Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wayang Bule dan Nyanyian Cepot Jadi Ger-geran di Pentas Wayang in Town

18 November 2015   09:07 Diperbarui: 18 November 2015   15:08 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jahja Setiaatmadja (kanan), Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), menyerahkan gunungan kepada Adi Konthea (kiri), dalang Wayang Goleg dari Jawa Barat, sebagai pertanda diresmikannya pentas Wayang in Town, di Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa (17/11/2015). Pentas ini berlangsung hingga Rabu (18/11/2015). BCA mengundang 600 pelajar dari 19 Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) dari kawasan Jakarta dan Tangerang, Banten, untuk nonton wayang bersama. Foto: isson khairul

Si Cepot, tokoh tengil dalam lakon Wayang Goleg Sunda, berkulit hitam dan berhidung pesek. Hampir 200 siswa dari berbagai SMP di Jakarta, ger-geran karena ulah Si Cepot di Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa (17/11/2015).

Ini pentas Wayang Goleg Sunda betulan, dengan durasi 2 jam suntuk, dari pukul 11.00 hingga 13.00 WIB. Bukan hanya Cepot yang tampil, tapi juga Rahwana, Arjuna, Bima, dan Stephanie, tokoh wayang bule, lengkap dengan topi dan rambut pirangnya. Begitulah Adi Konthea, sang dalang, mengolah secara kreatif pentas wayang tersebut, agar tontonan wayang menjadi bagian dari keseharian siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang praktis belum pernah nonton wayang semalam suntuk. Mengenalkan wayang kepada mereka, sekaligus mengingatkan mereka, bahwa wayang adalah salah satu kekayaan asli bangsa Indonesia dan sudah diakui UNESCO sebagai World Master of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 7 November 2003.

Bakti BCA, Bakti Budaya

Mengenalkan wayang kepada pelajar, adalah salah satu kerja besar Bakti Bank Central Asia (BCA), dalam konteks melestarikan kekayaan budaya negeri ini. Tahun 2015 ini merupakan tahun kelima, tim kreatif Bakti BCA bergerilya ke sekolah-sekolah di berbagai kota di Indonesia, untuk mengenalkan wayang kepada mereka. Tentu bukan hal yang mudah, mengingat wayang adalah dunia yang jauh dari keseharian pelajar, yang kini waktu mereka lebih banyak tersita untuk main game dengan perangkat gadget.

Ketidakmudahan itulah yang disikapi Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, sebagai tantangan sekaligus peluang. Masyarakat umum selama ini mengenal wayang dengan tiga kelompok besar: Wayang Kulit di Jawa Timur, Wayang Wong di Jawa Tengah, dan Wayang Golek di Jawa Barat. Selain itu, masih sangat banyak jenis wayang, yang diwariskan para pendahulu kita, yang secara budaya memiliki nilai-nilai luhur, yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Sekadar menyebut contoh, antara lain, Wayang Suluh, Wayang Kancil, Wayang Calonarang, Wayang Krucil, Wayang Ajen, Wayang Sasak, Wayang Sadat, Wayang Beber, dan masih banyak wayang lainnya.

“Sebagian dari wayang itu, sudah susah ditemukan jejaknya. Salah satunya, karena yang mengerti dan memahaminya sudah meninggal, tapi tidak ada generasi penerusnya,” tutur Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, di hadapan 200 siswa dari berbagai SMP di Jakarta tersebut. Karena itulah, lanjut Jahja Setiaatmadja, mari kita mengenal warisan budaya kita ini. Dengan mengenal wayang, mudah-mudahan tumbuh rasa cinta kita kepada wayang, hingga kita tergugah untuk melestarikannya.

Kepada 200 siswa tersebut, Jahja Setiaatmadja berpesan, agar kesempatan nonton wayang di event Wayang in Town ini disebar-luaskan melalui media sosial, seperti facebook, twitter, instagram, dan yang lainnya. ”Supaya rekan-rekan kalian yang belum berkesempatan nonton wayang, tergerak untuk nonton wayang, mudah-mudahan mereka juga turut mencintai wayang,” ujar Jahja Setiaatmadja, yang langsung disambut tepuk antusias oleh para pelajar tersebut. Dari sini kita tahu, memang butuh waktu dan kesungguhan untuk melestarikan nilai-nilai budaya, dan itu adalah tanggung jawab kita bersama.

Adi Konthea (kanan), dalang Wayang Goleg dari Jawa Barat, mengajak sejumlah pelajar yang hadir di pentas Wayang in Town, di Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa (17/11/2015), untuk memainkan beberapa tokoh wayang. Ini bagian dari upaya memperkenalkan, sekaligus mendekatkan wayang kepada generasi yang lebih muda. Semoga perkenalan mereka dengan wayang, kelak bisa menumbuhkan kecintaan mereka pada seni tradisi tersebut, hingga mereka tergugah untuk melestarikan warisan budaya bangsa ini. Foto: isson khairul

600 Pelajar dari 19 Sekolah

Pentas wayang persembahan Bakti BCA di Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa (17/11/2015), tersebut, berlangsung dua kali pertunjukan. Pentas tersebut dilanjutkan hingga Rabu (18/11/2015). Bakti BCA mengundang 600 pelajar dari 19 Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) dari kawasan Jakarta dan Tangerang, Banten, untuk nonton wayang bersama. Menurut Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, sebulan sebelum hari H, tim Bakti BCA sudah mengundang serta mendatangi puluhan sekolah di Jakarta dan Tangerang untuk menjadi bagian dari pentas Wayang in Town ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun