Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wayang Bule dan Nyanyian Cepot Jadi Ger-geran di Pentas Wayang in Town

18 November 2015   09:07 Diperbarui: 18 November 2015   15:08 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu kendala yang dihadapi di lapangan adalah mencocokkan waktu yang memungkinkan siswa untuk hadir. ”Tiap sekolah kan memiliki agenda yang berbeda dengan sekolah lain. Ada sekolah yang tidak bisa mengirimkan siswa, karena bertepatan dengan jadwal ulangan. Padahal, kami ingin lebih banyak lagi sekolah yang bisa berpartisipasi di pentas Wayang in Town ini,” ungkap Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, dalam perbincangan seusai pentas. Ia menyadari bahwa kesempatan siswa bersentuhan langsung dengan seni tradisi, seperti di pentas Wayang in Town ini, memang terbatas.

Sebagaimana kita saksikan, para siswa bukan hanya menonton dalam artian pasif, tapi mereka terlibat sebagai bagian dari pertunjukan. Sang dalang, Adi Konthea, mengajak mereka dengan riang-gembira mengenal beberapa tokoh wayang. Juga, mengajak mereka turut memainkan tokoh-tokoh tersebut. Melalui cara ini, Adi Konthea juga berkesempatan memperkenalkan karakter atau ciri khas beberapa tokoh wayang. Semua itu berlangsung alamiah, sambil bermain, bahkan posisi Adi Konthea membaur dengan para siswa. Juga, diselingi dengan acara foto bersama, tentunya.

Suasana dan atmosfir yang akrab demikian, sebagaimana diceritakan Inge Setiawati, memang dirancang serta dikondisikan sejak awal. ”Sebagai penyelenggara, kami memang memilih dalang yang mampu mengakomodir minat siswa. Konsep Bakti BCA kan mengenalkan wayang kepada siswa, mengajak mereka untuk menikmati nonton wayang. Istilah-istilah dalam pentas ini pun kami pesankan kepada dalang, agar nyambung dengan keseharian para siswa,” ujar Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, lebih lanjut. Dan, Adi Konthea nampak berhasil memainkan perannya.

Inge Setiawati (ketiga dari kanan), Corporate Secretary BCA, Jahja Setiaatmadja (keempat dari kanan), Presiden Direktur BCA, Adi Konthea (kelima dari kanan), dalang Wayang Goleg dari Jawa Barat, bersama para pendidik dan tokoh-tokoh yang concern pada budaya tanah air, khususnya wayang. Kesungguhan untuk menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi yang lebih muda, memang membutuhkan dukungan dari banyak pihak. Foto: isson khairul

Siswa Hadir, Guru pun Hadir

Pentas Wayang in Town di Galeri Indonesia Kaya pada Selasa (17/11/2015) tersebut, bukan hanya dihadiri para siswa, tapi juga oleh para guru yang mendampingi mereka. Ini tentu patut kita apresiasi, karena bagaimanapun juga, guru kan memegang peranan penting di sekolah. Dari para guru inilah kita berharap, agar mengalokasikan waktu untuk mengarahkan siswa guna mempelajari nilai-nilai luhur yang dikandung tradisi budaya negeri. Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, bercerita, selama lima tahun Bakti BCA concern memperkenalkan wayang kepada pelajar, hasilnya sungguh menggembirakan.

Antara lain, ada sekolah yang kemudian menjadikan wayang sebagai salah satu aktivitas ekstrakurikulernya. Ada pula sekolah yang mengundang dalang cilik untuk mengisi acara di kegiatan tertentu di sekolah. Bahkan, ada sekolah yang sudah menampilkan muridnya, yang memang berminat mempelajari wayang. Dalam konteks mendekatkan seni tradisi kepada pelajar, semua itu tentulah patut kita sambut dengan gembira. Bukankah yang akan melestarikan budaya bangsa ini adalah para generasi penerus tersebut?

Itulah yang sesungguhnya menjadi dasar pemikiran, kenapa wayang menjadi salah satu pilihan Bakti BCA. Di banyak tempat, seni tradisi wayang sudah banyak yang ditinggalkan, bahkan mungkin sudah terlupakan. Ada kelompok wayang, yang sudah tidak memiliki dalang sebagai penerus, karena pendahulunya sudah meninggal. Ada pula kelompok wayang, yang para anggotanya sudah tidak aktif lagi. ”Pak Jahja Setiaatmadja berpesan pada saya, agar program pelestarian wayang ini benar-benar dikelola dengan sungguh-sungguh,” ungkap Sapto Rachmadi, Senior Advisor dari Corporate Social Responsibility (CSR) Bank BCA.

Sapto Rachmadi, dengan berbagai kreativitas, terus berupaya memperkenalkan serta mendekatkan wayang dengan generasi muda, khususnya para pelajar. Pentas Wayang in Town di Galeri Indonesia Kaya tersebut merupakan kesinambungan dari Pentas Wayang Masuk Mall, pada tahun 2014. Ini juga menjadi kelanjutan dari kegiatan Wayang Day on School, yang dilaksanakan sejak tahun 2014 hingga kini. Pada program ini, sebagaimana dituturkan Sapto Rachmadi, tim kreatif Bakti BCA mengadakan kegiatan wayang di berbagai sekolah di berbagai kota. ”Semua itu diharapkan dapat mendorong generasi muda, khususnya pelajar, untuk lebih mengenal, mencintai, dan tergerak untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia,” tutur Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, yang sangat akrab dengan para pelajar tersebut.

Jakarta, 18 November 2015

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun