Mohon tunggu...
Istanti Fatkhul Janah
Istanti Fatkhul Janah Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Seorang Ibu dari satu anak yang mengabdikan diri sebagai pembelajar, pembaca manuskrip, pengagum kearifan lokal, pengeja prasasti, penulis kisah, penyuka budaya, penikmat senja, menjalani gaya hidup 'meaning full'~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Reyog Ponorogo dalam Etika dan Estetika

2 Desember 2021   23:57 Diperbarui: 3 Desember 2021   00:19 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur. Kota ini dikenal dengan sebutan bumi Reyog karena memiliki kesenian khas daerah yaitu Reyog. Reyog Ponorogo sendiri merupakan salah satu karya seni pertunjukan tradisional yang telah menjadi pusat perhatian masyarakat, baik lokal, nasional maupun  internasional dan merupakan salah satu karya seni budaya yang  memiliki kekuatan menjadi identitas budaya nasional.

Seni pertunjukan ini merupakan teater rakyat yang biasa dipentaskan dalam acara-acara prosesi di tempat atau arena terbuka. Seni pertunjukan ini sangat terkenal di daerah Ponorogo dan memiliki pengaruh  yang kuat bahkan sampai ke luar daerah Jawa Timur. 

Oleh karena itu, Reyog Ponorogo yang memiliki nilai-nilai kultural yang khas dan telah diwariskan secara turun temurun perlu dipelihara dan dilestarikan agar dapat tetap memiliki eksistensi sebagai identitas budaya lokal maupun nasional. Sejarah kesenian Reyog sendiri terbagi menjadi beberapa versi yang diyakini kebenaranya oleh setiap masyarakat pendukungnya.

Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan sebagaui suatu identitas dan ciri khas dari suatu bangsa, dapat menunjukkan ciri dari suatu bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kebudayaan perlu untuk dilindungi baik oleh pemerintah maupun masyarakat bangsa tersebut. 

Pada masa sekarang ini, kebudayaan sudah sering dilupakan dan diabaikan pelestariannya, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Tari Reyog Ponorogo sempat menjadi bahan berita di Indonesia pada bulan November 2007, saat Tari Barongan, yang ‘persis bahkan sama’ dengan Reyog, menjadi bagian dari kampanye pariwisata Visit Malaysia 2007, ‘Malaysia Truly Asia’. Yang paling menyinggung, sosok Singo Barong yang menjadi ikon Reyog dengan topeng Dhadak Merak yang biasa tertuliskan  ‘Reyog Ponorogo’ diganti dengan satu kata yaitu ‘Malaysia’. 

Hal ini idak sesuai dengan Pedoman Dasar Kesenian Reyog Ponorogo Dalam Pentas Budaya Bangsa. Selain itu dalam perkembangannya, beberapa jenis seni pertunjukan tradisional mengalami kemunduran atau bahkan mengalami kepunahan. Ancaman terjadinya kepunahan akan berlangsung terus apabila masyarakat pemiliknya tidak memiliki kemauan untuk menjaga keberlangsungan atau melestarikan seni tersebut. 

Terlebih lagi derasnya arus globalisasi dapat membawa dampak buruk terhadap kesenian lokal apabila penanaman seni budaya sebagai karakter bangsa tidak kuat. Untuk itu  dibutuhkan upaya dalam rangka menjaga keeksistensinya adalah dengan cara meregenerasi para seniman. 

Supariadi dan Warto (2012:1) mengkalsifikasi regenerasi seniman Reyog Ponorogo menjadi dua jalur yaitu: jalur formal (festival) dan jalur non formal (obyok). Seniman Reyog Ponorogo, baik Reyog festival maupun Reyog obyog, memiliki potensi dan kompetensi yang baik untuk menampilkan seni pertunjukan Reyog menjadi identitas khas daerah.  

Secara umum masyarakat Kabupaten Ponorogo memiliki apresiasi yang baik terhadap seni reyog, khususnya Reyog festival. Dari fakta tersebut diketahui bahwa minat generasi muda untuk menjadi seniman juga cukup tinggi, khsuusnya untuk menjadi seniman Reyog festival. 

Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah memiliki komitmen yang baik dalam mendukung regenerasi seniman Reyog melalui berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh instansi/dinas teknis terkait seperti penyelenggaraan Festival Nasioal Reyog Ponorogo (FNRP), Festival Reyog Mini (FRM), pentas Reyog bulan purnama, parade Reyog, dan pengintegrasian reyog ke dalam muatan lokal pada kurikulum sekolah maupun perguruan tinggi. Beberapa komunitas mahasiswa di luar kota juga membentuk paguyuban Reyog yang juga eksis. Beberapa tahun terakhir, Bupati Ipong juga menjadikan pentas Reyog setiap tanggal 11 disetiap desa menjadi agenda wajib yang harus dilaksanakan. 

Reyog Ponorogo yang eksistensinya mendunia memiliki sejarah yang unik. Ada beberapa versi kesejahteraannya. Setiap versi memiliki massa pendukungnya masing-masing. Pertama, versi Kerajaan Bantarangin yang menceritakan Prabu Klana Sewandono sebagai raja yang memiliki Patih bernawa Pujangganong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun