Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Darurat HIV/AIDS dan Kelumpuhan Generasi

31 Agustus 2022   21:45 Diperbarui: 31 Agustus 2022   22:04 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memakan obat HIV | Pexels.com/Cottonbro

Masa-masa kuliah merupakan momen seorang mahasiswa keluar dari pengawasan orang tua. Mereka keluar dari zona nyaman di rumah masing-masing, merantau ke kota lain, dengan niat awal menuntut ilmu.

Kehidupan mandiri pun dimulai, mereka kost atau mengontrak sebuah kamar yang sesuai dengan budget orang tua. Pada tahap pertama, mungkin terasa tidak nyaman. Karena, harus melakukan semuanya sendiri. Kalau lapar harus mencari sendiri, dengan cara memasak atau membeli. Padahal, kalau dibrumah serba disiapkan oleh orang tua.

Begitu pun saat baju kotor, harus mencuci dan menyetrikanya sendiri atau memasukkannya ke laundry. Saat sakit pun, tidak bisa bermanja-manja. Harus kuat dan tangguh. Berobat sendiri ke pusat kesehatan masyarakat.

Nah, dengan kondisi yang serba mandiri tersebut. Kehadiran seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kedekatan secara emosional, sebut saja kekasih menjadi sangat penting.

Bermula dari saling membutuhkan, lama-lama menemukan rasa nyaman. Setelah itu, tanpa malu-malu lagi banyak pasangan mahasiswa yang siang-malam berada di kosan cewek atau cowoknya.Layaknya seperti pasangan suami istri saja.

Mereka merasa bebas, karena suasana kontrakan yang jauh dari pemiliknya. Dulu, waktu saya kos, banyak tempat kost yang pemiliknya tidak berdomisili di tempat tersebut. Sehingga, kostan tersebut terkesan seperti bebas, tanpa peraturan, tidak ada jam malam bagi tamu laki-laki, dan tidak ada teguran kala laki-laki dan perempuan berada dalam satu kamar hingga beberapa hari.

Apalagi, coba yang biasa dilakukan dua orang berlainan jenis, sama-sama memiliki perasaan tertarik satu sama lain. Bukan suudzan, tapi semua orang dewasa pasti mengerti dan paham.

2. Kurangnya dasar keimanan 

Dasar keagamaan yang dangkal, menjadi pemicu seorang mahasiswa mudah terpengaruh pergaulan yang negatif. Peralihan dari masa remaja ke fase dewasa, memberikan dampak yang sangat signifikan. 

Mereka merasa sudah dewasa secara lahiriah. Memiliki anggapan, bahwa, "Hidupku akulah yang bertanggung-jawab, siapapun tidak berhak ikut campur, urus saja hidup masing-masing".

Padahal, secara batiniah mereka belum dewasa. Apalagi, jika dasar keimanan sangat kurang, tidak ada rem yang mengendalikan hawa nafsu yang merasuki jiwa muda mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun