Mohon tunggu...
Isti Nurhayati
Isti Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Isti Nurhayati

Isti Nurhayati, Kalteng

Selanjutnya

Tutup

Diary

Akhirnya Bisa

2 Juli 2022   21:05 Diperbarui: 3 Juli 2022   04:24 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Kisah cemilan piscok alias pisang coklat yang sering  menghiasi meja ruang santai di rumah kami karena setiap  melewati jalan di sudut kotaku, kami selalu menyempatkan membeli. Gak hanya di situ di mana pun setiap melihat cemilan piscok ini aku selalu membeli karena ingat anak-anakku yang hobi banget dengan cemilan yang satu ini. Masalah rasa itu relatif dari penikmatinya karena setiap orang punya selera masing-masing.

 
         Menurut kami piscok yang rasanya paling enak yang ada di jalan sudut kotaku yang mangkal di pinggir jalan raya setiap habis Sholat Asar. Tempat yang strategis membuat banyak pelanggan mampir untuk membeli terutama anak-anak muda karena kebetulan tempatnya di dekat kampus. Tak heran kalau pembeli terkadang sampai rela antre menunggu piscok yang masih digoreng karena kehabisan stok yang sudah masak.

          Suatu hari saat menjelang Magrib kami melintasi sudut kotaku tersebut, kami pun berencana mau mampir untuk membeli piscok, namun ternyata si Paman pedagang sudah gak nongkrong di tempat. Bertanya dengan pedagang di sekitarnya ternyata si Paman piscok sudah pulang karena dagangannya sudah habis. Ada rasa kecewa yang dirasakan anak-anakku begitu mendengar penjelasan tersebut karena harus menunda membeli cemilan favoritnya. 

            Hari itu ketika sang Surya mulai beranjak pulang ke peraduannya, anakku Reiha menghampiriku meminta izin mau keluar untuk membeli bahan makanan. Tidak kutanya secara detail bahan makanan apa yang mau dibeli, karena dia sudah dewasa dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester delapan di Universitas Esa Unggul Jakarta jurusan Broadcasting yang sedang mudik karena liburan. Pulang ke rumah sudah malam karena mampir ke tempat temannya, aku pun sudah tertidur.

           Saat aku terbangun malam mau ke kamar kecil,…. begitu keluar dari kamar tiba-tiba tercium aroma sedap dan harum dari arah dapur. Aku pun jadi penasaran, akhirnya kucari aroma harum tersebut ada di mana. Begitu terkejutnya aku melihat toples besar di atas meja makan isinya piscok banyak sekali. Terasa belum percaya akhirnya kulihat suasana dapur dan ternyata ada sisa-sisa bekas masakan yang dibuat anakku di tengah malam saat mamanya tertidur pulas.

          Pagi harinya setelah sholat Subuh, seperti biasanya kegiatanku memasak untuk keluarga. Tiba-tiba Reiha datang menghampiriku dan bercerita kalau dia sudah berhasil membuat cemilan favoritnya dengan tiga varian rasa yaitu rasa coklat, keju dan stroberi. Cemilan yang bahan-bahannya mudah dicari di warung dekat rumah dengan harga yang sangat murah. Siapa pun pasti bisa membuatnya asal ada kemauan untuk mencoba.

          Pada saat ada keluarga mau pulang ke yogya, dengan inisiatif sendiri Reiha kembali membeli bahan-bahan untuk membuat cemilan piscok, pisju dan pistro tersebut. Bersama adiknya dia membuat cemilan itu banyak sekali, katanya untuk oleh-oleh biar sepupunya di Yogya ikut merasakan cemilan hasil karyanya. Tak perlu waktu lama untuk membuatnya, dan aku pun tertarik juga untuk membantu.

          Akhirnya cemilan piscok, pisju dan pistro bisa sampai ke Yogya. Oleh-oleh tak perlu harus mahal yang penting kita ikhlas memberi sesuatu dengan orang lain. Begitulah kami mengajarkan anak-anak untuk bisa berbagi dari hal-hal yang sederhana. Semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun