Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengobrol dengan Orang yang Tepat agar Mental Kita Sehat

11 Oktober 2022   16:42 Diperbarui: 11 Oktober 2022   16:50 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bercakap-cakap|Pexels.com/Cottonbro

Rasanya tidak mungkin kita berbicara tentang kesehatan dan kebugaran, tanpa membicarakan kesehatan mental. Mengingat, diri kita bukan saja terdiri dari jasmani. Namun juga ada rohani, jiwa yang berada di dalamnya yang menjadikan kita bisa hidup dan berperasaan. 

Menurut penelitian, di Amerika Serikat, hampir satu dari lima orang dewasa memiliki penyakit mental atau kondisi kesehatan mental yang kurang baik. Jumlahnya sangat signifikan, hampir mencapai 52 juta orang.

Namun, patut diingat bahwa kesehatan mental bukan hanya tentang memiliki atau tidak memiliki penyakit mental. Kesejahteraan mental seorang manusia sangat dipengaruhi oleh semua aspek kehidupan mereka. Dengan demikian, hal itu pada akhirnya akan memengaruhi cara kita dalam menjalani hidup, pekerjaan, dan waktu bersama orang yang kita cintai. 

Fakta tentang minimnya waktu untuk curhat atau mengobrol dari hati ke hati

Pada masa kini, seiring dengan intensitas kesibukan setiap orang. Percakapan atau mengobrol dari hati ke hati terus saja berkurang kuantitas, dan kualitasnya. Bahkan, berubah ke arah menjadi lebih kritis dari sebelumnya. Pada tahun 2021, menurut penelitian perasaan manusia secara umum di tahun itu tidak keluar, mendekam di dalam lubuk hati mereka masing-masing. 

Itu karena manusia menjadi kekurangan waktu luang untuk bisa mengobrol secara bebas di luar masalah pekerjaan. Penelitian yang dilaksanakan oleh BetterUp menemukan bahwa lebih dari 55% pekerja tidak sakit mental, tetapi mereka juga tidak berkembang ke arah yang lebih baik dari segi kesehatan mentalnya. Mereka tidak menjadi pribadi yang sehat, stagnan antara lelah dan capek yang terus menerus mendera jiwa.

Hal ini disebabkan karena pandemi telah menjadikan kesehatan fisik sebagai pusat dari segalanya dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, momen ini seharusnya menjadi saat untuk melihat komponen utama kesejahteraan lainnya, dalam hal ini yakni kesehatan mental. 

Dimana-mana, masyarakat sekarang mulai menyadari bahwa kesehatan mental itu penting. Percakapan mengenai hal ini tidak pernah sepopuler, lazim, atau sepenting ini. Bagaimanapun, membangun kesadaran adalah unsur penting dan langkah yang paling pertama untuk mempelajari cara merawat kesehatan mental kita.

Apa itu kesadaran kesehatan mental?

Seringkali, kita tidak bisa bebas berbicara tentang kondisi kejiwaan yang tengah mendera batin dan menimbulkan mental illness yang tersembunyi dalam diam. Hal ini semata-mata diakibatkan karena kesalahpahaman tentang kesehatan mental dan kebugaran mental, orang sering menderita dalam diam dan kondisi mereka tidak mendapatkan penanganan yang tepat, apalagi pengobatan. 

Ada perasaan khawatir, malu, dan takut jika kita speak up tentang kondisi kejiwaan kepada orang yang tidak tepat. Alih-alih ingin mendapatkan solusi dan penanganan. Eh, malah di-bully, kita mendapatkan pelabelan negatif dan dicap menderita penyakit kejiwaan. Bahkan, mungkin digosipkan kepada orang-orang bahwa kita gila.

Dilansir dari betterup.com, kesadaran kesehatan mental adalah gerakan sosial yang penting untuk meningkatkan pemahaman dan meningkatkan akses ke perawatan kesehatan. Kesadaran kesehatan mental menjadi sangat penting untuk mempromosikan perawatan kesehatan mental dan kesehatan perilaku. Ini adalah pembahasan yang penting dan mendasar untuk mengubah model kesehatan mental yang lebih proaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun