Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Play Boy Bodrex

9 Desember 2017   19:17 Diperbarui: 9 Desember 2017   20:32 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selalu saja ada kata tidak sepakat diantara kita dalam menilai suatu hal, apapun itu, bagi sebagian orang aneh. Namun, untuk sebagian yang lain, justru kondisi begitu, kondisi yang ideal. Memang seharusnya begitu.  Tak aneh.

Misalnya keanehan tentang soal cinta. Bagaimana Hendra yang sudah berumah tangga mendekati seperempat abad itu, selalu saja disibukkan dengan cinta, cinta pada orang yang sama, cinta yang menyita hari-harinya untuk berbuat yang terbaik untuk orang yang dicintai. Cinta itu, pada istrinya,  Ratih.

Meski, tentunya ada cinta-cinta yang lain. Namun, semua itu, tak sebesar cinta pada Ratih. Cinta pada pekerjaan, pada karya-karya seni yang dia geluti serta cinta para fans pada beberapa even pameran yang Hendra gelar.

Ada rasa selalu kurang sempurna dalam mempersembahkan cinta pada Ratih, ada asa untuk berbuat lebih dan lebih pada setiap hari, pada setiap waktu. Pencarian inovasi inilah yang kadang membuat letih jiwa Hendra. Meski, harus diakui juga, dari inovasi-inovasi itu, ketika dituangkan dalam kanvas, tak jarang melahirkan karya-karya monumental lukisannya. Kok bisa? Mungkin jawabnya, karena ada rasa cinta pada Ratih yang terwakili dalam proses pembuatan lukisan-lukisan itu. Mabuk dalam nuansa cinta pada Ratih, menghasilkan sesuatu yang kadang Hendra pun tak menyangka begitu sempurna. Seakan lukisan itu, refresentasi dari cinta pada Ratih yang berwujud lukisan. Entahlah...!!

******

"Pokoknya Abang gak boleh pergi dulu" kata Ratih, isterinya pagi itu.

"Kenapa sayang?" jawab Hendra berlagak pilon, seakan tak tahu perubahan pada warna wajahnya.

"Abang harus jelaskan semuanya..?!"

"Iya...Abang akan jelaskan. Tapi, tentang apa?"

"Tentang perselingkuhan Abang..."

"Lho... kok nuduhnya sadis begitu? Indikasinya apa Abang selingkuh" tany Hendra lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun