Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ibu Kota Negara, Nama Lokal Lebih Etis, Membumi, dan Populis

20 Januari 2022   17:13 Diperbarui: 20 Januari 2022   17:22 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata 'Nusantara' dipilih Presiden Joko Widodo sebagai nama Ibu kota negara yang baru. Kita semua sudah tahu bahwa lokasi ibu kota negara Indonesia akan dipindahkan ke provinsi Kalimantan.

Wacana terkait pemindahan ibu kota negara ini telah digaungkan sejak tahun 2019. Nah, pada tahun 2022 sekarang ini pembangunan ibu kota akan segera dimulai dan akan tetap dilanjutkan di tahun depan. Hal ini terungkap dalam dokumen Rancangan Kerja Pemerintahan (RKP) tahun 2022.

Untuk tahap awal pembangunan pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp. 510 miliar. Keseriusan pemerintah dalam wacana pemindahan ibu kota negara (IKN) ini terlihat dari RUU IKN yang terdiri dari 34 pasal dan 9 bab.

Polemik nama Nusantara

Pernyataan presiden Joko Widodo terkait dipilihnya 'Nusantara' sebagai nama ibu kota yang baru pengganti Jakarta menuai polemik di masyarakat.

Pro dan kontra telah menjadi hal yang lumrah, wajar, dan biasa saat ini. Sebagai masyarakat awam, saya mulai membiasakan diri mencerna dan mengunyah kata-kata pro dan kontra ini.  

Karena, dengan terbiasa mendengar. Kita akan mudah menerima, melakukan adaftasi, dan seterusnya memaklumi.
Ada tiga keberatan masyarakat terkait 'Nusantara' sebagai nama bagi ibu kota baru negara Indonesia. Berikut saya rangkumkan untuk anda.

Pertama, Nusantara mengacu pada nama kepulauan Indonesia yang membentang dari ujung Sumatera hingga Papua. Fadli zon sebagai anggota DPR RI fraksi Partai Gerindra termasuk masyarakat yang kontra dan tidak setuju atas pemilihan nama nusantara tersebut.

Fadli Zon menilai penamaan tersebut kurang cocok, karena nusantara mengacu pada istilah bagi wilayah Indonesia. Dari pada nusantara, Fadli Zon lebih setuju jika ibu kota negara kita diberi nama 'Joko Widodo' saja. Hal ini merujuk pada ibu kota Kazakhstan yakni Nursultan. Diambil dari nama presidennya yaitu Nursultan Nazarbayef.

Kedua, Nusantara memiliki makna sangat luas dan multi tafsir. Masyarakat Malaysia merasa Indonesia telah mengklaim istilah nusantara. Sebagaimana kita ketahui bersama nusantara adalah nama untuk entitas geografis. Wilayahnya yang membentang mulai dari Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Selatan Thailand. Dengan dijadikannaya nusantara sebagai nama ibu kota negara Indonesia. Maka, akan terjadi 'kegaduhan' politis antar negara terkait isu nama wilayah tersebut.

Ketiga, terjadinya pengkerdilan terhadap makna nusantara. Dengan dijadikannya nusantara sebagai nama ibu kota negara Indonesia. Maka, kata nusantara akan mengalami penyempitan makna. Dari asalnya sebagai penanda entitas geografis yang wilayahnya amat luas, terbentang dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Selatan Thailand. Akan menjadi hanya sebatas wilayah ibu kota saja. Nah tuh.

Keempat, Nusantara terlalu Jawa-sentris. Sejarawan Indonesia mengungkapkan bahwa nama nusantara lebih condong ke kebudayaan Jawa. Karena, diakui atau tidak kata nusantara merupakan cara pandang Jawa di jaman Majapahit tentang dikotomi pembagian wilayah Majapahit.

Kata nusantara mengacu pada daerah di luar Pulau Jawa yang bebas dari pengaruh kebudayaan Jawa Majapahit. Sejarawan J.J. Rizal menilai bahwa nama nusantara tidak mencerminkan semangat untuk memutus ketimpangan Jawa dengan luar Jawa. Seperti yang selama ini disosialisasikan oleh pemerintahan Joko Widodo.

Nama Lokal atau di ambil dari nama daerah asal

Menurut hemat saya sebagai masyarakat awam. Pengambilan nama dari asal daerah tempat ibu kota negara tersebut. Untuk dijadikan nama ibu kota Indonesia yang baru amatlah bijak dan lebih dapat diterima.

Umpama kita memilih nama Panajam Paser Utara atau Kutai Kartanegara. Karena ibu kota kita saat ini dibangun di atas kedua wilayah tersebut. Dapat diambil salah satu umpama Panajam Paser Utara saja. Atau Kutai Kartanegara saja. Jika nama Panajam Paser Utara dianggap terlalu panjang dan nama ini belum begitu populer dalam pendengaran masyarakat Indonesia. Maka, kita dapat memilih opsi yang kedua, yaitu Kutai Kartanegara.

Kita semua tahu bagaimana historisasi dari nama Kutai Kartanegara. Yakni kerajaan Melayu yang bermula dari kerajaan Hindu pada tahun 1300. Pada tahun 1575 berubah menjadi kerajaan Islam serta berakhir pada tahun 1960. Penggunaan nama Kutai Kartanegara sebagai nama ibu kota negara Indonesia yang baru.

Tentu saja, keputusan diambil berdasarkan musyawarah antara dua daerah tersebut Atau agar terasa lebih berkeadilan, karena cara musyawarah tidak menemukan titik solutif. Maka langkah penggabungan dua nama dapat diambil. Umpamanya PPU-Kukar, Dua Kota, mungkin ahli akronim dapat turut andil dalam hal penggabungan dua nama kota ini.

Bisa juga diambil dari nama mata air atau sungai besar yang ada di daerah tersebut umpamanya sungai Mahakam. Karena sungai ini merupakan sungai terpanjang kedua yang ada di Kalimantan Timur. Penamaan ibu kota diambil dari nama sungai dapat kita lihat pada ibu kota negara Peru yaitu Lima, diambil dari nama sungai di Peru -Rimaq.

Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa nama asal atau local lebih cocok untuk dijadikan nama ibu kota kita nanti. Berikut saya rangkumkan alasannya.

1.Politik etis, politik balas budi. Sebagai balas budi negara dan pemerintah pada masyarakat daerah tempat ibu kota negara tersebut dibangun. Kita semua tentu tahu bagaimana dampak negatif dari pembangunan. Baik itu fasilitas umum, maupun fasilitas pribadi. Apalagi ini pembangunan sebuah ibu kota.

Ada beberapa hal yang terkena imbasnya. Seperti pembabatan hutan, musnahnya ekosistem dan habitat hewan-hewan, pencemaran tanah, air, dan udara, penurunan kualitas lingkungan, banjir, hilangnya keindahan alam, musnahnya sumber mata air, dan masih banyak lagi dampak-dampak buruk lainnya.

Oleh karena itu, seharusnya untuk mengobati luka-luka dan kekecewaan masyarakat akibat dampak buruk pembangunan ibu kota negara tersebut. Sudah sewajarnya (seharusnya) bila nama daerah asal yaitu Panajam Paser Utara atau Kutai Kartanegara dijadikan sebagai nama bagi ibu kota negara Indonesia.

Agar masyarakat seluruh Indonesia dapat selalu terkenang akan pengorbanan daerah tersebut dalam menyongsong masa depan baru negara kita. Jika nama asal diganti dengan nama lain yang bukan asli dari daerah tersebut. Dikhawatirkan akan terhapusnya histori dua tempat itu dari ingatan generasi muda mereka.

2.Membumi, maksudnya adalah menunjukkan sikap yang rendah hati, mengayomi, memperhatikan aspirasi masyarakat bawah, mewujudkan keinginan rakyat kecil, berempati meskipun mereka tidak memintanya. 

Saya yakin masyarakat di daerah sekitar Panajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara tidak ada yang ngotot meminta nama daerahnya dikukuhkan sebagai nama ibu kota baru kita. Tapi, selayaknya sebagai pemerintah 'surti' alias paham apa yang menjadi keinginan masyarakat daerah tersebut tanpa harus meminta. 

Karena akan menjadi kebanggaan historis bagi mereka bila saja nama daerah mereka yang asalnya belum terlalu populer diangkat menjadi nama sebuah ibu kota negara.

3.Nama lokal juga tetap bisa 'mendunia' dan populis. Mendunia adalah menguasai dunia. Lihat saja ibu kota negara maju Inggris, yaitu London. Konon nama London diambil dari bahasa lokal yang sangat kuno sekali. Bahkan hingga saat ini, belum ada yang mengetahui dengan pasti apa arti dari kata London sebenarnya. 

Namun, kini London menjadi kota yang sangat populer dan paling banyak dikunjungi wisatawan. London menjadi wilayah metropolitan terbesar di Inggris. London merupakan kota global terkemuka yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang. Seperti bisnis, seni, keuangan, pendidikan, hiburan, kesehatan, keuangan, media, layanan profesional, penelitian, pengembangan pariwisata dan transportasi. 

Populis artinya paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan dan keutamaan rakyat. Dengan mengambil nama lokal pemerintah juga akan diuntungkan. Karena masyarakat akan menganggap pemerintah berpihak pada rakyat dan menjunjung tinggi populisme.

Kyoto -- Tokyo = Jakarta - Jokarta

Kasus ibu kota negara Indonesia saat ini menurut saya hampir sama dengan pergantian ibu kota di Jepang. Yaitu ibu kota pertama adalah Kyoto kemudian berpindah ke ibu kota yang kedua yaitu Tokyo. Kyoto sebagai ibu kota pertama merupakan salah satu kota tertua di Jepang. 

Kyoto menjadi ibu kota Jepang selama hampir satu millennium. Setelah itu, dengan alasan strategi desentralisasi kekuasaan kekaisaran dan modernisasi di Jepang. Ibu kota Jepang dialihkan ke Tokyo.

Walaupun Jepang tidak pernah secara resmi mengumumkan perpindahan ibu kota negaranya. Dengan kata lain, secara teknis dapat dikatakan jika Jepang memiliki dua ibu kota. 

Yakni Kyoto sebagai ibu kota di Barat yang berisi budaya-budaya lokal Jepang, dengan beragam situs warisan yang diakui UNESCO, Kyoto memiliki tradisi yang kaya. Tokyo sebagai ibu kota di bagian timur, memiliki gaya hidup yang sangat modern, dan terkoneksi dengan baik dengan dunia luar.

Belajar dari fenomena tersebut. Usulan Rocky Gerung terkait nama Jokarta sebagai nama ibu kota baru, sepertinya berterima. Sebagai penghargaan kepada presiden Joko Widodo yang telah menggagas dibangunnya ibu kota baru di Kalimantan Timur. Jokarta adalah gabungan dari kata Jokowi dan Kartanegara. Bagaimana, bisa diterima?

Polemik sebagai sarana musyawarah terbaik

Sebagai manusia dalam menyikapi sebuah persoalan dalam kehidupan. Baik pribadi maupun kepentingan sebuah negara. Polemik selalu hadir dan menyertai sebagai bumbu pelengkap kehidupan sosial bermasyarakat. 

Agar hidup kita terasa bahagia dan selaras. Marilah kita jadikan polemik sebagai sarana musyawarah yang terbaik. Apa pun nama yang diambil, kita yakini bahwa itu adalah hasil keputusan bersama. Kita do'akan semoga bangsa kita tetap jaya hingga akhir masa. (*)

#Nusantara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun