Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

RS Cipto Mangunkusumo: Banyak Keluhan, Tetap Diserbu Pasien

6 Maret 2011   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:02 3560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pemberitaan tentang dua pasien yang tinggal di selasar Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, selama dua bulan, menguakkan satu hal: rumah sakit di negeri ini ternyata tidak sehat. Bagaimana mungkin institusi kesehatan yang tidak sehat mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat? Inilah realitas yang menyakitkan, yang barangkali tak sempat dipikirkan oleh para pasien yang mendatangi rumah sakit untuk berobat.

RSCM yang menjadi rumah sakit rujukan nasional, misalnya. Hingga Desember 2010, RSCM memiliki tagihan yang belum dibayar oleh pemerintah daerah sebesar Rp 24,7 miliar. Menurut data RSCM, dari total tagihan sebesar Rp 52,9 miliar, jumlah tagihan yang terbayar baru Rp 28,2 miliar. Sisanya masih terus diupayakan untuk ditagih ke pemerintah daerah. Rata-rata setiap bulan RSCM memiliki piutang senilai Rp 300 juta dari para pasien yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Setiap hari lebih dari 2.000 orang mendaftarkan diri sebagai pasien, padahal tempat yang tersedia hanya 900 tempat tidur untuk pasien dewasa dan 178 tempat tidur untuk pasien anak.

Dengan beban piutang Rp 24,7 miliar dan pertumbuhan piutang Rp 300 juta per bulan, tentu bukan hal yang mudah bagi RSCM menghadapi serbuan 2.000 pasien tiap hari. Sebagai institusi kesehatan, ini tentu tidak sehat. Pelayanan kesehatan sudah dapat dipastikan tidak bisa dilakukan maksimal karena beratnya beban keuangan dan keterbatasan fasilitas, sebagaimana diungkapkan Kepala Unit Pelayanan Pasien Jaminan RSCM Eka Yoshida, Rabu (2/3) dan diberitakan Kompas, Kamis, 03 Maret 2011, Jaminan Kesehatan Masyarakat Belum Cukup:

Untuk mengakses fasilitas pemeriksaan dengan CT Scan, pasien RSCM harus menunggu rata-rata 1-2 minggu. "Kalau di rumah sakit lain satu CT Scan hanya melayani 10 pasien per hari, di RSCM alat yang sama dipaksakan untuk melayani sekitar 60 orang per hari," kata Eka.

Pemaksaan alat kesehatan yang di luar batas kapasitasnya jelas beresiko tinggi. Pertama, ada kemungkinan akurasi hasil penggunaan alat tersebut tidak sebagaimana yang diharapkan. Dengan basis hasil yang demikian, bisa jadi terjadi penyimpangan diagnosis secara medis. Kedua, masa pakai alat kesehatan tersebut tentulah menjadi pendek karena ia digunakan berkali-kali lipat melebihi fungsi normalnya. Untuk menambah alat, demi memenuhi kebutuhan pasien, jelas tidak bisa segera dilakukan mengingat beban piutang yang cukup tinggi.

Nah, apa jadinya jika suatu hari alat tersebut rusak? Ada kemungkinan pemeriksaan dengan CT Scan terhenti. Pasien menumpuk. Padahal, setelah digunakan secara paksa pun, pasien harus antri 1-2 minggu untuk dapat giliran diperiksa. Itu baru menyangkut satu alat CT Scan, belum lagi peralatan kesehatan lainnya. Besar kemungkinan, alat-alat kesehatan lain yang ada di RSCM juga mengalami pemaksaan fungsi, mengingat berjubelnya pasien yang mendatangi RSCM.

Sampai di sini, kita bisa memahami betapa tingginya resiko yang harus ditanggung seorang pasien. Juga, betapa tingginya resiko yang akan dihadapi seorang dokter jika terjadi penyimpangan diagnosis karena rendahnya akurasi hasil dari sejumlah alat kesehatan yang fungsinya dipaksakan tersebut. Menurut Direktur Utama RSUP Cipto Mangunkusumo, Akmal Taher, sebagaimana diberitakan Kompas, Kamis, 03 Maret 2011, RSCM Akhirnya Rawat Pasien Telantar:

Penyebab utama membeludaknya pasien di RSCM karena menerima limpahan pasien dari semua rumah sakit di Indonesia. "Sistem rujukan yang seharusnya dari puskesmas ke RSUD, lalu ke RSUP provinsi, tak berjalan. Semua langsung menuju RSCM," ujar Akmal.

Penambahan ruangan, menurut dia, tidak akan menyelesaikan persoalan. Yang diperlukan adalah membenahi sistem rujukan dari daerah sehingga kasus yang bisa ditangani oleh RSUD tidak perlu terburu-buru dirujuk ke RSCM.

Mengatur masyarakat untuk mengikuti prosedur pengobatan yang dimulai dengan berobat ke Puskesmas, kalau tak teratasi lalu dirujuk ke RS Umum Daerah, jika tak teratasi dirujuk lagi ke RS Umum Pusat provinsi, dan bila tak teratasi baru dirujuk ke RSCM, tentu bukan perkara mudah. Untuk urusan kesehatan, saya pikir, tiap orang ingin sembuh dengan cepat. Tak ada orang yang mau berlama-lama sakit. Nah, karena RSCM adalah pusat dari seluruh rumah sakit, maka sebagian besar masyarakat memilih langsung ke RSCM tanpa melewati prosedur tersebut di atas.

Alasan utama memilih RSCM, karena ini rumah sakit pemerintah dan fasilitas pengobatannya lengkap. Pelayanannya? Wah, jangan ditanya. Kalau ada waktu luang, cobalah search di google atau yahoo. Ribuan keluhan akan Anda temukan di sana. Mulai dari antri dan menunggu sampai berminggu-minggu hingga harus membayar uang pelicin pada petugas agar dilayani. Namun, hal itu nampaknya tak terlalu berpengaruh pada mereka yang ingin berobat demi kesehatan. Mereka yang tak mampu akan membekali diri dengan berbagai surat-surat serta dokumen untuk mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Kelompok masyarakat ini sekitar 80% dari total pengguna jasa RSCM. Sisanya, adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk membayar penuh. Mereka ini lebih memilih RSCM dibanding RS swasta karena tarif RSCM relatif masih terjangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun