Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nini Anteh Sang Antariksawati dari Sunda

5 Agustus 2022   12:22 Diperbarui: 5 Agustus 2022   12:35 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Nini Anteh di bulan | BaleBandung.com

Alam pemikiran masyarakat Sunda pada jaman dahulu, sudah sampai pada tahap menembus batas dan melampauinya. Bagaimana tidak? Dalam kondisi alam yang masih sederhana, pendidikan yang masih sangat rendah, apalagi teknologi dan kehidupan modern.

Namun, ternyata secara mitos, kecerdasan masyarakat dalam menerjemahkan kehidupan yang akan datang melalui imajinasi, cerita-cerita, dan kearifan lokal telah mengantarkan pemikiran mereka ke masa depan.

Bagaimana masyarakat Sunda kala itu, bisa menciptakan seorang tokoh mitologi bernama Nini Anth. Seorang perempuan yang sudah lanjut usia atau nenek-nenek, bersama Candramawat kucingnya, dan alat tenun yang selalu dibawa Nini Anth. Mereka tinggal di bulan, dan akan terlihat sangat jelas dari bumi, saat bulan purnama bersinar terang.

Lagi-lagi, nenek yang berperan mengenalkan dongeng ini kepada saya. Mengapa selalu nenek. Karena, dari bayi saya tinggal dengan nenek. Oleh karena itu, banyak hal yang berbentuk cerita, petuah, dan nasihat yang saya dapat dari beliau.

Tiap tanggal 14 setiap bulannya. Bulan purnama akan tampil bulat penuh. Oleh karena itu, dikenal ungkapan 'caang bulan opat welas' artinya bulan purnama. Sambil memandang bulan purnama yang bulat bersinar terang dari amben (teras) depan rumah. Nenek selalu ke luar rumah, istilah dalam masyarakat Sunda jaman dulu disebut 'ngabungbang'.

Untuk menikmati cahaya bulan yang terang dan sejuk, anak-anak, dan orang dewasa membuka pintu rumahnya. Anak-anak ramai bermain petak umpet, dan segala permainan tradisional pada saat itu. Setelah lelah bermain kejar-kejaran, saya selalu duduk di pangkuan nenek, seraya menikmati kemerduan suaranya menyanyikan lagu, "Bulan Tok"

Bulan tok bulan tok

Aya bulan saged batok

Bulan tok bulan tok

Aya bulan saged batok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun