Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kata Sultan, Lebih Baik Tidak Ada Sepakbola di Jogja

26 September 2020   07:00 Diperbarui: 26 September 2020   07:20 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Kepatihan Jogja. Kini, ada 2.458 kasus positif Covid-19 di Jogja. Agar tidak tercipta klaster baru di Jogja dan demi alasan kemanusiaan, mestinya Sri Sultan Hamengku Buwono X menolak PSSI menggelar pertandingan Liga 1 Indonesia di Jogja. Foto: kompas.com

Itu titah Sri Sultan Hamengku Buwono X. Itu dititahkan pada Senin (21/10/2019) lalu. Kenapa? Karena, Sultan sangat amat prihatin dengan kericuhan biadab yang terjadi saat pertandingan PSIM versus Persis Solo di Stadion Mandala Krida, Jogja, pada Senin (21/10/2019) tersebut. Kini, PSSI dengan Liga 1 Indonesia, akan menambah keprihatinan Sultan?

Klaster Balbalan Jogja

Pada Senin (23/03/2020) lalu, Sultan juga prihatin. Bukan karena sepakbola, tapi karena pandemi virus corona. Dari Bangsal Kepatihan Jogja, Sultan mengingatkan, "Kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin, dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi yang terpercaya."

Keprihatinan Sri Sultan Hamengku Buwono X, tentulah belum berakhir. Pada Jumat (25/09/2020) kemarin, Berty Murtiningsih selaku juru bicara Pemprov Jogja menyebut, total kasus positif Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 2.458 kasus.

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) nampaknya tidak peduli pada keprihatinan Sri Sultan. Buktinya, PSSI tetap menjadwalkan putaran Liga 1 Indonesia, yang rencananya mulai digelar Kamis (01/10/2020) di Jogja.

Ada tiga stadion yang akan digunakan: Sultan Agung Bantul, Mandala Krida Jogja, dan Maguwoharjo Sleman. Sepakbola tentulah akan menimbulkan kerumunan massa. Ini cabang olahraga terpopuler di Indonesia, juga sejagat raya.

Meski penonton dibatasi, meski mungkin tanpa penonton, kerumunan massa pastilah tak terhindarkan. Di dalam stadion boleh jadi, bisa dikendalikan. Di luar stadion? Di tempat-tempat nonton bareng? Balbalan pasti identik dengan kerumunan.

Di pandemi Covid-19 ini, berkerumun dilarang. Berkumpul, dilarang. Apakah PSSI buta huruf, sampai tidak tahu larangan tersebut? Atau, PSSI idiot, hingga tak paham bahwa kerumunan bisa menciptakan klaster baru Covid-19? Jangankan kerumunan karena sepakbola, ngumpul makan di angkringan pun, bisa tercipta klaster angkringan.

Isson Khairul bersama Budi Tanjung dari CNNIndonesia dan Didik Wiratno dari reportasenews.com, mewawancarai Yosef Erwiyantoro alias Cocomeo Cacamarica di Jalan Daksinapati, Rawamangun, Jakarta Timur. Foto: joko dolok
Isson Khairul bersama Budi Tanjung dari CNNIndonesia dan Didik Wiratno dari reportasenews.com, mewawancarai Yosef Erwiyantoro alias Cocomeo Cacamarica di Jalan Daksinapati, Rawamangun, Jakarta Timur. Foto: joko dolok
Klaster Liga 1

Untuk putaran Liga 1 Indonesia tersebut, akan datang tim Persiraja Banda Aceh, Barito Putra, Borneo FC, Bali United, PSM Makassar, Persipura Jayapura, PS Tira Persikabo, Bhayangkara FC, dan Persija Jakarta ke Jogja. Para pemain sepakbola itu saja, sudah pasti menimbulkan kerumunan. Anggaplah tiap tim terdiri dari 25 orang, maka mereka saja sudah mencapai jumlah 225 orang.

Ke-225 orang dari sejumlah tim sepakbola tersebut, tentulah akan berinteraksi dengan mereka yang berada di Jogja. Bisa dengan pelaku sepakbola, bisa juga dengan warga lain yang relevan. Interaksi pendatang dengan warga lokal Jogja, tentulah berpotensi pada penularan Covid-19.

Apalagi, disiplin warga Jogja menerapkan protokol Covid-19, belum terbilang tinggi. Pada Sabtu (06/06/2020) malam dan Minggu (07/06/2020) pagi, misalnya. Kawasan Malioboro dan sejumlah titik di Kota Jogja dipadati ribuan pesepeda. Sebagian besar dari mereka, tidak pakai masker.

Pada saat terjadi keramaian itu, Sultan sedang keluar keraton dan kebetulan lewat kawasan Malioboro. "Di Malioboro mereka kongkow, duduk tanpa memakai masker. Saya sudah telepon Pak Heroe [Wakil Wali Kota Jogja] dan Sekda untuk menertibkan mereka yang enggak pakai masker," ujar Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Senin (08/06/2020).

Kedatangan tamu 225 orang dari sejumlah tim sepakbola, kemudian berhadapan dengan perilaku warga Jogja yang demikian, sudah bisa diprediksi, bakal tercipta klaster baru Covid-19 di Jogja. Apakah kondisi yang demikian, sudah dipertimbangkan PSSI dengan Liga 1 Indonesia?

Pertanyaan berikutnya, apakah Sri Sultan Hamengku Buwono X akan membiarkan 2.458 kasus positif Covid-19 di Jogja menggelembung hingga berkali-kali lipat? Ini bukan lagi sekadar perkara sepakbola. Ini alasan kemanusiaan, menyangkut nyawa manusia.

Batalkan, Jangan Izinkan

Karena alasan kemanusiaan itulah, pada Senin (21/09/2020), saya bersama Budi Tanjung dari CNNIndonesia dan Didik Wiratno dari reportasenews.com, menemui Yosef Erwiyantoro di Jalan Daksinapati, Rawamangun, Jakarta Timur. Yosef Erwiyantoro adalah wartawan sekaligus pengamat sepakbola kawakan di Indonesia. Di media sosial Facebook, ia dikenal dengan identitas Cocomeo Cacamarica.

Dengan tegas, Yosef Erwiyantoro minta PSSI membatalkan gelaran Liga 1 Indonesia. "Pertimbangan kemanusiaan harus di atas segalanya. Jangan sampai sepakbola yang menjunjung tinggi sportivitas, menjadi pemicu timbulnya klaster baru Covid-19," tukas Cocomeo Cacamarica dengan aksen serta mimik yang serius.

Bagaimana jika PSSI tetap ngotot? Benteng terakhir adalah Polri, Polisi. "Polri itu kan lembaga pencegahan. Inilah momentum yang tepat bagi Polri untuk menunjukkan sikap sebagai lembaga pengayom masyarakat. Lindungi warga dengan tidak menerbitkan izin pertandingan tersebut," lanjut Yosef Erwiyantoro, yang menjadi panutan di kalangan wartawan sepakbola tanah air.

Selain PSSI dan Polri, Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai sosok nomor satu di Jogja, tentulah memiliki kuasa yang kuat untuk melindungi warga Jogja. Sultan bisa menolak PSSI menggelar pertandingan Liga 1 Indonesia di Jogja, dengan alasan kemanusiaan. Sejauh ini, saya belum mengetahui, apa sikap Sri Sultan atas proyek PSSI tersebut. Setidaknya, Sri Sultan belum menyatakan sikap kepada publik.

Demi alasan kemanusiaan, sudah sepatutnya Sri Sultan Hamengku Buwono X menolak PSSI menggelar pertandingan Liga 1 Indonesia di Jogja.

Jakarta 26-09-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun