Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Jadi Pembaca Kritis, Jadi Penulis Kreatif

27 Maret 2015   09:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:56 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_357506" align="aligncenter" width="421" caption="Mari jadi pembaca yang kritis sekaligus jadi penulis kreatif melalui buku Kompasianer, Much. Khoiri, ini. Buku setebal 202 halaman, berisi 42 tulisan tentang berbagai aspek penulisan tersebut, diterbitkan penerbit major Elex Media Komputindo. Sebagian besar dari tulisan itu sudah di-posting di laman Kompasiana, di rentang waktu 2013-2015. Bagian I - Tegaskan Alasan Menulis terdiri dari 9 tulisan, Bagian II - Ayo Tulis yang Kita Tahu menghimpun 8 tulisan, dan di Bagian III - Rahasia Top Menulis ada 25 tulisan. Foto: koleksi pribadi"][/caption]

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Menulis dimulai dengan membaca. Pembaca yang kritis, akan menemukan celah untuk mengalirkan gagasan menjadi tulisan. Materi yang dibaca, bisa jadi bahan pelengkap, bisa pula jadi titik awal untuk menggulirkan apa yang dipikirkan serta apa yang dirasakan, setelah mengunyah suatu bacaan.

Membaca berbeda dengan mendengarkan musik. Kita bisa mendengarkan musik, sambil konsentrasi nyetir. Itu sungguh menyenangkan. Tapi, membaca -dalam hal ini membaca buku- sembari nyetir, bisa bahaya jadinya. Jangankan membaca buku, membaca message saja di perangkat selular sambil nyetir, sangat tidak dianjurkan. Kenapa? Karena, membaca dalam artian yang sesungguhnya, membutuhkan konsentrasi dan tak bisa dilakukan sambil lalu. Apalagi bila ingin menjadi pembaca yang kritis.

Buku Rahasia Top Menulis

Mari kita baca buku Rahasia Top Menulis karya Much. Khoiri, yang diterbitkan penerbit major Elex Media Komputindo, yang sudah dipasarkan sejak Desember 2014. Buku ini kita pilih untuk dibaca, karena isinya spesifik tentang dunia tulis-menulis, ranah yang sama-sama kita geluti sebagai Kompasianer. Selain itu, karena Much. Khoiri adalah juga seorang Kompasianer, yang tentu saja merupakan kolega kita. Baik di dunia nyata, maupun di langit maya.

Yang juga menjadi bahan pertimbangan, karena hari Sabtu, 28 Maret 2015, pukul 14.00 WIB, Much. Khoiri akan me-launching buku Rahasia Top Menulis tersebut di Gramedia Matraman, Jl. Matraman Raya No.48, Matraman, Jakarta Timur. Tentang aktivitas Much. Khoiri melakoni dunia penulisan di dalam dan di luar kampus, bisa disimak di http://media.kompasiana.com/buku/2015/03/23/rahasia-top-menulis-virus-menulis-vs-motivasi-menulis-708311.html Sebelum kita cermati serta membahasnya bersama-sama Sabtu besok, tak ada salahnya kita melakukan introducing di laman Kompasiana ini.

Pada Bagian I Tegaskan Alasan Menulis Much. Khoiri menempatkan 9 tulisan, yang mengisi 44 halaman. Salah satu di antaranya Nyalakan Bakat Menulis. Pertanyaannya, bagaimana kita tahu, apakah kita punya bakat menulis atau tidak, bila kita belum menulis? Sejauh ini, alat tes bakat yang dikembangkan sejumlah ahli psikologi, memang telah mencoba mendeteksi kecenderungan bakat seseorang, melalui tanda-tanda psikis. Itu pun belum bisa menunjukkan secara spesifik, berbakat atau tidak berbakatnya seseorang dalam menulis.

Bila kita sudah menulis, bahkan mungkin sudah dibaca dan dipuji banyak orang, apakah itu bermakna kita punya bakat menulis? Bakat menulis adalah sesuatu yang kerap diperdebatkan, yang seringkali tak kunjung sampai hingga kesimpulan. Karena, bakat masih tergolong abstrak, hingga bukan hal yang mudah untuk diukur. Karena itulah, sejumlah orang lebih memilih mengacu kepada kemampuan menulis, dibanding berkutat tentang bakat menulis. Kemampuan menulis itu relatif bisa diukur melalui sejumlah kategori, yang disepakati sebelum pengukuran dilakukan.

Panitia lomba atau sayembara menulis, misalnya, menyepakati sejumlah kategori sebagai alat ukur, sesuai dengan kepentingan serta tujuan lomba yang bersangkutan. Kategori itu dikorelasikan dengan jenis tulisan yang dilombakan: esai, reportase, opini, puisi, cerita pendek, dan sebagainya. Kategori itu, antara lain, logika, originalitas, kreativitas, analisa, penokohan, serta aspek bahasa lainnya. Eksekusi sejumlah kategori tersebut tentulah sangat bergantung pada juri yang terlibat dalam lomba atau sayembara menulis yang bersangkutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun