Mungkin saja, kepatuhan dan ketaatan tersebut berasal dari karena mereka menyadari akan statusnya di sekolah tersebut.Â
Saya tidak tahu secara pasti, apakah sikap patuh dan taat pada aturan tersebut akan bertahan lama atau hanya pencitraan saja. Kita lihat saja dan buktikan.
5. Tidak suka mengeluh
Selama saya menjadi guru honorer, lalu sekarang saya memiliki rekan guru honorer. Saya belum pernah mendengar ada keluhan yang terucap dari mulut mereka terkait kebijakan, aturan, tugas mereka, bahkan nasib mereka. Mereka lebih 'menerima' kondisi atau perubahan apa pun terkait tugas mereka.
Hal itu mungkin saja sebagai dampak multi tasking yang dibebankan pada mereka. Karena, saya juga dulu ketika menjadi guru honorer tidak pernah mengeluh. Enjoy saja rasanya. Tapi, entah mengapa ketika sekarang sudah jadi PNS, ada saja keluhan yang muncul dari mulut saya. Maafkan saya, ya Allah.
6. Mau dan mampu dalam mengerjakan tugas apa saja
Ketika seorang guru honorer diberikan tugas oleh kepala sekolah melalui wakasek kurikulum. Baik tugas yang berhubungan dengan jadwal pembelajaran, maupun tugas ekstrakurikuler atau di luar tugas mengajar seperti membimbing dan melatih lomba.
Saya dapat menjamin jika mereka akan bersedia untuk melakukannya dan hasilnya akan bagus. Artinya, mereka 'mampu' dengan baik menyelesaikan tugasnya.
Sejatinya pahlawan tanpa tanda jasa
Guru honorer menurut saya adalah sejatinya pahlawan tanpa tanda jasa. Karena. Mereka bersedia mengabdikan dirinya sepenuh hati, jiwa, dan raganya untuk pendidikan dan kecerdasan generasi.
Banyak keunggulan yang ditampilkan oleh mereka dengan sempurna. Semua itu mereka persembahkan untuk sekolah tempat mereka mengajar. Loyalitas dan kinerja yang patut mendapat acungan dua jempol.
Padahal, gaji yang mereka peroleh setiap bulannya amatlah tidak sepadan. Mereka adalah honorer tanpa gelar kehormatan (honour). Oleh karena itu, tenaga dan pengabdian mereka sebenarnya amatlah dibutuhkan oleh bangsa ini.