau akan dapati, diri mu tanpa kau sadari menjadi besar sendiri.

Gema kan kau akan sukses puasa. Bukan hanya hingga ketika adzan Maghrib berkumandang.  Melainkan, suksesmu akan terbebas dari api Neraka dan memperoleh syurga Nya Allah. Maka, pada jeda selanjutnya, kau akan menjalankan taraweh dengan khusuk, menghabiskan malam dengan tadarus Qur'an serta mengerjakan  ibadah-ibadah sunah lainnya.  

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun