Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Kereta Api Selalu Tepat Waktu, Bung Hatta Merasa Tidak Butuh Jam Tangan

23 Desember 2015   15:08 Diperbarui: 14 Desember 2018   22:37 1968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olahan gambar dari berbagai sumber

Bung Hatta (kanan) sedang memimpin diskusi tentang politik perekonomian di Jakarta, pada tahun 1975. Cita-cita Bung Hatta belum tercapai. Karena, masih banyak rakyat Indonesia, yang sejak lahir hingga meninggal dunia, dalam keadaan miskin. Foto kiri, kondisi stasiun kereta api Bukittinggi, Sumatera Barat, pada Selasa (8/12/2015). Stasiun ini sudah tidak terawat, karena tidak digunakan sejak tahun 1973. Stasiun ini dan Bung Hatta pernah jadi tonggak ketepatan waktu serta keteladanan. Foto: kompas.com dan print.kompas.com 

Kereta Api dari Payakumbuh berhenti di depan rumah Bung Hatta di Bukittinggi. Itu berarti, jam menunjukkan menjelang pukul tujuh pagi. Itu tandanya, Bung Hatta telah tiba dan siap berangkat ke sekolah. Teman-temannya pun bergegas, agar tidak terlambat masuk kelas.

Itu tahun 1910, pada masa Bung Hatta duduk di sekolah rakyat di Bukittinggi, Sumatera Barat. Dari sini, kita tahu, sejak masa kanak-kanak, Bung Hatta telah jadi penanda bagi rekan-rekan seusianya. Dari sini pula, kita paham, kereta sejak lama telah menjadi simbol bagi sebuah ketepatan waktu. Karena jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api selalu tepat waktu, konon, Bung Hatta merasa tidak membutuhkan jam tangan. Perjalanan kereta baginya, sekaligus sebagai penunjuk waktu. Ia bisa menyesuaikan waktu dengan jadwal kereta. Sekali lagi, itu tahun 1910, pada masa Bung Hatta duduk di sekolah rakyat di Bukittinggi, sekitar 35 tahun sebelum Indonesia merdeka.

Tentang Ketepatan Waktu

Sejak tahun 1973, jalur kereta api Padang Panjang-Bukittinggi-Payakumbuh, tidak lagi aktif beroperasi. Sejak itu, tidak ada lagi kereta api melintas dan berhenti di depan rumah Bung Hatta. Meski demikian, kisah Bung Hatta terkait ketepatan waktu perjalanan kereta api, rasanya masih menjadi sesuatu yang relevan hingga kini. Karena, kita tahu, komponen ketepatan waktu, adalah salah satu indikator penting bagi perjalanan kereta api. Juga, bagi semua jenis moda transportasi, khususnya transportasi publik.

Barangkali, karena itulah, tiap kali ada moment penting, pejabat yang berwenang dengan transportasi, melakukan kunjungan lapangan. Seperti pada Minggu (20/12/2015) kemarin, misalnya. Menjelang libur Natal 2015 dan Tahun Baru 2016, Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, meninjau sarana dan prasarana transportasi kereta api di Jabodetabek. Ia meninjau dua stasiun kereta api di Jakarta Pusat: Stasiun Gambir dan Stasiun Pasar Senen. Setidaknya, ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada publik pengguna kereta.

Bagaimana WC-nya? Bersih semua? Itu dua pertanyaan yang diajukan Ignasius Jonan kepada Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Edi Kusmoro, yang menyertai kunjungan lapangan tersebut. Urusan kebersihan WC alias toilet, menjadi salah satu titik perhatian Ignasius Jonan. Pada hari Minggu itu, ia masuk ke dalam kereta api, menyusuri kereta demi kereta. Ia juga berbincang dengan sejumlah petugas di sejumlah bagian dari perjalanan kereta. Termasuk, berbincang dengan kepala stasiun yang bersangkutan.

Kontrol dari pejabat yang berwenang seperti itu, tentulah sesuatu yang positif bagi peningkatan kualitas pelayanan kereta api. Mengingat demikian banyaknya pihak yang terlibat dalam perjalanan kereta api, maka pengontrolan yang demikian, sudah sepatutnya dilakukan, secara terus-menerus. Kita tahu, mekanisme kontrol berfungsi untuk mengingatkan serta menyiagakan petugas di lapangan. Sebagai manusia, petugas di lapangan bisa saja lengah atau lalai. Nah, fungsi kontrol tersebut adalah salah satu cara untuk meminimalkan kelalaian.

Teknologi perkeretaapian sudah maju pesat. Menhub Ignasius Jonan (kedua kanan) didampingi Kepala Stasiun Pasar Senen, Zainal (kanan), meninjau pengoperasian mesin cetak tiket mandiri (CTM) di Stasiun KA Pasar Senen, Jakarta Pusat, Minggu (20/12/2015). Menhub melakukan inspeksi ke Stasiun KA Pasar Senen dan Stasiun Gambir, terkait kesiapan insfrastruktur, sarana, layanan pelanggan, serta animo calon penumpang, menjelang libur Natal 2015 dan Tahun Baru 2016. Foto: antaranews.com

Ketepatan dan Keteladanan 

Dalam konteks manajemen transportasi, sejauh ini, penyelenggara kereta api belum me-release tingkat ketepatan waktunya kepada publik. Pada moment libur Lebaran 2015 lalu, misalnya. Saat itu, ada 340 perjalanan kereta reguler dan 34 kereta tambahan. Bagaimana ketepatan waktunya? Dari 374 perjalanan kereta tersebut, berapa persen perjalanan yang tepat waktu berangkat dan tepat waktu tiba di stasiun tujuan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun