Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Biaya Sosial, Buah Kerja Ahok?

8 Mei 2016   02:56 Diperbarui: 8 Mei 2016   03:00 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muammar Khadafi lahir di Surt, Tripolitania, 7 Juni 1942. Di dalam tenda Badui, ditengah padang pasir. Besar dalam angin  Padang Pasir yang keras. Suasana dunia yang sedang bergolak saat itu, terserap habis dalam jagad khadafi kecil. Khadafi muda seorang penganut gelora nasionalisme Arab yang diperjuangkan pemimpin Mesir Gammal Abdul Nasser pada 1952.

Pengalaman traumatis semasa kecil seperti merasa sebagai anak terbuang, terabaikan dan terancam, meninggalkan luka pshykis yang dalam. Pengalaman traumatis semacam ini, ternyata mengakibatkan kerusakan emosi dan pshikologis yang lama dan akut

Dalam presentasinya, Dr. Nadine Burke Harris, dokter anak terkemuka dan CEO pendiri CYW (Center for Youth Wellness) San Fransisco, mendefinisikan trauma masa kecil akut, sebagai “ancaman-ancaman yang begitu parah atau meresap sehingga mereka merasuk ke dalam diri kita dan merubah fisiologis kita: hal-hal seperti pelecehan atau pengabaian, atau tumbuh dengan orangtua yang berjuang melawan penyakit mental atau ketergantungan obat-obatan”

Pusat respon takut di otak, akan menyebabkan seseorang mengambil tindakan yang beresiko tinggi manakala menghadapi tekanan

Jadi, tidaklah mengejutkan apabila korban-korban trauma masa kecil, bergulat dengan emosi-emosi amarah, kenangan-kenangan menakutkan, penyakit, dan depresi di masa dewasa.

Turunan  dari traumatik masa kecil ini, melahirkan tindakan-tindakan yang sulit untuk diterima, terutama oleh mereka yang tidak mengalaminya.

Lalu bagaimana, jika korban traumatik bukan hanya dialami oleh person-person perorangan, melainkan dalam sebuah  komunitas. Mereka  inilah yang dalam aksinya kelak dikenal dengan teroris. Mereka dalam menjalankan aksinya, bisa saja membawa agama sebagai dasar ideology, membawa nama suku, nama daerah atau yang lainnya. Tersebar hampir diseluruh belahan dunia. Terutama yang  system pemerintahannya masih memarginalkan kelompok tertentu. Apakah  itu kelompok agama, suku atau daerah.

Contoh konkret yang  dapat kita lihat seperti kelompok separatis bersenjata Spanyol di Basque, ETA. Di era delapan puluhan hingga Sembilan puluhan, ada kelompok bersenjata IRA di Irlandia, Al-Qaeda di Afhganistan. Dan yang kini hangat dibicarakan adalah kelompok Abu Sayaf di Philipina dalam kaitannya  penyanderaan terhadap WNI.

Apakah Indonesia akan memiliki kemungkinan itu? Saya berharap, jawabannya tentu saja tidak. Akan sangat mengejutkan, jika kelak, terjadi kelompok-kelompok  pembuat kerusuhan disana-sini. Setelah ditelusuri. Ternyata, mereka adalah  anak-anak yang kini mengalami trauma berat akibat penggusuran yang dilakukan Ahok di Pasar Ikan Luar Batang.

Masalahnya, bukan pada, apakah yang dilakukan Ahok itu, salah atau benar. Tetapi apakah Ahok sudah memikirkan, kemungkinan akibat yang akan terjadi, dari tindakan yang diambilnya, akan berbuah demikian.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun