Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis Pintar dengan Listrik Pintar

21 April 2016   19:34 Diperbarui: 21 April 2016   20:15 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di luar biaya listrik masing-masing, pemilik kontrakan mengenakan biaya listrik untuk air, yang digunakan secara bersama-sama. Pemilik menempatkan satu meteran Listrik Pintar untuk mesin air. Ini menjadi alat kontrol bagi pemilik, yang juga bisa diakses penyewa. Tiap penyewa dikenakan tarif yang sama untuk urusan air ini. Tapi, untuk sewa kontrakan, disesuaikan dengan ukuran kontrakan yang bersangkutan. Karena untuk air para penyewa membayar secara urunan, maka antar penyewa ada saling kontrol. Penyewa yang menggunakan air secara berlebihan, akan di-complain oleh penyewa lain. Tidak secara langsung, memang. Tapi, pengaduan disampaikan kepada pemilik.

Aspek urunan bayar listrik untuk air tersebut, juga digunakan pemilik untuk mengontrol jumlah anggota keluarga penyewa. Rata-rata penyewa terdiri dari suami-istri plus 1-2 anak, ditambah pembantu. Menurut cerita beberapa pemilik kontrakan yang saya temui, ada juga penyewa yang membawa serta keponakan. Dalam konteks menjaga azas keadilan terhadap para penyewa, pemilik akan minta tambah biaya urunan listrik. Kalau tidak, ia akan di-complain oleh penyewa lain. Bila complain tidak dihiraukan, penyewa akan jengkel, kemudian pindah mencari kontrakan lain. Yang tercermin dari hal di atas adalah pemilik dan penyewa sama-sama pada pemakaian listrik.

[caption caption="Selain banyak kontrakan, di kawasan seputar Kantor Kelurahan Lenteng Agung, juga ada asrama mahasiswa. Mereka kerap belajar bersama di teras asrama. Dengan demikian, pemakaian listrik pun menjadi efisien dan efektif. Sikap kalangan muda yang cermat menggunakan listrik tersebut, menjadi spirit yang kuat untuk menggerakkan hemat energi secara nasional. Foto: isson khairul"]

[/caption]Terencana Gunakan Listrik

Dari perilaku pemilik-penghuni kos-kosan di kawasan seputar Koperasi Sejati Mulia, Jl. Raya Ragunan dan perilaku pemilik-penyewa kontrakan di kawasan seputar Kantor Kelurahan Lenteng Agung, Jl. Agung Raya, kita tahu bahwa komponen biaya listrik adalah faktor yang mereka pertimbangkan dengan cermat. Tak bisa diingkari, ini merupakan kontribusi dari program Listrik Pintar atau yang biasa disebut dengan listrik pra-bayar. Keberadaan Listrik Pintar telah mendorong konsumen untuk kritis. Bukan hanya kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) http://www.pln.co.id/ sebagai penyedia listrik, tapi sekaligus kepada diri mereka sendiri sebagai konsumen listrik.

Karena itulah, tidak berlebihan kiranya bila Listrik Pintar telah menjadi agen perubahan. Dalam hal ini merubah perilaku konsumen dalam mengelola kebutuhan listrik sehari-hari. Antara lain, Listrik Pintar telah mengedukasi publik agar menggunakan listrik secara terencana, sesuai kebutuhan. Perencanaan tersebut pada gilirannya akan memotivasi warga untuk berhemat: hemat listrik, hemat energi. Mekanisme Listrik Pintar ini diberlakukan PLN sejak April 2009. Sampai Juli 2014, PLN mencatat, jumlah pelanggan listrik pra-bayar sudah mencapai lebih dari 13 juta pelanggan.

Bersamaan dengan itu, industri alat-alat listrik juga terus melakukan inovasi untuk menciptakan produk yang hemat listrik. Untuk kategori lampu, misalnya, sejak beberapa tahun belakangan, di pasaran sudah beredar lampu hemat energi jenis dioda emisi cahaya atau light emitting diode (LED). John Manoppo, Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia, pada Jumat (5/6/2015), memberikan gambaran tentang penggunaan LED di Indonesia. Menurut John Manoppo, jumlah pelanggan PLN sekitar 52 juta rumah tangga. Dari jumlah itu, diperkirakan baru 10 persen yang sudah menggunakan lampu LED.

Bila dikorelasikan jumlah pelanggan rumah tangga PLN dengan jumlah pelanggan yang sudah menggunakan listrik pra-bayar, tentu masih sangat terbuka kemungkinan bagi kita untuk melakukan penghematan energi. Yang paling simpel adalah mencabut charger ponsel dari colokan listrik, setelah digunakan. Sebagai catatan, jika tidak dicabut, sebuah charger ponsel akan menghabiskan daya listrik sebesar 1 watt per jam. Di Indonesia saat ini diperkirakan pengguna aktif ponsel, telah mencapai 281,9 juta orang. Nah, berapa banyak di antara kita yang ogah mencabut charger ponsel dari colokan listrik, setelah digunakan? Mari menjadi pintar bersama Listrik Pintar.

isson khairul linkedin dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 21 April 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun