Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cara Meraih Pahala Amalan Ramadhan bagi Ibu yang Memiliki Balita

6 April 2022   14:18 Diperbarui: 6 April 2022   14:24 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi balita ikut sholat tarawih di masjid | Tribunnewsmaker.com

Hampir 12 Ramadhan, saya menjalani puasa bersama balita. Bahkan, hingga 14 puasa, di tahun 2024 nanti. Karena, si bungsu saat ini berusia tiga tahun.  

Itu artinya, dua tahun lagi saya harus menjalani puasa bersama balita. Indah sekali, ya. Tahun demi tahun berganti, setiap puasa si anak balita tetap setia membersamai. Kok bisa? Ya,  bisa hehe. Karena, alhamdulillah anak saya tiga. 

Perbedaan usia antara sulung, tengah, dan bungsu adalah masing-masing 6 tahun. Jadi bila sulung berusia 7 tahun, maka ada tengah yang berumur satu tahun. Saat tengah berumur 7 tahun, ada bungsu yang baru satu tahun usianya. 

Jadi, dapat dipastikan, hingga nanti bungsu berusia lima tahun, setiap puasa saya harus extra dalam menahan diri, takutnya lupa menyuapkan sendok. Harusnya masuk ke dalam mulut anak-anak, malah ke mulut saya. Atau lupa, menjumput makanan anak yang jatuh, karena sayang. Hap, malah batal puasa. 

Saya yakin setiap ibu yang memiliki balita, dalam sekali atau dua kali, pernah mengalami kejadian tersebut. Istilahnya, bukan lupa, tapi rijki. Mungkin, Allah berkehendak memberikan nikmat dengan ibu tidak sengaja menyuapkan makanan anak ke dalam mulut sendiri. 

Di situ, Allah sedang memberikan karunia dan kasih sayang-Nya. Berupa asupan makanan yang tidak disengaja dan tanpa sadar, agar ibu tetap kuat menjalani Ramadhan. Walau harus tetap mengasuh, merawat, dan membersamai anak yang masih balita. Itulah hikmah yang dapat saya petik. Tapi, jangan disengaja, ya ibu.

Kisah ibu berpuasa bersama balita, tidak hanya dalam soal makanan saja, ya. Dalam amalan-amalan di bulan Ramadhan pun, ada kendala dan tantangan tersendiri yang harus dihadapi ibu. Mulai dari kerewelan si kecil, saat ibu hampir deadline jadwal memasak. Sering terjadi ketika waktu sahur. 

Ketika sirine imsyak mulai berbunyi, ibu belum memasak. Karena, si kecil tiba-tiba saja menangis minta dikelonin, diajak bangun untuk makan sahur tidak mau. Nah, di sini kesabaran ibu diuji. Belum lagi jika suami dan anggota keluarga yang lain, menjadi gagal sahur. Lantaran tiada makanan yang bisa disantap. Keseruan menjalani puasa bersama balita, alhamdulillah mengalahkan serunya drama Korea. 

Ibu tidak bisa dengan tenang dan leluasa mengerjakan amalan-amalan di bulan Ramadhan. Tentu saja, amalan selain puasa, ya. Umpama : sholat tarawih, tadarus Al-Qur'an, kajian taklim, i'tikap di masjid, dan lain-lain. Padahal, pahala yang berlipat ganda dijanjikan Allah untuk orang-orang yang melakukan ibadah di bulan puasa. 

Ada satu pengalaman yang menimbulkan trauma bagi saya terkait mengerjakan amalan Ramadhan bersama balita. Saat itu, anak tengah saya, laki-laki berusia 3 tahun, saya ajak dia untuk sholat tarawih di masjid. Saat pertama datang ke masjid, saya menggelar sajadah, dan melaksanakan sholat tarawih rokaat pertama. 

Dia masih anteng, duduk di sisi saya, sambil memainkan hotwheel yang dibawa dari rumah. Hal tak terduga terjadi di rokaat kedua. 

Entah bosan atau ingin memuaskan rasa ingin tahunya. Tiba-tiba saja si kecil berdiri, lalu berlari ke arah barisan laki-laki di shap paling depan. Pertama, saya lihat dia hanya berjalan-jalan saja di antara barisan. Pada saat semua jama'ah rukuk, dia masuk ke dalam sarung seorang bapak-bapak.

Sontak bapak-bapak tersebut terkejut dan berteriak, "Aaaaaaw ...." Mendengar teriakan itu, semua jamaah menoleh.  Ada yang tertawa, berteriak, menjerit karena geli, dan lain-lain. Ada pula jamaah yang membantu mengeluarkan si tengah dari kemulan sarung bapak itu. 

Ya,  jadi terganggu  deh sholatnya, rokaat kedua punterpaksa dibatalkan oleh imam sholat. Para jamaah mengulangi lagi sholat dari awal. Ada seorang ibu yang berbisik pada saya. "Dari pada di mesjid mengganggu kekhusyukan sholat orang lain, kalau masih punya balita, lebih baik sholat tarawih di rumah saja."

Saya pikir, wajar bila ibu tersebut merasa terganggu. Karena, tujuan orang-orang datang ke masjid adalah untuk menunaikan ibadah, yaitu sholat tarawih. Ketika ada keributan seperti ini, diakibatkan oleh ulah anak saya. Otomatis ibadah mereka jadi terganggu kenyamanan dan kekhusyukannya. 

Oleh karena itu, dari mulai saat itu saya putuskan untuk tidak lagi membawa balita ke masjid. Walau pun di dalam hati kecil, terkadang saya merasa rindu suasana menuntun si kecil ke masjid di bulan puasa. Lalu, dia duduk manis di sisi saya yang sedang sholat. Ah, alangkah indahnya. 

Tidak cukup sampai di situ, tantangan ibu yang mempunyai balita. Saat ibu akan tadarus Al-Qur'an pun. Alih-alih balita anteng dan  ikut ibu pura-pura membaca, sang balita malah meraih mushap yang dipegang ibu. 

Dia berkata, "Aku, aku yang ngaji, Mama nanti, ya." Ibu pun dengan sabar memberikan mushap tersebut. Padahal mengaji belum pun dimulai. Baru saja melisankan ta'udz dan basmalah. 

Nah, kalau begitu, sayang dong bagi para ibu. Tidak dapat meraih pahala amalan-amalan di bulan Ramadhan. Padahal, begitu banyak dan berkali-kali lipat ganjaran yang dijanjikan Allah bagi orang yang melakukan amalan-amalan di bulan Ramadhan. 

Konon, jika kita melakukan amalan sunah, maka akan diganjar pahala ibadah wajib. Bagi yang menjalankan ibadah wajib, pahalanya dilipatgandakan. Aduh, sayang sekali, ya bila melewatkan mengerjakan amalan-amalan ibadah di bulan Ramadhan.

Tenang ya, ibu-ibu cantik sekalian. Meskipun kita memiliki balita, rempong dan repot setiap saat. Tapi, masih bisa kok meraih pahala yang berlipat ganda. Bagaimana caranya?


Niatkan ibadah untuk semua hal yang dilakukan

Mulai dari bangun tidur, menyiapkan makan sahur, mengeloni anak, menyuapi si kecil, mencuci piring, cuci baju, menghadapi kerewelan balita, pergi bekerja, dan semua aktivitas yang kita kerjakan. Niatkanlah sebagai cara kita ibadah kepada Allah, jangan lupa awali setiap aktivitas dengan ucapan basmalah.

Bukankah ibadah itu cakupannya amat luas. Bukan hanya ibadah maghdoh (bersifat khusus) saja, yang syariatnya dan aturannya sudah tertulis dengan jelas. Umpama, sholat, puasa, tayamum, zakat, haji, umrah,  dan lain-lain. 

Tapi ada juga ibadah ghoiru maghdah (bersifat umum) menyangkut segala pekerjaan yang diijinkan Allah, walaupun tidak ada dalil yang jelas yang mengatur tentang hal tersebut. Contoh dari ibadah ghairu maghdah adalah bershilaturrahmi, menjenguk orang sakit, sedekah, mencari ilmu, bekerja, memasak, mengasuh anak, dan lain-lain.

Jadi, jangan khawatir, ya ibu. Bila kita memulai aktivitas apa pun dengan ucapan bismillah, dan berniat sebagai ibadah. Maka, pahalanya akan dapat kita raih. Bahkan, jika kita mencapai tingkatan ikhlas. Ibadah tersebut dapat mengantarkan kita kepada keridhoan Allah. Sehingga nantinya Allah akan memasukkan kita ke dalam surga dengan keridhoan-Nya tersebut.


Kerjakan ibadah sesuai kemampuan

Islam adalah agama yang sangat manusiawi, tidak mempersulit umatnya. Bila kita belum mampu mengerjakan ibadah secara maksimal karena kerewelan si kecil. Umpama, saat menuanaikan sholat wajib, saat sujud si kecil menclok di pundak. Biarkan saja, terimalah dengan hati yang indah. 

Bukankah, Rasulullah SAW, juga pernah mengalami kejadian tersebut. Pada saat beliau menjadi imam, cucu kesayangan Hasan dan Husain naik ke punggung Rasulullah. Apa yang terjadi? Rasulullah SAW, membiarkankedua cucunya bersenang-senang di pundak beliau. 

Baru setelah kedua cucunya puas dan turun dari badan. Beliau melanjutkan sholatnya. Makanya, dalam hadits disebutkan bahwa peristiwa tersebut merupakan sujud yang paling lama.

Bila adzan sudah berkumandang, ingi rasanya mengerjakan sholat tepat waktu. Namun, apa daya si kecil minta dikelonin, sampai berjam-jam lamanya. Maka, niatkanlah dulu dalam hati, "Ya Allah aku berniat mengerjakan sholat tepat waktu." Baru nanti setelah si kecil terlelap, kita cepat-cepat tunaikan ibadah tersebut. 

Semoga saja Allah memampukan kita untuk melakukan ibadah sholat tepat waktu. Apalagi sekarang bulan Ramadhan, saya selalu berdo'a agar si bungsu anteng, sehat, ceria, dan mau diajak kompromi. Saat saya meminta ijin padanya untuk sholat tarawih. 


Jangan merasa gagal karena belum bisa melaksanakan amalan-amalan Ramadhan secara penuh

Manusiawi sebenarnya, jika ibu memiliki perasaan tersebut. Merasa sayang, telah melewatkan bulan Ramadhan. Tanpa mengisinya dengan amalan-amalan yang dianjurkan oleh Allah. Itu artinya iman dan rasa syukur kita kepada Allah sedang meningkat. 

Namun, jangan sampai perasaan tersebut menjadikan seorang ibu uring-uringan, marah-marah, baperan, menjadikan anak sebagai pelampiasan kemarahan. Slow saja, ya Bu! kita jalani hidup dengan tenang, nyaman, dan bahagia. 

Mintalah kepada Allah untuk memberikan hati yang tenang, lapang, dan senantiasa bersyukur kepada kita. Agar balita kita juga, menjadi anak yang mau mengerti dan mudah diajak bekerja sama. Bila ibu menghardiknya, gara-gara ia mengganggu ibadah yang kita lakukan. 

Maka, dalam memori anak akan terekam, "Ibu, kalau sholat suka marah-marah, adik tidak mau sholat ah." Itulah yang akan terjadi pada anak. Bila kita memarahinya, saat ia merobek mushaf Al-Qur'an yang sedang dibaca, menarik mukena hingga sholat kita batal, berlari-larian di masjid, dan lain-lain. 


Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya

Saat balita tidur pulas, sempatkanlah membaca Al-Qur'an barang satu atau dua ayat. Saya biasa menyetel murottal Al-Qur'an saat menyiapkan makan sahur. Setidaknya, meskipun kita tidak memiliki waktu untuk membaca. Maka, insyaalloh dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an saja, ada pahala yang dapat kita raih.

Ketika mengeloni anak, lantunkanlah sholawat dan surat-surat pendek dari Al-Qur'an. Umpama : surat An-naas, Al-ikhlas, Al-Qadr, dan lain-lain. Hal tersebut akan membuat hati kita menjadi tenang. Selain itu, tidur balita pun menjadi pulas. Tidak percaya? kita coba, yuk!

Nah, itulah beberapa cara yang dapat saya lakukan dalam meraih pahala di bulan Ramadhan. Meskipun, sambil mengasuh dan membersamai balita. Saya selalu yakin, jikalau kita berniat dengan sungguh-sungguh untuk mau meraih pahala di bulan Ramadhan. Dengan melaksanakan amalan-amalan ibadah di bulan ini. Pasti akan ada jalan dan kesempatan yang memudahkan kita melakukan hal tersebut. (*)

#samber thr

#samber 2022 hari 1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun