Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

(Kolom Donasi) Sambal Belut dan Sawah yang Hilang

26 April 2022   19:40 Diperbarui: 26 April 2022   20:48 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambal ikan, seenak sambal belut.Mengobati kerinduan dan nostalgia masa kecil./dokpri

Mudik, mudik dan mudik yang memuhi berbagai artikel dan tulisan sempat membuat saya jenuh dan sejenak "melarikan diri " mencari suasana lain. 

Tapi tak bisa dipungkiri, di saat-saat terakhir ramadan, kata mudik menjadi kata yang paling viral dan familiar. Apalagi sudah 2 kali lebaran mudik tidak dianjurkan, bahkan dilarang, membuat acara mudik kali ini seperti euforia anak panah yang dilepaskan dari busurnya. 

Mudik tak bisa dipisahkan dari kampung halaman dan kenangan yang menyertai nya. Di samping bersilaturahmi terhadap sanak saudara, teman dan handai taulan, acara mudik biasanya diisi dengan mengunjungi tempat kenangan dan mencicipi kuliner unik yang menjadi kenangan. 

Di dekat rumah saya, di salah satu pojok kabupaten Purworejo, terhampar sawah yang luas. Dulu, sawah-sawah itu selalu basah tergenang air yang melimpah. Air mengalir deras dari Sungai Kedung putri, ke sungai sekunder, dan mengalir ke parit-parit saluran tersier hasil kerja padat karya yang menjadi program pemerintah jaman dahulu kala. 

Meski perempuan, saya suka sekali memancing belut. Berbekal pancing belut yang hanya berupa senar yang dipilin, dengan mata pancing di ujungnya, saya siap mengganggu kedamaian para belut dengan umpan ikan melik (sejenis ikan kecil yang banyak hidup di sawah, dan biasa dijadikan umpan untuk memancing belut). 

Terkadang kalau ketahuan bapak saya dimarahi dan di panggil pulang. Itu kalau memancing belut nya pas siang dan panas. Mungkin bapak khawatir kalau aku sakit. Tapi kalau sore hari saat hari mulai teduh, biasanya diperbolehkan. Atau saat itu bapak bertugas mengajar sore hari di sekolah swasta, jadi aku bebas berburu belut, hihihi... 

Belut ini sejenis ikan tinggi protein. Bahkan ikan sidat, sejenis belut yang bersirip, sangat terkenal di Jepang dengan nama unagi. Ada jenis lumbon, belut berukuran besar. Biasanya lubangnya terletak di air mengalir di pinggir sungai. Pokoknya memancing belut penuh keasyikan dan menjadi nostalgia tersendiri bagi saya. 

Terkadang perolehan belut hanya beberapa ekor. Kalau digoreng jadinya mengecil dan jadi sedikit sekali. Sebab ikan belut lebih enak digoreng krispi dan dimakan sekalian durinya. 

Salah satu cara mengolah belut agar cukup dibuat lauk adalah di sambal pedas dengan bumbu kencur dan bawang putih. Lebih cocok kalau belut nya dibakar, sehingga dagingnya lunak, disuwir-suwir, kemudian disambal. Lombok nya memakai cabe rawit yang pedasnya nampol. Dimakan bersama nasi putih hangat. Wow.. Wow.. Wow.. Rasanya tak terkatakan lezat dan nikmatnya. 

Sekarang sawah di samping rumah saya masih ada, tapi banyak yang mengering, dan sebagian lagi sudah ditanami bangunan untuk rumah, toko, maupun tempat usaha lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun