Mohon tunggu...
isyesoentoro
isyesoentoro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalamanku Mengobati Kanker Payudara

4 Juni 2012   13:39 Diperbarui: 4 April 2017   17:12 30188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338816967590772043

Jenny Laloan 54 Tahun

Aku memang sudah bertekad untuk menyembuhkan kanker yang kuderita tanpa     pertolongan dokter! Aku akan menjauhi obat-obat kimia, aku menolak untuk di       kemoterapi! Biar pengobatan kulakukan dengan cara sendiri, melalui doa pada       Allah agar ia mau memberi petunjuk. Dialah dokter segala dokter.

Namaku Jenny Laloan, usiaku saat ini 54 tahun. Aku ingin sekali berbagi dengan teman-teman pengalamanku saat menghadapi penyakit yang sangat ditakuti semua orang, yaitu kanker payudara! Sedikit kuberi tahu latar belakangku, aku seorang perokok berat dan pemakan daging, ikan dan segalanya, tak ada pantangan. Termasuk keju yang sangat kusuka. Sampai suatu saat, di tahun 2000 aku tinggalkan semua kebiasaan buruk itu. Aku berhenti merokok dan berpantang daging juga keju, telur, susu dan gula putih! Aku juga tak mengerti mengapa bisa kulakukan semua tanpa ada penyebabnya. Semua itu kutinggalkan hanya karena ingin hidup sehat. Cukup.

Dua tahun setelah kutinggalkan kebiasan buruk merokok dan makan apa saja yang kumau. Kurasakan ada sesuatu yang berbada dengan tubuhku. Kulihat payudaraku membengkak besar, kulit tubuhku kok seperti kulit jeruk. Lalu setiap sore terasa seperti mau flu, mataku berair seperti mau menangis. Lalu kurasakan sakit pada puting susuku, kupikir mau mens, tapi kok sakitnya berbeda. Sampai akhirnya aku mendengar di radio Sonora, disana ada acara yang sedang membahas tentang penyakit kanker payudara. Aku sangat terkejut, karena ternyata yang diungkapkan di radio sangat tepat dengan gejala yang kurasakan. Di sana juga disebutkan bahwa jenis kanker dengan bengkak yang besar merupakan jenis kanker yang berat, ketimbang kanker payudara yang dimulai dengan benjolan kecil. Karena kanker yang dimulai dengan benjolan kecil bisa dideteksi perkembangannya, berbeda dengan jenis kanker yang tiba-tiba membengkak besar, sulit dideteksi. Tiba-tiba saja bengkak dan membesar!

Mendengar siara di Radio Sonora ini dadaku langusng berdetak kencang, aku terkena kanker berbahaya! Tubuhku lemas dan sedikit gemetar, ketakutan tentunya. Aku tak tahu harus berobat bagaimana, tetapi di hati kecilku sudah kuputuskan, aku menolak pengobatan kimia! Aku tak akan ke dokter untuk memeriksanya, karena sudah kupastikan sarannya adalah agar aku diobati, disinar dan sebagainya. Aku tak mau itu terjadi dalam diriku. Aku punya kakak ipar yang mengalami penyakit yang sama, bahkan sudah membesar seperti anggur, ngeri sekali melihatnya. Ia mengobatinya ke dokter dan dikemo, aku saksikan penderitaannya. Ah, aku tak ingin seperti dia, aku ingin dengan cara alami.

Aku berdoa pada Tuhan. Kukatakan, Tuhan aku ingin sembuh tapi tak ingin obat kimia. Tolong saya Tuhan. Jawaban saya terkabul. Suatu hari seorang teman menelpon dan menanyakan apakah benar saya terkena kanker payudara. Ketika saya jawab ya! Ia langsung menyarankan agar saya mengikuti terapi juice yang resepnya ia dapatkan dari sebuah buku yang ditulis seorang dokter, dr. Nainggolan. Teman itu lalu mengirimkan bukunya, dan semenjak saat itu saya ikuti petunjuk yang diwajibkan. Tetapi karena ingin segera sembuh saya lalukan lebih dari yang diminta. Seperti ketika diharuskan mengikuti cleansing selama sekali dalam tiga bulan, aku lakukan itu sekali dalam sebulan. Lalu jaduwal cleansing tiga hari kubuat menjadi lima hari. Semua ini kujalani karena kutahu bahwa penyakitku sudah cukup berat jadi aku harus berusaha lebih giat dan lebih keras!

Cleansing kulakukan dengan hanya minum juice pepaya & wortel selama tiga hari. Aku tak makan dan minum apa-apa selain juice itu. Lalu di hari ke empat terapi air putih, dalam sehari aku hanya minum air putih. Tak makan apa-apa selain minum air putih. Selama cleasing aku begitu tertib menjalaninya, karena aku ingin sembuh. Pada hari ke lima aku mulai mengikuti terapi juice bagi penyakit kanker sesuai petunjuk buku dr. Nainggolan. Selama tiga bulan kulakukan seperti itu, cleansing sebulan sekali lalu meminum juice resep untuk penyakit kanker. Untuk lebih rinci isi dari juice tersebut nanti saya akan berikan resepnya secara terpisah agar mudah untuk diterapkan. Tak ada nasi atau roti atau makanan lain yang kumakan, semua melulu hanyalah juice yang disarankan. Berat badanku memang turun drastis, tetapi tak seorang pun melihat wajahku kuyu seperti orang sakit, mereka justru melihat wajahku yang segar, berseri.

Ingin tahu bagaimana rasanya sakit dari penyakit kanker? Wuih...amat teramat sangat sakitnya, seperti di strum lalu di putar-putar agar kian menderita, sehingga terasa sakit hingga kelangit! Kalau mengikuti kedahsyatan sakitnya sungguh mengundang rasa putus asa. Ketika bengkaknya semakin membesar aku coba konpres dengan bubur nasi, setiap malam kulakukan, paginya kulihat handuk yang membalutnya basah berair. Setelah itu aku ganti kompres di hari berikutnya dengan parutan pare, sama juga, begitu banyak air yang tersedot keluat, membasahi handuk penutupnya. Aku berhenti mengompres ketika bengkak pada payudaraku pecah, tepatnya terbelah menyerupai dua onggok daging dengan pemandangan seperti sumur, berlubang pada bagian tengah. Ngeri sekali melihatnya, tetapi aku tak putus asa untuk terus menjalankan pengobatan melalui terapi juice. Setiap teman yang melihat luka terbelah pada payudaraku menyarankan agar aku segera ke dokter agar luka itu bisa dijahit. Aku menolak, aku memilih menjemurnya di pagi hari, tepat di bawah sinar matahari. Kujemur luka itu secara terbuka, kukenakan baju mirip baju tarzan. Bersyukur aku bisa menjemur diri di dalam rumah tanpa dilihat orang yang lalu lalang.

Setelah satu bulan berlalu luka terbelah itu merapat dengan sendirinya, kemudian berangsur mengering dan sembuh dengan sendirinya. Tertutup dan hanya menyisakan bekas luka biasa, sedikit memanjang. Aku syukuri dokterku yang ajaib, Allahku yang hebat dan dahsyat! Selain luka yang tertutup aku pun tak lagi merasakan nyeri yang teramat sangat akibat kanker payudara tersebut. Memasuki bulan keempat aku mulai makan, dalam pengertian mulai mengunyah, tak sekedar terapi juice. Meski makanan yang kukunyah adalah sayur-sayuran berupa salad. Kubuat dengan campuran bawang merah dan putih lalu diberi cabai sedikit dan perasan air jeruk. Bila ingin minyak kucampurkan dengan sedikit minyak zaitun. Itulah makanan tambahanku di bulan ke empat. Aku tetap berpantang makan nasi dan lauk pauk juga kue-kue dan lain sebagainya.

Memasuki bulan ke lima, aku mulai berani makan nasi, meski sebagai peneman nasi aku makan gado-gado, atau ketoprak. Bulan ke enam kurasakan kanker payudara itu telah lenyap dari kehidupanku. Betapa senangnya aku. Namun, aku tetap menjaga makananku dengan berpantang daging, aku hanya makan ikan, itu pun tidak berlebihan. Aku pun tetap melakukan cleansing sekali dalam tiga bulan dan banyak minum air putih. Terutama adalah berpantang gula putih! Aku memilih minum banyak air putih. Dan juga istirahat yang cukup. Pola hidup sangat berpengaruh pada kesehatan dan aku harus mempertahankan agar pola hidup yang kujalani adalah pola hidup sehat, dan ternyata tak sulit, juga tak mahal. Yang utama adalah kemauan! Hingga saat ini lebih dari sepuluh tahun kulalui kehidupan setelah menderita kanker payudara. Senang sekali mendapat kesempatan untuk merasakan hidup kembali yang hampir saja terengut dari diriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun