Mohon tunggu...
Iis Siti Aisyah
Iis Siti Aisyah Mohon Tunggu... Freelancer - Teacher | Reader | Freelance Writer

Penikmat buku dan coklat secara bersamaan. Sini nyoklat di jejaksuaraa.blogspot.com :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan di Atas Noktah

1 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 1 Januari 2019   07:20 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang tidak nampak pada 2018? Masih sangat ragu aku menyebut setiap jengkal perjuangan ini sebagai ketulusan. Hati yang penuh dengan ketakutan, hati yang masih khawatir, seakan imanku diuji Tuhan. Aku nampak tak berdaya, sekali-kali hidupku goyah dan lupa jikalau semestapun ada dalam pengawasan-Nya. Setiap daun yang jatuhpun adalah izin-Nya. Aku seakan orang yang tidak beriman, melulu memikirkan orang yang menyakiti bahkan yang tak peduli sama sekali dan lupa diri sendiri, berapa kali aku berbuat dosa dan berapa kali aku melukai perasaan keluarga, sahabat, dan diriku sendiri. Aku melulu memikirkan hal yang belum terjadi, aku berpikir pendek, aku egois, aku keras kepala, dan aku ingin menang sendiri.

Life in present moment. Aku ingin hidup hari ini. Aku ingin terbebas dari belenggu yang menyakiti, aku ingin memerdekakan diri sendiri. Sekali-kali aku ingin tak acuh pada ucapan orang yang hanya menjatuhkan dan membuatku tak berdaya. Aku ingin kuat, dalam genggaman diatas prinsip kehidupan yang sederhana, menginginkan keluarga yang bahagia, persahabatan yang murni.

 Energy flows where attention goes. Aku ingin fokus terhadap hal-hal penting yang memang membuatku bahagia dan merasa dhargai. Bukan seberapa harga yang diberikan, setidaknya sesuatu itu merasa bahagia karenaku dan begitupun aku bahagia karenanya. Aku ingin fokus terhadap hal-hal yang memang membahagiakanku, keluargaku, dan sahabat tulusku. Sebab, ada kemungkinan sahabat palsu menertawakan kegagalanku. Aku.. tidak akan pernah ingin, memprioritaskan hal-hal yang tidak bermanfaat. Melakukan yang tidak pernah dihargai, dan bahkan ucapan terima kasihpun tidak. 

Aku harus bisa menghargai dan mencintai diriku sendiri, sesuai kemampuan dan keadaanku. Luka lama, yang masih membekas segeralah sembuh dan mulailah hidup di tahun baru dengan segudang harapan yang disertai dengan senyuman kebahagiaan. Sambut hari ini dengan basmallah, dengan resolusi kebahagiaan hakiki, antara dunia dan akhirat. Kutulis resolusi di kertas putih, dengan segenap keyakinan bahwa hari ini - ke depan akan kusongsong kebahagiaan bersama orang-orang tulus. 

Ciamis, 1 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun