Mohon tunggu...
Ismail Wekke
Ismail Wekke Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kota Sorong, Papua Barat

Membaca dengan bertualang untuk belajar mencintai Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tokyo: Ibukota Asia

8 November 2012   09:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:46 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk urusan olimpiade, Jepang pertama kali di Asia yang jadi tuan rumah. Walaupun ketika tuan rumah Piala Dunia sepak bola, Korea Selatan menduduki tempat keempat. Jepang hanya sampai putaran kedua. Namun, setelah itu Jepang tetap memantapkan eksistensinya di dunia sepak bola. Connecting flight dari Asia, bahkan dari Singapura kerap melalui Jepang. Maka, Jepang sudah menjadi penghubung antara Amerika dan Asia. Perkembangan berikutnya diikuti dengan bertambah eksisnya Incheon, sebagai alternatif pilihan.

Universitas Tokyo menjadi universitas dengan rangking teratas dalam penilaian THES (Times Higher Education Suplement) yang berbasis di Inggris Raya. Padahal kelas-kelas yang dijalankan di Todai, sebutan populer Universitas Tokyo bagi orang Jepang, dalam bahasa Jepang. Bukan bahasa Inggris. Ini dapat berarti bahwa pengembangan sebuah lembaga pendidikan jika ingin berskala internasional dan mendapat pengakuan dunia, bukan dengan pengembangan bilingualisme. Perbaikan kurikulum, kompetensi dan juga kemampuan lulusan dalam hal bermasyarakat lebih dipentingkan daripada hanya sekedar mengetahui bahasa Inggris namun miskin kompetensi keilmuan.

Siang ini saya berada di salah satu universitas terkemuka Jepang, Waseda University. Universitas ini adalah universitas swasta dengan kapasitas mahasiswa sekitar 50.000 orang. Untuk matakuliah bahasa Inggris diasuh langsung oleh penutur asli. Walaupun demikian, mahasiswa Jepang kadang menyatakan diri tidak lancar berbahasa Inggris. Ini mungkin karena mereka diajar penutur asli. Selalu ingin membandingkan dirinya dengan kemampuan penutur-penutur asli tersebut. Mahasiswa masing-masing sibuk dengan urusan belajar. Ada juga yang bersantai di taman tetapi tetap dengan buku dan juga ada kelompok-kelompok diskusi. Kampus menyediakan internet tetapi untuk akses facebook diperlambat. Ini dilakukan dengan pertimbangan akses Facebook tetap boleh namun tidak dominan. Mahasiswa asing di universitas ini mencapai angka 5.000 orang, termasuk dari Indonesia.

Dosen-dosen yang saya temui di Waseda, umumnya rendah hati. Ketika berjalan bersama ke kantin kampus, saya melihat dosen menyapa mahasiswa. Bahkan sang dosen berhenti sesaat untuk berbicara dengan mahasiswa. Kampus yang bersih berkat partisipasi mahasiswa dan civitas akademik yang tidak membuang sampah secara sembarangan. Dosen-dosenpun menikmati perjalanan ke dan dari kampus dengan hanya naik kereta. Bukan dengan mobil pribadi. Ini karena sistem transportasi yang memadai, serta mahalnya biaya parkir untuk kendaraan. Begitu pula dengan pajak mobil yang naik setiap tahun. Hanya di tahun pertama ketika mobil itu dibeli didapatkan pajak yang rendah. Setelahnya akan membayar pajak progresif. Ketika berada selama kurang lebih 6 jam di kampus, saya mendapati 1 orang yang naik mobil. Itupun saya menduga warga high class yang datang ke kampus. Bukan dosen dan apalagi mahasiswa.

Fasilitas kampus memudahkan para dosen berkarya. Masing-masing diberikan ruangan, dengan perlengakpan komputer serta rak buku yang memadai. Di lantai yang sama disediakan ruangan dapur. Sehingga untuk memanaskan makanan, membuat minuman, dapat dilakukan di dapur kecil ini. Biasanya jika tidak ke kantin, maka dosen membawa makan siang yang disebut bento. Tipikal kampus seperti ini memberikan kesempatan berkarya. Maka, saya melihat dosen-dosen Waseda dengan kualifikasi yang memenuhi standar internasional. Termasuk publikasi yang mendunia, dijadikan rujukan serta diterbitkan lembaga terkemuka.

Dalam dunia teknologi Jepang sudah mendunia. Ilmu pengetahun juga demikian. Maka, secara umum ketika menyebut Asia, maka tidak lengkap kalau merujuk ke Jepang. Kalau sajapembacaan yang kurang, maka dia akan menyebut ibukota Asia terletak di Jepang.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun