Mohon tunggu...
Muhammad Iswan
Muhammad Iswan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia

apa yang kau lakukan sekarang adalah masa depanmu di masa lalu, dan apa yang kau lakukan di masa sekarang adalah pengantar menuju masa yang kelak kau sebut 'hari ini'.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Istiqomah dari Iblis

27 Juni 2021   02:50 Diperbarui: 28 Juni 2021   00:27 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah bukan rahasia lagi bahwa umat Islam dalam ajarannya senantiasa dituntut untuk istiqomah dalam melakukan sesuatu kebaikan. Telinga bahkan sudah hampir pecah mendengarnya berulang kali menyelinap menuju pikiran yang menampungnya dengan kapasitas yang besar serta bercak hitam di salah satu bagian wajah, bisa jadi, mulai nampak akibat terlalu sering merenungi perintahnya dalam khusyu'. Namun kaki tak mendukung, malah beralih kaku hingga tak sanggup melangkah menuju perbutan baik sebagaimana yang digaungkan.

Dakwah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk melakukan transformasi nilai dari ajaran Islam ke dalam tataran sosial kehidupan ummat manusia pada umumnya, dan ummat Muslim pada khususnya. Salah satu aspek penting dalam melakukan dakwah adalah konsistensi atau istiqomah.

Dalam Aquran terdapat beberapa ayat yang membahas tentang iblis. Termasuk ketika ia dikeluarkan dari surga karena kesombongannya. Hasil dialog akibat kesombongan Iblis yang enggan bersujud pada Adam pun akhirnya menjadikannya dikeluarkan dari surga. Tapi ini tidak lantas menghilangkan kehambaannya kepada Tuhan sebagai ciptaan. Iblis meminta ditangguhkan untuk menggoda anak cucu Adam hingga tiba hari kebangkitan. inilah yang jadi pegangan sehingga iblis mampu tetap istiqomah melaksanakan janjinya untuk menebar keburukan di dunia.

Adanya berita tersebut, tidak jarang, menjadikan iblis sebagai kambing hitam ketika seseorang melakukan suatu keburukan. Inilah yang kadang menjadikan manusia seakan-akan tidak punya kemerdekaan dalam melakukan sesuatu karena setiap kejahatan senantiasa dialamatkan pada iblis atau pun setan. sedangkan kebaikannya, tidak lain, datang dari Allah swt. sebagai pemberi perintah. Meski wajar, tapi sepertinya bukan masalah untuk menjadikannya sebagai sebuah prestasi yang dapat memotivasi manusia agar senantiasa melakukan perbuatan baik, lalu mengakui hal tersebut sebagai perbuatan yang memang dilakukan oleh perseorangan dan representasi dari ajaran yang diyakini kebenarannya.

Istiqomah dalam melakukan sesuatu memang tidak mudah. Namun, jika tidak dibiasakan akan semakin sulit untuk diterapkan. Sedikit mengulik dari apa yang dikatakan iblis untuk mengganggu dan menggoda anak cucu adam. Secara perhitungan waktu dunia, dapat diketahui bahwa apa yang dikatakan tersebut sudah berselang dalam waktu yang lama. Bahkan sejak awal penciptaan Adam.

Ada pelajaran berharga yang dapat diambil dari kisah tersebut. Dalam selang waktu yang lama ini, iblis bahkan tetap setia dan bertahan pada apa yang diucapkan untuk menggoda Adam maupun anak cucunya hingga tiba masa pembangkitan di hari akhir kelak. Terlepas dari apa yang akan dijadikan sebagai bahan atau materi yang akan digodakan kepada manusia mengenaiperbuatan buruk, istiqomahnya dalam menjalankan apa yang akan dilakukan menjadi pelajaran untuk dijadikan sebagai contoh bagaimana seharusnya kita bertahan dalam upaya menyebarluaskan kebajikan. Dalam hal ini, untuk berbuat baik, kapan dan dimanapun secara konsisten.

Kebanyakan manusia masih terlalu reaksioner ketika mendengar kata iblis, sebab yang terkonsep dalam pikiran ketika mendengar kata tersebut, tidak lain adalah keburukan. Membenci iblis, secara tidak langsung telah menciderai diri sebagai individu yang mengemban amanah ajaran universal, yaitu anjuran untuk berbuat baik kepada siapa pun. Sedangkan iblis pun merupakan salah satu ciptaan Tuhan sebagaimana manusia juga merupakan ciptaan-Nya. Lebih jauh lagi, bahwa ketika kebencian tumbuh subur dalam hati terhadap iblis, saat itu juga kita telah menggunakan cara iblis sebagai entitas yang tidak disukai. Hal ini, pada dasarnya dapat merembet bukan saja kebencian pada iblis, tapi juga senagat potensial berlaku kepada sesama manusia karena hati mulai rusak digerogoti rasa benci.

Dalam rangkaian kehidupan ini, banyak manusia yang membenci iblis karena citra buruk yang melekat padanya. Tapi lupa bahwa apa yang dilakukan juga merupakan perbuatan tercela ketika menaruh benci dalam diri. Sifat buruk pada iblis ini merupakan salah satu sifat iblis yang menyebabkannya memperoleh cap buruk. 

Merasa lebih baik daripada iblis tentu sah-sah saja. Namun perlu diingat bahwa iblis tidaklah munafik. Ketika ia mengatakan akan menggoda anak cucu Adam agar terjerumus dalam perbuatan buruk, ia benar melakukan itu. Berbeda dengan kebanyakan manusia yang katanya akan melakukan perbuatan baik, tapi tidak konsisten pada apa yang dilakukannya.

Mengambil pelajaran dari siapa pun, bahkan jika itu melekat pada entitas yang dianggap buruk, bukan merupakan suatu persoalan. Salah satu alasan pembenar yang dapat dijadikan sandaran adalah adagium tentang penerimaan suatu yang baik. Bukan melihat pada siapa yang menyampaikan, melainkan pada apa yang disampaikan. Mengenai kata 'apa' dalam adagium ini dapat ditafsirkan pada ucapan atau perbuatan, sehingga tidak ada salahnya untuk mengambil pelajaran dari iblis, sekalipun, jika itu memang berguna.

Sebelumnya, perlu diingat dan dipetakan kembali tentang apa yang melakat pada iblis. Di dalamnya terdapat hal yang memang menjadi anjuran kepada ummat manusia untuk dijauhi. Di samping juga kita dapat mengambil pelajaran darinya, termasuk keistiqomahan dan sikap adaptif yang dilakukan oleh iblis. Dengan melakukan pemetaan dan memahami maksud tersebut, akhirnya kita akan diantarkan pada pemahaman baru tentang apa yang perlu ditolak dan juga diambil darinya. Dari pemahaman itu pula, dapat diketahui bahwa apa yang ditolak hanya terletak pada nilai yang ingin diterapkan oleh iblis kepada manusia. Sedangkan metode pengembangan atau cara yang dilakukannya menjadi pelajaran tersendiri dan patut untuk diikuti. Ingat, hanya pada tataran metode dan sikap adaptifnya pada kondisi yang patut diikuti. Bukan pada nilainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun