Mohon tunggu...
Issyroq RemitaPutri
Issyroq RemitaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Interested in social issues

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Harmonis Rusia-China Pasca Invasi Rusia ke Ukraina

5 Oktober 2022   17:58 Diperbarui: 5 Oktober 2022   18:37 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baru-baru ini dunia sedang dihebohkan dengan invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina. Invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina tersebut menimbulkan dampak yang besar bagi kedua negara sendiri. Baik Rusia maupun Ukraina sama-sama menanggung kerugian akibat dari perang tersebut. NATO memperkirakan bahwa terdapat 7000-15000 tentara Rusia yang terbunuh saat invasi tersebut terjadi. Tidak hanya itu, Oryx menyebutkan bahwa Rusia juga menanggung kerugian berupa kerusakan 427 tank pada awal April yang lalu. Ditambah dengan adanya korban yang berasal dari warga sipil juga menambah daftar panjang dampak atau kerugian yang harus ditanggung oleh kedua negara ini. 

Invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina juga menimbulkan berbagai respons dan kecaman berbagai negara. Terdapat beberapa negara yang menjatuhkan hukuman kepada Rusia terkait dengan invasi tersebut. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jepang, Republik Ceko, Australia, hingga Selandia Baru tidak segan memberi sanksi terhadap Rusia. Sanksi yang diberikan setiap negara pun beragam, AS tidak segan memberi sanksi terhadap Rusia akibat dari perang tersebut. AS menjatuhi sanksi ekonomi dengan melarang bank-bank Amerika untuk memperdagangkan saham atau meminjamkan dana kepada Rusia. Inggris juga turut memberi sanksi berupa pembekuan aset terhadap dua bank milik Rusia dan memblokir perusahaan Rusia untuk mencari keuntungan di Inggris. Kanada memberi sanksi berupa melakukan pembatasan ekspor ke Rusia, disusul dengan Republik Ceko yang memberi sanksi berupa pelarangan maskapai Rusia untuk terbang ke negaranya. Selain sanksi-sanksi tersebut, bank-bank di Rusia juga terancam dalam pemutusan jaringan keuangan SWIFT. Sanksi tersebut didukung oleh beberapa pihak yaitu, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. 

Melihat banyaknya dampak dan juga tekanan yang diterima oleh Rusia akibat dari perang tersebut, Rusia berusaha untuk tetap berdiri kokoh dan menunjukkan kekuatannya di mata dunia. Hal ini lah yang dinilai menjadi salah satu faktor pendorong Rusia membentuk aliansi dengan negara lain. Salah satu negara yang memiliki hubungan baik dengan Rusia pasca terjadinya invasi di Ukraina adalah Cina. Tekanan ekonomi yang terus datang dari negara lain untuk Rusia membuat negara ini akhirnya menjalin kerjasama dengan Cina. Diketahui bahwa hubungan kedua negara ini menjadi semakin harmonis di tengah konflik invasi Rusia ke Ukraina yang memanas. Cina hingga saat ini masih menjadi mitra dagang tunggal terbesar Rusia, dan semenjak adanya invasi ke Ukraina angka perdagangan kedua negara ini mengalami peningkatan. Rusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan barangnya dengan melakukan ekspor dari Cina untuk mengurangi ketergantungannya dengan negara barat. Cina juga tampaknya telah sukses menguasai pasar Rusia, salah satunya contoh produk Cina yang menguasai pasar Rusia adalah smartphone. Sebelum terjadinya perang, merk Apple dan Samsung merupakan produk paling kuat di Rusia. Pasca perang, kedua produk tersebut akhirnya ditangguhkan dan digantikan dengan smartphone buatan Cina yaitu Xiaomi. Tidak tanggung-tanggung, pangsa pasar smartphone ini meningkat menjadi 70% pada bulan Juni yang lalu. Sedangkan Cina sendiri melakukan impor energy yang dipasok dari Rusia dengan harga murah untuk menghindari krisis energy di negaranya. Selain itu, sanksi ekonomi yang diterima Rusia menyebabkan akses ekonomi negara ini terputus dari Dollar dan Euro. Hal tersebut menyebabkan lonjakan angka permintaan mata uang Cina yaitu Yuan di Rusia. Beberapa perusahaan di Rusia juga telah beralih ke Yuan untuk melakukan pembayaran internasional. Salah satu buktinya adalah perusahaan gas alam di Rusia yang akan menagih pembayaran ke Cina menggunakan Yuan dan juga Bank VTB yang akan meluncurkan transfer uang ke Cina menggunakan mata uang Yuan. Peningkatan penggunaan mata uang Yuan di Rusia ini tentu dapat semakin meningkatkan hubungan positif antara keduanya dan kedua negara ini pun optimis untuk saling mendukung satu sama lain dalam hal penguatan ekonomi. Hubungan baik yang terjadi antara Rusia dan Cina juga tidak hanya ditujukan dalam bentuk kerjasama ekonomi. Kedua negara ini juga sering melakukan bersekutu untuk menentang kebijakan-kebijakan yang mereka anggap sebagai campur tangan Amerika Serikat dan sekutunya. Kedua negara ini juga sempat melakukan pertemuan dan menyatakan bahwa hubungan persahabatan dan kerjasama keduanya tidak memiliki batasan dan larangan dalam bidang apapun. Contoh kerjasama lain yang dilakukan Rusia dan Cina adalah dalam bidang pertahanan. Baru-baru ini kedua negara tersebut diketahui melakukan latihan militer bersama yang dilakukan selama sepekan. Latihan militer ini disebut dengan Vostok 2022 dan diselenggarakan di tujuh lapangan tembak jauh di wilayah timur Rusia dan laut Jepang. Selain China, latihan militer ini juga diikuti oleh negara lain seperti Mongolia, Belarusia, Kazakhstan, India, Armenia, Kyrgyzstan, Laos, Azerbaijan, Nikaragua, Laos, Aljazair, dan Suriah. Latihan militer ini melibatkan 50 ribu lebih tentara. Latihan militer ini menunjukkan hubungan kedekatan antara Rusia dan Cina yang semakin harmonis pasca terjadinya invasi di Rusia.

Baik Rusia maupun Cina juga tampak mendukung satu sama lain. Cina sempat memberi kritik terhadap NATO yang terus memperluas kekuasaanya di wilayah Timur sehingga memicu Rusia untuk melakukan Invasi. Sama hal nya dengan Rusia, negara ini turut angkat bicara mengenai kunjungan ketua DPR Amerika Serikat yaitu Nancy Pelosi ke Taiwan. Kunjungan tersebut dinilai sebagai salah satu taktik Amerika untuk mengusik Cina yang dapat memicu ketegangan anatara Cina dan Taiwan. Dari hal tersebut kita dapat meihat bahwa kedua negara ini tampaknya serius dalam meberi dukungan untuk satu sama lain. Hubungan harmonis anatara Rusia dan Cina yang terjalin pasca adanya invasi Rusia ke Ukraina tersebut menuai berbagai respons publik. Banyak pihak yang pada akhirnya menjadi khawatir akan adanya perang yang lebih besar lagi, mengingat kedua negara ini sama-sama memilki kepentingan untuk menyaingi kekuatan barat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun