Mohon tunggu...
ISSAM MUHAMMAD RAYHAN
ISSAM MUHAMMAD RAYHAN Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Manusia yang hobi berpikir dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Hidup di Lingkungan Pendukung Jokowi

3 Maret 2019   17:09 Diperbarui: 4 Maret 2019   11:50 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto |Foto Dany Permana - Tribunnews.com

Saya adalah seorang mahasiswa yang akan mendapat pengalaman baru, yaitu bisa menggunakan hak pilih saya pada pemilu serentak bulan April 2019 nanti. Setelah berselancar santai di media sosial. 

Saya mendapati banyak sekali netizen yang saling mencaci maki dan mendukung paslon pilihan mereka dengan metode "berani mati" versi mereka sendiri. Menurut saya itu terlalu lebay dan bisa merusak estetika "Pesta Rakyat" April mendatang.

Ya, saya hidup di lingkungan di mana Jokowi sangat dijunjung tinggi, sementara Prabowo Subianto begitu didiskriminasi oleh rakyat yang notabene hanya masyarakat biasa, tidak sekelas pengamat politik, pengamat sih, tapi cuma dari televisi dan gossip doang. Dan itupun bisa saja ikut-ikut dari temannya atau bahkan keluarganya.

Sebagai seorang mahasiswa, saya merasa berhak untuk menyuarakan atau menceritakan pengalaman saya hidup dilingkungan orang-orang yang mendukung Jokowi. Pernah suatu ketika saya sedang mengerjakan Tugas Akhir Semester untuk memenuhi nilai suatu mata kuliah di kampus saya. 

Saya disuruh membuat cover tabloid dengan wajah Jokowi, bagaimana perasaan kalian di saat kalian yang mendukung Prabowo disuruh men-desain cover tabloid dengan wajah Jokowi? Biasa aja kali ya. Hahaha.

Di lain cerita, saya yang saat itu belum menentukan siapa yang akan dipilih untuk pemilu nanti, mendapati teman sekelas saya yang "disudutkan" oleh dosen saya karena teman saya mendukung Prabowo. Sampai teman saya merasa "tersudutkan". 

Saat kejadian itu, saya hanya bisa menyumbang tawa dan rasa iba kepada teman saya itu. Tapi bukan berarti nanti saat pertemuan kuliah saya rela "disudutkan" juga oleh dosen saya.

Saya juga pernah mengikuti Workshop Pengembangan Ekonomi Kreatif di kota saya bersama rekan mahasiswa dan dosen, setelah seminar kami lanjut menuju Infinite Studio untuk melihat-lihat lokasi shooting bintang film terkenal. 

Diperjalanan pulang, dosen saya memanggil saya dan menunjukkan kepada saya foto Instagram Pak Jokowi, lalu mengatakan "Ganteng ya beliau" dengan nada mengejek. Saat itu saya hanya menanggapinya dengan biasa saja karena saya tidak terlalu peduli karena begitulah kami bercanda.

Memang, kalau kita bisa menerima candaan berbau politik, semua akan biasa saja. Tapi bagaimana jika orang lain yang diperlakukan seperti itu? 

Saya yakin dosen saya menggoda saya karena beliau tahu kalau saya bisa menerima candaan seperti itu. Yang saya yakinkan, pasti banyak juga orang lain di luar sana yang mendukung paslon pilihan mereka dengan cara yang serupa, untuk "mencuci otak" calon pemilih yang masih ngambang mau memilih siapa pada pemilu nanti.

Sebagai pendukung paslon nomor urut dua, saya juga sering mendapati berita, artikel atau video yang menceritakan bahwa beberapa tokoh politik atau bahkan presiden kita sendiri, menghitung sesuatu tanpa menyebut nomor 2 saat menghitung, entah itu saat lomba atau episode di vlog Youtube mereka.

Menurut saya itu sangat menjengkelkan, karena kalau kita melihat itu secara objektif tentu sangat memalukan dan kekanak-kanakan. Memanfaatkan momen tertentu untuk mendapatkan suara atau membuat kontroversi baru yang malah menjatuhkan nama mereka sendiri, dalam pikiran saya "untuk apa mereka seperti itu?"

jawapos.com
jawapos.com
Saya sebagai pendukung paslon nomor urut 2 juga berpikir, karena kegagalannya di pemilu tahun 2014 lalu membuat Pak Prabowo banyak dicibir dan difitnah dengan berbagai cara. Saya berpikir kalau misalnya beliau diperlakukan seperti itu oleh pendukung paslon sebelah, itu justru mencerminkan kalau pendukung paslon sebelah itu tidak memiliki akal yang bisa dikatakan sehat.

Bukan hanya pendukung paslon nomor urut 1 saja yang melakukan hal "bodoh" seperti itu, pendukung paslon nomor urut 2 juga melakukan hal yang sama, tapi kita tidak tahu kebenarannya atau masih samar siapa yang melakukan tindakan bodoh seperti mengadu domba rakyat untuk terus berseteru, hingga ranah-ranah lain juga dipengaruhi atau di isi juga dengan isu politik. Sungguh memalukan tingkah masyarakat berflower.

Begitu banyak perdebatan yang terjadi di banyak stasiun televisi yang ngotot membuang tenaga dan suara demi mendukung dan memberi klarifikasi yang berlebihan. Cukup Debat Pilpres saja yang menjadi arena pertandingan paslon pilihan kita, kita cukup menyaksikan, berpikir, dan memilih sendiri pilihan kita, walaupun kita tidak butuh janji manis dari kedua paslon, tapi kita bisa mengetahui visi misi mereka saat Debat Pilpres yang berepisode-episode itu.

Saya sebagai pendukung paslon nomor urut 2, juga memaklumi "ketidaktahuan" Pak Prabowo soal unicorn yang menjadi bahan lelucon untuk menjatuhkan Pak Prabowo, karena ketidaktahuan bisa diobati dengan penjelasan yang jelas. Tapi itu semua adalah hak para netizen yang lebih benar dari apapun.

Pak Prabowo juga pasti sosok yang terus berkembang walaupun sudah di usia yang tidak muda lagi. Sama seperti teori perkembangan manusia, manusia terus berkembang hingga akhir hayatnya. 

Walaupun beliau pernah melakukan kesalahan, bukan berarti beliau akan menjadi orang yang bersalah terus selama-lamanya. Bayangkan saja jika kalian berantem sama pacar kalian karena kesalahan kalian sendiri, apa kalian mau terus di cap bersalah oleh pacar kalian karena kesalahan yang kalian perbuat itu.

Saya mendukung penuh paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 nanti. Tapi walaupun tidak menang pun, saya tetap mendukung Pak Jokowi jikalau beliau menang nanti, ya begitu lah politik. 

Kita juga harus fair dengan siapa yang menang, walaupun bukan pilihan kita, kita juga harus tetap mendukung, karena kita juga bagian dari rakyat Indonesia.

Jangan menjadi bodoh hanya dengan mendukung paslon pilihan kita, jangan fanatik, apalagi sampai anarkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun