Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Belahan Jiwa

13 September 2019   03:58 Diperbarui: 13 September 2019   13:23 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

akhirnya kau pergi
bukan meninggalkan kami, tapi untuk menemuinya
kembali bersamanya tapi di alam yang kekal

kami paham
kau dan dia memang sangat tak terpisahkan
di alam yang fana, kau dan dia jadi teladan kebersamaan
tatkala dia berangkat lebih awal
seluruh nadimu bergetar
bahkan sebagian nafasmu turut menemani kepergiannya

kemudian kau pun pergi, menyusulnya
kami terisak karena kami masih sangat membutuhkanmu
kami menangis karena kami haru
terharu pada kesatuan jiwamu dan jiwanya
yang menyatu di alam fana
yang kembali bersama di alam yang kekal

sungguh, kami belum punya contoh yang lain
yang telaten menata jiwa demi waktu
yang teguh menapaki hari
dari buku ke kedalaman ilmu
dari angkasa ke keluasan jiwa

keteladananmu membuat kami larut dalam kekaguman
kami nyaris tak punya tanya
tak kuasa pula untuk bertanya-tanya
kesungguhanmu
perbuatanmu
ilmumu
membuat kami terpana

kami tak punya apa yang mampu kami beri
kami tak cukup jiwa untuk berbagi
kami hanya melihat awan, sedang kau mengarungi langit
kami hanya sebatas menggenggam buih
sedang kau telah sampai di kedalaman samudera

alangkah jauh jarak yang membentang
tapi kami sangat merasa dekat denganmu
kami sangat mengenalmu meski belum pernah bertatap muka
pendengaran kami sangat mengenali suaramu
meski belum sekalipun berbincang denganmu

ya, Allah
air mata kami merembes
lalu jatuh di sajadah di antara sujud ke sujud
dari musala di pinggang bukit
dari masjid agung di jantung kota
dari gubuk di tepi kali
dari istana penuh cahaya

berjuta hati berdetak untukmu, mendoakanmu
berjuta nafas melafaskan alfatihah untukmu
hanya untukmu
hanya untuk belahan jiwamu

sungguh, kami belum punya contoh yang lain

--

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 13 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun