Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Hari Berkabung Uang Digital di Hari Listrik Padam

5 Agustus 2019   22:09 Diperbarui: 6 Agustus 2019   09:43 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski punya e-money tapi tak kan berfungsi kalau listrik dan sinyal padam. Meski ada mesin Electronic Data Capture (EDC), karcis tetap dibutuhkan ketika listrik dan sinyal padam. Sepertinya, tak ada satu hal yang mampu menggantikan hal lain sepenuhnya. Karena itu, kita harus tetap siaga dengan uang tunai. Foto: isson khairul

Tunai di Gelap-gulita 

Dari Halte Flyover Raya Bogor, saya mampir ke toilet, yang ada di belakang pedagang buah di seberang halte. Ada sejumlah toilet umum di sana. Kondisinya lumayan bersih. Ketersediaan air melimpah. Tak ada bau menyengat. Pengelola toilet umum tersebut tak dilengkapi mesin EDC. Juga, tak ada karcis. Bayar tunai Rp 2.000.- ya sudah. Urusan pun beres.

Saya kemudian menyeberang jalan di kolong flyover, lalu berdiri di trotoar dengan posisi di seberang pabrik susu Frisian Flag. Lampu sorot dari pabrik itu lumayan menerangi area sekitarnya. Sepertinya pabrik itu punya genset. Tak jauh dari tempat saya berdiri, ada pedagang Nasi Bebek gerobak. Setidaknya, ada 7 batang lilin yang ia nyalakan di gerobak tersebut.

Tapi cahayanya tidak sampai ke meja tempat makan konsumennya. Ya, sudahlah. Saya pun menyantap Nasi Bebek itu dengan lahap, meski bergelap-gelap. Beberapa rider Go-Jek juga makan di sana. Mereka berbincang-bincang tentang sepinya order hari itu. Sesekali ada order tapi karena sinyal lemot, ya susah mengonfirmasi lokasi penjemputan. Daripada bertengkar dengan calon penumpang, mereka pilih untuk meng-cancel saja.

Nasi Bebek itu saya bayar dengan tunai, dalam kondisi bergelap-gelap. Pedagang asal Madura tersebut tidak butuh sinyal untuk transaksi. Semua pembayaran ya tunai. 

Meski demikian, ia butuh cahaya, ia butuh aliran listrik, untuk menerangi konsumennya yang sedang makan. Istimewanya, biarpun bergelap-gelap, para pemakan bebek datang silih berganti.

Sepintas saya menghitung, yang beli untuk dibungkus, lebih banyak daripada yang makan di tempat. Hmmm barangkali mereka tidak bisa memasak di rumah, karena listrik padam. Mereka pun mungkin tidak bisa meng-order makanan secara online, karena sinyal padam. Maka ditempulah cara manual, membeli serta membayar makanan secara manual pula.

Secara teknologi, listrik dan sinyal memang telah mengubah banyak perilaku publik. Uang digital alias e-money bisa menggantikan fungsi uang tunai. Tapi, ketika listrik dan sinyal padam, perilaku publik turut pula berubah. 

Uang tunai menjadi sangat berdaya, meski dalam kondisi gelap-gulita. Ayo, tetap siaga uang tunai, meski punya segepok kartu e-money.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 05 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun