Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tokopedia dan Traveloka Masuk ke Bisnis Umrah, Akankah Biro Perjalanan Tergerus?

19 Juli 2019   23:14 Diperbarui: 22 Juli 2019   12:19 1887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Umrah Digital Enterprise. Kata Rudiantara: dalam implementasinya, Tokopedia akan bekerja bersama-sama dengan Traveloka, melalui jalur Government to Government (G to G) maupun Business to Business (B to B) dengan pebisnis online di Arab Saudi. Foto: kastara.id

Senin ini (22/07/2019), Menkominfo Rudiantara diundang Komisi I DPR RI. Ini terkait MoU Umrah Digital Enterprise, yang ditandatangani Rudiantara dan Abdullah Alswaha, Menkominfo Arab Saudi, di Riyadh, pada Kamis (04/07/2019) lalu. Benarkah dengan demikian, Biro Umrah bakal tergerus?

Tokopedia dan Traveloka
Saat ini, tercatat ada 906 Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) di Indonesia. Itu diungkapkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, pada Rabu (04/04/2108). Berapa idealnya jumlah PPIU di Tanah Air? "Tidak ada batasan yang baku," kata Lukman di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat.

Ketika marak penjualan tiket pesawat dan hotel secara online, 906 PPIU tersebut adem-adem saja. Tatkala tak kurang dari 100 travel agent tutup pada tahun 2018 akibat kalah bersaing dengan bisnis penjualan tiket dan hotel secara online. Ratusan PPIU itu ya kalem-kalem saja. Bahkan, saat Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) ngadu ke Komisi VI DPR pada Jumat (18/01/2019), 906 PPIU itu nyaris tidak merespons.

Nah, mereka baru bereaksi, ketika pada Kamis (04/07/2019) lalu, Rudiantara dan Abdullah Alswaha menandatangani MoU Umrah Digital Enterprise di Riyadh. Dari Indonesia, Rudiantara menggandeng Tokopedia dan Traveloka, dua platform e-commerce, yang memang sedang jaya-jayanya.

Mereka yang bereaksi tersebut, tergabung dalam Permusyawaratan Antarsyarikat Travel Umrah dan Haji Indonesia (PATUHI). Menurut Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Tubagus Ace Hasan Syadzily, biro travel umrah tersebut mengadu, karena keberatan soal dua unicorn yang terlibat dalam MoU itu.

Dua unicorn yang dimaksud, tentulah Tokopedia dan Traveloka. Menurut saya, kalangan biro umrah itu keberatan, karena keberadaan Tokopedia dan Traveloka bakal menggerus bisnis mereka. Maksudnya, cepat atau lambat, mereka akan mengalami nasib seperti travel agent di atas: gulung tikar.

Rudiantara menegaskan: kita harus dorong sektor swasta, peran pemerintah bukan sebagai regulator, tetapi memfasilitasi, membuka jalan, bahkan mengakselerasi. Jangan sampai Indonesia menjadi pasar terus. Foto: industry.co.id
Rudiantara menegaskan: kita harus dorong sektor swasta, peran pemerintah bukan sebagai regulator, tetapi memfasilitasi, membuka jalan, bahkan mengakselerasi. Jangan sampai Indonesia menjadi pasar terus. Foto: industry.co.id
Efisien Biaya Maupun Waktu
Meski keberatan, tapi ada kondisi yang tak mudah, yang akan dihadapi kalangan biro umrah tersebut. Pertama, Umrah Digital Enterprise yang dimaksud adalah platform khusus, yang dibangun dengan kerja sama, antara Arab Saudi dengan perusahaan startup nasional Indonesia, yaitu Tokopedia dan Traveloka.

Kedua, pengurusan visa umrah bisa dilakukan di platform khusus tersebut, tanpa perlu datang ke Kedutaan Arab Saudi atau Konsolat Jenderal Arab Saudi. Menurut saya, itu berarti domain Umrah Digital Enterprise, berada di pihak Arab Saudi. Teknologinya di-support oleh Tokopedia dan Traveloka, yang memang sudah berpengalaman akan hal itu.

Sebagaimana dijelaskan Menkominfo Rudiantara, usai penandatanganan MoU tersebut di Riyadh, pada Kamis (04/07/2019), tujuan platform khusus tersebut, untuk memberi pengalaman beribadah yang lebih efisien, dari segi biaya maupun waktu, bagi para calon jamaah umrah, melalui pemanfaatan teknologi digital dengan end-to-end solution.

Menkominfo Rudiantara menyebut, dua startup unicorn yakni Tokopedia dan Traveloka, didaulat dalam program ini. Platform ini akan membantu jamaah untuk memproses semua keperluan persiapan umrahnya secara digital dan terintegrasi di satu platform, termasuk menyeleksi biro travel yang kredibel, terpercaya, dengan biaya yang transparan.

Menurut saya, dengan Umrah Digital Enterprise tersebut, mekanisme persiapan umrah tentulah berbeda dengan apa yang sudah berjalan selama ini. Kita tahu, selama ini, segala urusan dokumen di tanah air (pasport-visa-tiket pesawat) sampai urusan di Arab Saudi (transportasi dan hotel), ditangani oleh biro umrah.

Bagi pemerintah Arab Saudi, pengembangan startup akan menguatkan diversifikasi ekonomi mereka, demi percepatan pencapaian visi Arab Saudi 2030. Kita tidak bisa mengelak dari perkembangan teknologi informasi, tapi menyiasatinya secara strategis. Foto: cnbcindonesia.com
Bagi pemerintah Arab Saudi, pengembangan startup akan menguatkan diversifikasi ekonomi mereka, demi percepatan pencapaian visi Arab Saudi 2030. Kita tidak bisa mengelak dari perkembangan teknologi informasi, tapi menyiasatinya secara strategis. Foto: cnbcindonesia.com
Umrah, Bisnis Menggiurkan 
Nah, dengan Umrah Digital Enterprise, seberapa efisien secara biaya dan waktu? Apa implikasinya pada kenyamanan jamaah umrah? Hal-hal detail seperti itu, menurut saya, hendaknya menjadi bagian dari pembahasan Menkominfo Rudiantara dengan Komisi I DPR RI, pada Senin (22/07/2019) nanti. Rencana Senin itu, dikemukakan oleh Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PPP, Arwani Thomafi.

Sementara, Tubagus Ace Hasan Syadzily menuturkan, Komisi VIII DPR akan mempelajari MoU tersebut. Mereka akan mengundang Rudiantara dan Lukman Hakim Saifuddin, terkait dengan masalah ini dalam rapat kerja Komisi VIII DPR mendatang. Mengenai waktunya, Tubagus Ace Hasan Syadzily belum menyebutkan tanggal rapat kerja tersebut.

Secara bisnis, jamaah umrah Indonesia adalah segmen market yang menggiurkan. Pada tahun 2017, tercatat 870.000 jamaah. Tahun 2018 diperkirakan jumlahnya mencapai 1.000.000 jamaah. Itu dikemukakan M. Arfi Hatim, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama (Kemenag), pada Kamis (15/03/2018).

Mengacu kepada market yang demikian besar, bagaimana model investasi Umrah Digital Enterprise tersebut? Bagaimana pula strategi 906 PPIU menyiasatinya? Dalam hal regulasi, Arwani Thomafi menyebut, keterlibatan pihak-pihak dalam penyelenggaraan ibadah umrah harus merujuk pada UU No 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Tubagus Ace Hasan Syadzily mengatakan, Komisi VIII tidak ingin MoU ini melanggar UU Haji dan Umrah. "Bagi kami, kebijakan penggunaan umroh digital, bagian dari sesuatu yang tak terhindarkan, dari pesatnya perkembangan teknologi informasi. Itu tidak dapat dihindarkan, seperti halnya di sektor lainnya," ujar Tubagus Ace Hasan Syadzily lebih lanjut.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 19 Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun