Mohon tunggu...
Isti N. Saptiono
Isti N. Saptiono Mohon Tunggu... Konsultan - Pengajar dan penggiat pendidikan

Pengajar, pemerhati dan penggiat pendidikan, peduli tentang isyu pendidikan dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Belajar Kehidupan dari Bercocok Tanam (1)

14 Juli 2020   17:56 Diperbarui: 15 Juli 2020   08:46 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama tiga bulan terakhir ini saya mencoba belajar hal-hal yang sebelumnya tidak pernah saya sempatkan. Salah satunya adalah bercocok tanam. 

Saya memang menyukai tanaman. Namun, sebelumnya saya lebih banyak merawat tanaman yang saya peroleh dari teman dan kerabat atau saya beli dari penjual tanaman dekat tempat tinggal saya. Itu pun mungkin belum bisa disebut merawat. Lebih cocok disebut menyirami tiap hari agar tidak mati.

Nah, karena waktu di rumah lebih banyak, saya berniat belajar merawat tanaman dengan lebih serius. Saya mulai memperhatikan ternyata sebagian tanaman saya kurang subur tumbuhnya. Banyak daun dan batang yang tampak kurang segar. Jenis tanaman yang sebenarnya memiliki warna daun yang cantik dan bentuk yang unik sama sekali tidak terlihat indah. 

Inilah waktu yang tepat untuk memberikan waktu bagi tanaman-tanaman yang selama ini setia memberi kesejukan di sekitar rumah. Walaupun pekarangan belakang dan depan rumah saya luasnya masing-masing hanya sekitar 9 meter persegi, adanya sejumlah tanaman hias dalam pot-pot beraneka ukuran sangat berperan dalam membuat taman rumah tampak asri.

Mulailah saya menjelajahi media daring untuk mencari informasi dan tips merawat berbagai tanaman, khususnya tanaman hias. Hati saya berbunga-bunga melihat begitu banyaknya panduan yang diberikan baik oleh para ahli, kurang ahli, amatiran, bahkan pemula seperti saya. Banyak sekali artikel yang dapat dibaca. Apalagi kalau kita menonton video-video tentang bercocok tanam! Pasti kita akan termotivasi. Ahhh... ternyata sederhana sekali! Saya juga bisa!

Memang sebagai sarana pembelajaran bercocok tanam, media video -baik video tutorial maupun video inspirasional- tampaknya paling efektif karena dapat menunjukkan langsung cara-caranya, langkah-langkah dan hasilnya. 

Hasil tanaman yang ditunjukkan dalam video pun sangat visual dengan warna-warni bunga yang jelita, buah-buahan yang bergelantungan walau ditanam dalam pot, dan berbagai tanaman hias yang menarik (bahkan ada yang memiliki nilai jual yang fantastis!). Ada sekitar 4.000 video yang dapat kita tonton di media daring. Saya pilih beberapa video yang mudah diikuti dan memberi penjelasan yang cukup detail, terutama untuk saya yang masih awam.

Semua akan saya coba... mengikuti apa yang dianjurkan. Begitu niat saya di awal.

Celakanya, banyak tips dan panduan yang saling bertolak belakang. Ada yang menganjurkan agar disiram 2 kali sehari dan ada yang mengatakan hanya boleh disiram 2-3 hari sekali agar akarnya tidak busuk. Ini untuk jenis tanaman yang sama, saudara-saudara! 

Ada yang memberi petunjuk untuk merendam benih satu hari satu malam sebelum disemai, tetapi ada yang mengunggah video penyemaian benih secara langsung di media tanam tanpa harus merendamnya. Ada yang menggunakan media tanam berupa tanah dicampur pupuk kandang, sementara yang lain menganjurkan komposisi media tanam berupa tanah, sekam bakar dan pupuk kompos. Ini juga untuk jenis tanaman yang sama, saudara-saudara!

Bingunglah saya! Jadi, petunjuk yang mana yang harus saya ikuti?

Karena ada beberapa jenis tanaman di halaman rumah saya, maka untuk sebagian saya mengikuti satu cara dan untuk sebagian lainnya saya menggunakan cara lainnya. Ada yang berhasil ada yang tidak. Walau dengan cara yang sama, tidak semua tanaman dengan jenis yang sama bereaksi sama. 

Ada yang sukses menjadi tanaman yang subur dan ada pula yang gagal total. Dari yang gagal saya coba memodifikasi cara yang dianjurkan sebelumnya dengan mengamati kondisi media tanamnya, posisi potnya (kena sinar matahari atau tidak), posisi tegaknya tanaman dalam pot, adanya hama yang mengganggu pertumbuhan, dan hal-hal lain yang mungkin menjadi penyebab kegagalan tersebut.

Akhirnya, dengan mencoba-coba sendiri, saya merasa memperoleh sebuah keterampilan. Bukan keterampilan bercocok tanam sebenarnya, tetapi keterampilan mengamati, merasakan, mencoba, menganalisa, memodifikasi, dan menyayangi. Nah... yang terakhir ini saya rasakan sebagai faktor penentu. Kalau ada rasa sayang, maka kita akan berupaya dengan segala daya untuk membantunya bertahan hidup dan bahkan berkembang menjadi tanaman yang luar biasa!

Aneh? Ya... awalnya saya merasa aneh. Namun ternyata, dengan penuh rasa sayang, kita akan melakukan kegiatan bercocok tanam kita dengan kelembutan gerakan tangan, berhati-hati dalam mencabut akar tanaman, memberi cukup vitamin dan sinar matahari, bahkan kita ajak tanaman berbicara (dalam hati), yang semuanya membuahkan hasil!

Bunga Krokot (portulaca oleracea)
Bunga Krokot (portulaca oleracea)
Seperti membesarkan anak sendiri
Setelah saya coba merenungkan kembali, bercocok tanam dapat dianalogikan sebagai proses membesarkan anak sendiri. Walau kita membaca banyak buku panduan, berlangganan majalah parenting, ikut berbagai seminar tentang mendidik anak yang baik dan benar, tetaplah kita sebagai orang tua yang tahu betul tentang anak kita. 

Dengan didasari rasa cinta, sayang, dan percaya kepada anak kita, apapun akan kita lakukan demi masa depan anak kita. Proses kita sebagai orang tua dalam mendidik, membimbing, memandu, mengembangkan, dan membentuk mereka menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bermanfaat adalah proses yang sangat personal sifatnya. 

Kita fokus pada nilai-nilai dan karakter baik dan yakin pada hasil yang terbaik. Bahwa dalam prosesnya ada hambatan-hambatan, bahkan kegagalan-kegagalan, itu merupakan hal yang biasa dan bahkan menjadi pelajaran berharga bagi kita.

Begitu juga dalam bercocok tanam. Tidak ada kata menyerah. Yang ada adalah kata mencoba lagi. Bukankah tidak ada kata menyerah dalam mendidik anak-anak kita?

Saya sangat menikmati proses belajar bercocok tanam selama tiga bulan ini. Dalam tulisan-tulisan saya selanjutnya, saya akan berbagi beberapa pengalaman yang saya peroleh dari proses belajar bercocok tanam ini. Pengalaman menyemai benih, menanam biji, mengembangbiakkan tanaman hias, dan lain-lainnya. Mudah-mudahan bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun