Memiliki anak adalah dambaan setiap pasangan yang telah menikah. Anak yang terlahir sehat, normal, tumbuh dengan ceria adalah impian setiap orang tua. Namun, tidak semua anak terlahir sama dan tidak tumbuh dengan perkembangan yang sama juga. Bahkan anak yang terlahir dari orang tua yang sama, lingkungan yang sama pun memiliki sifat dan ciri khas masing-masing. Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing diantaranya dalam gaya belajar dan cara pandang mereka terhadap lingkungan. Beberapa anak mungkin lebih visual, sementara yang lain lebih auditif atau kinestetik.
Setiap anak memiliki potensi yang unik dan perlu dihargai dalam setiap proses pembelajaran. Oleh karena itu, tingkat keberhasilan seorang anak tidak harus diukur dari nilai akademik semata, tetapi juga mengakui keterampilan, sikap, dan kecerdasan lain yang dimiliki oleh siswa. Namun, cara pandang ini belum begitu bisa diterima oleh setiap orang tua. Kebanyakandarimerekamasihmemilikipandanganjikaanakyangpandaiituadalahanakdengannilaiakademikyangbagus.
Menurut Gardner (1993) menyajikan teori dalam bukunya "The Multiple Intelligence" yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan majemuk yang terlihat sejak usia remaja.
Teori multiple intelligences ini memperlihatkan pandangan baru dibandingkan teori Intellectual Quotient (IQ) yang sekian lama digunakan untuk mengukur kecerdasan seseorang.
Gardner berpendapat bahwa IQ sebagai pengukur kecerdasan secara umum sangat terbatas dalam kehidupan nyata. Dia mengusulkan 8 jenis kecerdasan berbeda yang berlaku di berbagai bidang fungsi kehidupan manusia.
Kedelapan jenis kecerdasan tersebut, antara lain linguistik, matematika, visual spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, dan naturalis.
Berikut adalah beberapa unsur intelegensi dalam multiple intelligences dan ciri pengembangannya;
Intelegensi Linguistik-Verbal
Berkaitan dengan kemampuan yang efektif dalam menggunakan bahasa, termasuk berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan. Kemampuan ini bisa distimulasi sejak anak masih berusia balita, seperti contohnya membacakan buku cerita, bernyanyi, dan mengajak si kecil mengobrol dengan bahasa yang sama dan teratur. Anak-anak yang punya kecerdasan verbal linguistik memiliki kemampuan yang baik dalam bernalar dan memecahkan masalah dengan menggunakan bahasa.
Anak-anak dengan kecerdasan verbal lingusitik memiliki beberapa ciri umum berikut ini:
- Senang memelajari kata-kata baru dan menikmati menggunakan kata-kata tersebut secara kreatif
- Menikmati permainan yang berkaitan dengan huruf-huruf seperti mencocokkan, menukar huruf, atau tebak- tebakan kata.
- Memiliki keterampilan menyimak dengan baik dan memiliki memori yang kuat atas apa yang mereka baca.
- Memiliki pemahaman dan daya ingat yang kuat dari bahasa yang mereka dengar, misalnya lagu, bahkan detail pesan seperti nama, alamat, tanggal, atau hal kecil lain.
- Memiliki minat besar terhadap buku, bahkan ketika ia belum mampu membaca.
- Mampu mengekspresikan diri dan perasaan dengan baik melalui kata-kata.
- Biasanya mereka adalah pendengar yang baik.
- Pandai bercerita atau melucu. Mereka bahkan mampu memengaruhi orang lain dengan kata-katanya