Mohon tunggu...
Isriyati
Isriyati Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis

Seseorang yang menggemari membaca komik Jepang (manga), menyenangi merangkai kata menjadi tulisan, menyukai jalan-jalan, dan mencintai warna oranye

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Strategi Komunikasi Publik di Era Kenormalan Baru

6 Juni 2020   13:50 Diperbarui: 6 Juni 2020   14:02 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagebluk Covid-19 memasuki babak baru. Bulan Juni 2020 ini, konsep kenormalan baru (new normal) mulai dijalankan perlahan-lahan oleh pemerintah. Pemerintah pun tengah bersiap dengan sejumlah tantangan baru. Salah satunya adalah bagaimana menyelaraskan paradigma, pola pikir, dan kebudayaan yang baru ini dengan semua stakeholder.

Hal tersebut harus dilakukan pemerintah dengan tetap berada pada koridornya yakni agar tercapai persamaan persepsi, mendapatkan apresiasi, memunculkan kepercayaan (trust) dan dukungan publik, dan menjaga serta membangun reputasi atau citra yang positif. (baca: Perlunya Evaluasi Komunikasi Penanganan Pandemi Covid-19)

Pada era kenormalan yang baru ini, perlu menitikberatkan pada pentingnya pengelolaan komunikasi publik yang terstruktur. Berikut beberapa strategi komunikasi publik yang dapat dijalankan pemerintah pada era kenormalan baru:

Terus berkomunikasi dan terhubung

Menjaga komunikasi dengan semua stakeholder mutlak dilakukan dalam era kenormalan baru, hal ini agar penerapan kehidupan dengan kenormalan baru bisa dijalankan oleh seluruh masyarakat dan tidak berhenti pada sosialisasi semata ataupun jalan sendiri-sendiri.

Komunikasi publik yang dibangun pun harus menyesuaikan dengan karateristik stakeholder-nya. Berkomunikasilah terus dengan menggunakan bahasa yang sederhana, mencerahkan, kredibel, legitimate, dan berdasarkan fakta, tentu sangat dibutuhkan. Komunikasi yang dilakukan haruslah mengandung emosi, kasih sayang, dan mengedepankan empati sehingga mampu merangkul, menghimbau, sekaligus mengedukasi masyarakatnya.

Sosok pimpinan dalam menyampaikan pesan pun memiliki andil. Dalam sebuah retorika persuasi, ada tiga faktor suatu ajakan atau imbauan untuk mencapai gol yang efektif. Faktor yang dimaksud yakni ethos (kredibilitas pembicara), logos (argument yang logis), dan pathos (hubungan emosional antara pembicara dengan warganya). [1]

Terintegrasi dengan teknologi

Pemerintah harus bersiap dengan optimalisasi komunikasi berbasis komunikasi digital secara lebih terencana dan sistematis terutama yang berhubungan dengan mitra kerja dan publiknya.

Ekosistem komunikasi yang baru ini bisa melengkapi komunikasi berbasis tatap muka dan menjadi sarana agar tidak gagap teknologi. Komunikasi daring dapat memecah ruang dan waktu serta lebih fleksibel.

Bagian terpenting dalam penerapan ini adalah ketersediaan akses, kesiapan infrastruktur, kapasitas yang memadai, dan keamanan yang terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun