Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru adalah Bintang

26 November 2021   02:31 Diperbarui: 26 November 2021   02:34 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nobar bersama kelas Ibnu Hayyan. Sumber Ilustrasi: Dokumen Pribadi

Awalnya, menjadi guru bukanlah cita-cita yang kuinginkan.  Profesi ini di zamannya dulu bukanlah profesi yang menjanjikan dan sering dipandang sebelah mata.  Maka berkali-kali kuhindari pekerjaan ini.  Namun berkali-kali pula Allah mendekatkannya.

Saat masih bekerja sebagai asisten peneliti di International Potato Center- Lembang, aku juga terhubung dengan kegiatan belajar mengajar dengan mahasiswa yang sedang melakukan praktik kerja lapangan maupun penelitian skripsi.  Juga dengan para petani di daerah Lembang, Pangalengan, Dieng, dan Brastagi.

Setelah memutuskan menjadi ibu rumah tangga, ada saja yang meminta bantuanku sekedar untuk belajar mengaji, membahas soal-soal Bahasa Inggris untuk adik teman yang akan ujian, membuatkan lamaran kerja berbahasa Inggris, juga menggantikan teman yang sedang berhaji untuk mengajar di TK-nya.

Di saat-saat ekonomi sulit pun ternyata dapurku tetap ngebul ditopang dari penghasilan mengajar di bimbelku dan free lance di beberapa tempat. 

Hasilnya tidak seberapa tetapi sungguh sangat membantu.  Sampai akhirnya petualangan di dunia tutorial berlanjut secara formal di SD IGM di usiaku yang sudah tidak muda lagi yaitu 36 tahun. Kala itu tahun 2008.

Apa karena ada titisan darah guru dari kakekku, ya? Entahlah! Aku hanya menyakini kebenaran ayat Alquran bahwa boleh jadi aku membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagiku. Dan boleh jadi aku menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagiku. Allah mengetahui, sedangkan aku tidak mengetahui.

***

Dulu, ada salah satu momen yang tak terlupakan saat aku mengikuti lomba pelajar teladan SD di tingkat kabupaten. Dari sekolah menuju tempat lomba berjarak tujuh belas kilo meter. 

Aku naik motor dibonceng bapak kepala sekolah. Meskipun tidak menang tetapi pulangnya dibelikan nanas oleh beliau. Senang sekali rasanya mendapat penghargaan kecil itu. 

Penghargaan yang bisa kubanggakan di hadapan bapak ibuku dengan menghadiahkan nanas itu kepada mereka. Jiwaku tiba-tiba menjadi besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun