"Bunda, enaknya beli mobil apa DP rumah dulu, ya?
"Tergantung prioritas, lah! Kalau belum menikah, mungkin bisa beli mobil dulu. Kalau nanti sudah menikah, butuh rumah untuk menetap!" Jawabku, ketika si sulung bertanya padaku.
"O, ya sudah! Kalau gitu ngumpulin uang dulu, " katanya sambil tertawa.
"Owh, kirain!"
Mengapa Anak Muda Ragu Mengambil KPR?
Membeli rumah adalah impian banyak orang, namun bagi anak muda, langkah untuk mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) seringkali dipenuhi keraguan.
Di tengah dinamika ekonomi dan gaya hidup yang terus berubah, berbagai faktor membuat generasi muda berpikir dua kali sebelum terikat dengan cicilan jangka panjang. Mungkinkah takut riba? Atau banyak alasan lain yang melatar belakangi?
Apa saja alasannya? Yuk kita ulas.
1. Harga Properti yang Meroket Tak Terkejar Gaji
Ini adalah alasan paling mendasar. Kenaikan harga properti, terutama di kota-kota besar, jauh melampaui kenaikan upah rata-rata.
Dengan gaji yang stagnan atau hanya naik sedikit, anak muda merasa mustahil untuk mengumpulkan uang muka yang signifikan, apalagi melunasi cicilan bulanan yang bisa jadi lebih besar dari separuh penghasilan mereka.
 Mereka merasa seperti berlomba lari dengan kecepatan cahaya, namun dengan kaki terikat. Walah, berlomba dengan sepeda onthel saja susah kalau kaki terikat. Lebay, ya?
2. Beban Utang dan Komitmen Jangka Panjang
KPR adalah komitmen finansial yang sangat besar, bisa mencapai 15, 20, bahkan 30 tahun. Bagi anak muda yang cenderung ingin eksplorasi karier, bepergian, atau mengembangkan diri, ide terikat dengan cicilan selama puluhan tahun terasa membelenggu dan mengintimidasi.