Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecewa dan Kemanusiaan Antara Bisnis dan Humanisme

13 Juni 2021   18:03 Diperbarui: 15 Juni 2021   05:16 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Botok tahu buatanku. Koleksi pribadi.

"Es krim apa ini? Tidak menarik blas. Warnanya kok coklat browning gitu? "

"Rujak nya mungkin, Mas" Kataku sambil membuka tutup segel nya dan langsung kuicip. Sejenak aku nyengir, rasanya hambar, meski ada toping meses dan susu coklatnya. Ku aduk mencari es krim nya, tapi tak ada, hanya serutan es batu dan rujak. Emm... Sebentar, sepertinya bukan rujak, tapi hanya buah yang diserut. Melihat aku hanya mengaduk-aduk 'es krimku', suamiku kembali berkata. 

'Wong es krim kok ditaburi es batu sama gula pasir". 

Owh..  bener seperinya ini bukan es krim, tapi serutan buah, serutan es batu, ditaburi gula pasir, meses, dan susu coklat. 

"Ya sudah, sini es krim nya buat aku semua", kuambil punya suamiku yang belum dibuka dan ku masukkan freezer lagi. . Punyaku yang sudah terbuka ku tambah sirup dan air, jd es sirup serut buah adakadabra, hihihi.. 

Suamiku sudah beralih menyendok nasi dan membuka botoknya. Lagi-lagi dia mengernyit dan melirik ku tajam. 

"Hadeuh, ada apa lagi nih? " Batinku. Seperti bisa membaca pikiranku, suamiku berkata, " Kamu coba sendiri sajalah! "

Dengan antusias dan penasaran kubuka. Taraaa..! Aneh, botok biasanya terdiri dari bermacam bahan, ini seperti cuma ada irisan batang sawi hijau dan sedikit parutan kelapa. Kuicip tak ada rasanya,dengan sedikit rasa pahit yang dominan tapi samar, bahkan bumbunya sama sekali tak terasa. Ku lirik suamiku yang mengaduk-aduk botok dengan masakanku. "Semoga jadi enak, "batinku. 

Masih ada 2 bungkus, tapi rasanya aku sudah tak berselera apalagi suamiku. Mungkin sang ibu penjual memasak menu diet versi dirinya sendiri. Bisa jadi kalau dilabeli " menu diet sehat lansia" malah bisa laris. Dengan sangat terpaksa sepertinya aku harus mengikuti pemikiran Gus Baha'. Yang penting dibeli, masalah nantinya jadi rejekinya bakteri dan miroorganisme pengurai, itu tak masalah, yang penting kita sudah berbagi  terhadap sesama makhluk. Nggih Gus... Kali ini terpaksa setuju. Biasanya gak tega buang-buang makanan

Sebagai pengobat kecewa, untuk makan malam ku buatkan suamiku bakso, tahu bakso, dan botok tahu kemangi dengan bahan dan bumbu yang lengkap. Beruntung bahannya tersedia semua di kulkas. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun