Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saat Writer's Block Menyerang Mood Penulis, Apa yang Harus Dilakukan?

6 September 2022   11:37 Diperbarui: 6 September 2022   11:41 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi writer's block |Pexels.com/Ivan Samkov

Karena, dengan menuangkan semua hal yang dirasakan, baik perasaan sedih, kesal, marah, kecewa, dan lain-lain ke dalam tulisan. Hal itu akan membantu menghilangkan sampah emosi dari dalam mental kita.

Namun, bisa saja saat kita stres menghadapi deadline pekerjaan di kantor, masalah bisnis yang menuntut segera dituntaskan, dan problematika rumah tangga yang berkepanjangan. 

Akan menyebabkan rasa stres melanda jiwa kita. Oleh karena itu, perlu upaya self healing dari dalam diri. 

Dengan cara melakukan self theraphy melakukan hal-hal yang menyenangkan, disukai, membuat relaks, dan lain-lain. Umpama: menulis healing, jalan-jalan, melakukan hobi yang menyenangkan, membaca komik, bercocok tanam, nonton film, dan lain-lain.

3. Ingin tampak sempurna

Keberhasilan dalam menulis, umpama artikel yang dibaca ribuan bahkan jutaan orang ; menghasilkan buku best seller, dan penghargaan dalam ajang-ajang lomba penulisan.

Hal itu akan menjadikan seorang penulis mengalami stars syndrome dalam bidang ini. Akhirnya, saat menulis ia akan menaruh ekspektasi yang tinggi pada tulisan yang dihasilkannya.

Alih-alih dapat menghasilkan tulisan dengan kualitas bagus. Hal ini malah dapat mendorong penulis ke dalam lembah writer's block.

Dia akan merasa harus tampil sempurna tanpa cela. Sehingga untuk menulis paragraf pertama saja, membutuhkan waktu berlama-lama. Karena, ingin paragraf pembuka yang spektakuler dan disukai banyak pembaca.

Sehingga, saat menulis terus saja berkutat dalam kegiatan baca-edit. Padahal, kegiatan tersebut akan berakibat pada tulisan tidak pernah selesai sampai kapan pun.

Oleh karena itu, lakukanlah refleksi, akuilah bahwa diri kita memang bukan penulis yang sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun