Mohon tunggu...
Istiqomariyah Indra Ningrum
Istiqomariyah Indra Ningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi Universitas Surabaya

Selalu berusaha menunjukkan sisi terbaik diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlunya Kecerdasan Emosi dalam Pengambilan Keputusan

26 Agustus 2020   18:53 Diperbarui: 26 Agustus 2020   18:45 2641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini menunjukkan pengalaman emosional merupakan hal yang subjektif. Namun jika kita dapat berempati yaitu dengan memahami perspektif orang lain, kita mampu merasakan emosi orang tersebut. Kedua, respon fisiologis individu seperti otot tegang, berkeringat, badan gemetar, dan jantung berdetak keras. Ketiga, respon behavioral seperti ekspresi wajah seseorang terhadap kita dapat menimbulkan emosi tertentu. Contohnya, ketika teman tersenyum maka kita otomatis merasa senang.

Emosi berbeda dengan mood, emosi memiliki penyebab yang dapat ditelurusi dan diidentifikasi. Sedangkan mood sulit untuk diketahui penyebabnya. Mood lebih ringan daripada emosi namun lebih tahan lama. Contohnya, seseorang merasa cemas beberapa hari terakhir tanpa alasan yang jelas. Kata "emosi" merupakan konsep umum yang digunakan dalam ilmu pengetahuan dibandingkan dengan "perasaan", karena perasaan lebih mengacu pada suatu konteks tertentu.

Emosi sangat banyak bentuknya, sehingga ada istilah emosi primer dan sekunder. Emosi primer adalah emosi mendasari emosi lainnya, seperti marah, sedih, takut, nyaman, cinta, terkejut, jijik, dan malu (Goleman, 2009). Sedangkan emosi sekunder adalah emosi yang didasari oleh emosi primer, seperti depresi, cemas, kesepian, optimis, kecewa, bahagia, cemburu, dan lain-lain. Emosi primer seperti sedih dapat menyebabkan dan mendasari emosi lain/sekunder berupa depresi dan kecewa.

Orang awam cenderung mendefinisikan emosi sebagai hal yang negatif. Namun dalam pengetahuan, emosi tidak selalu negatif. Emosi individu ada dua jenis yaitu positif dan negatif (Arne Vikan, 2017). Emosi positif bisa dalam bentuk kebahagiaan dan ketertarikan. Sedangkan emosi negatif adalah sedih, marah, dan takut. 

Emosi memiliki fungsi dan manfaat terlepas apakah itu emosi positif dan negatif. Contohnya, emosi positif (ketertarikan) sangat diperlukan agar seseorang bersemangat dalam mendalami suatu ilmu pengetahuan. Contoh dalam emosi negatif (takut) memiliki fungsi agar kita menjauhi situasi yang berbahaya. 

Namun dalam hal ini tidak baik jika membiarkan emosi berlebihan, jika kita terlalu tertarik pada satu hal, kita tidak boleh terlalu obsesi dan semena-mena mengesampingkan hal lain karena boleh jadi ada hal lain yang lebih bermanfaat. Jika emosi takut terlalu kuat dan mendominasi, kita akan selalu menghindar sehingga tidak bisa berkembang dan belajar.

Emosi perlu dikontrol agar stabil dan tidak mendominasi diri dalam mengambil sebuah keputusan, oleh sebab itu diperlukan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi dan memanfaatkan emosi untuk meningkatkan kemampuan berfikir dengan cara mengidentifikasi emosi, mengelola, memahami, dan merefleksikan emosi dengan benar (Mayer, 2004). 

Mengidentifikasi dan memahami emosi diperlukan untuk merasakan emosi dengan benar dan akurat. Mengelola dan merefleksikan emosi untuk memanfaatkan emosi dengan benar, seperti emosi negatif dimanfaatkan untuk melukis karena emosi dapat mendorong kreativitas.

Kecerdasan emosi berbeda dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan intelektual lebih berfokus pada kemampuan berfikir individu. Sedangkan kecerdasan emosional kemampuan individu dalam mengidentifikasi, memahami, mengelola perasaan, dan merespon lingkungan. Orang awam cenderung menganggap bahwa kecerdasan intelektual lebih baik daripada kecerdasan emosional. Padahal baik kecerdasan intelektual maupun emosional sama-sama berperasan penting dalam kesuksesan.

Para tokoh-tokoh besar menekankan pentingnya kecerdasan secara emosional, karena kecerdasan emosional dapat membentuk kepribadian. Kepribadian dapat menentukan masa depan. Untuk menjadi seorang pemimpin, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional lebih berpotensi daripada yang rendah. Seorang pemimpin harus dapat mengelola emosi dan meregulasi diri agar langkah yang diambil tepat, tidak berdasarkan emosi semata, dan disampaikan dengan baik. 

Jika seseorang hanya cerdas secara intelektual namun rendah secara emosional maka kemungkinan kecil ia dapat survive terhadap lingkungan. Contohnya, individu yang pintar namun kurang bersosialiasi akan membatasi dunianya, sehingga keterampilan sosial kurang. Ketika berada dalam lingkungan pekerjaan akan sulit untuk menyatakan gagasannya, maka percuma jika pintar tapi tidak dapat direalisasikan. Oleh sebab itu kecerdasan emosional dan intelektual sama pentingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun