Mohon tunggu...
Israjuddin
Israjuddin Mohon Tunggu... Karyawan BUMN -

Mahasiswa Program Magister ITB yang juga pegawai PT PLN (Persero) Regional Kalimantan

Selanjutnya

Tutup

Money

Kajian Pemanfaatan Energi Nuklir untuk PLTN di Kalbar

22 Mei 2018   14:02 Diperbarui: 22 Mei 2018   14:12 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
constructionreviewonline.com

Selain memiliki potensi minyak, gas, dan batu bara, Kalimantan juga memiliki uranium untuk bahan baku nuklir. Berdasarkan hasil eksplorasi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), terdapat potensi uranium yang besar di Kalan, Kalimantan Barat (Kalbar). 

Selain Uranium, penyelidikan juga menemukan mineral radioaktif lain di Kalimantan Barat yaitu Kalium dan Thorium. Thorium diharapkan menjadi sumber energi nuklir utama di masa depan karena memiliki banyak keunggulan dibanding Uranium. Namun meski kaya akan sumber energi, ironisnya Kalimantan Barat masih defisit pembangkit listrik sampai-sampai harus mengimpor listrik dari Serawak, Malaysia sejak Tahun 2016.

Dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013-2018, PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) sebagai salah satu jenis teknologi pembangkit listrik telah dimasukkan sebagai sumber energi baru terbarukan untuk dapat memenuhi kebutuhan listrik di wilayah tersebut. 

Namun demikian sampai saat ini pembangunan PLTN masih banyak mengalami kendala terkait dengan penerimaan masyarakat terhadap teknologi nuklir yang masih pro dan kontra. Termasuk dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) melalaui Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017, PLTN masih merupakan opsi paling akhir untuk pembangkitan listrik di Indonesia.

PT PLN (Persero) sebagai perusahaan listrik milik negara yang bertugas menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik terbaru (RUPTL PLN 2018-2027) pun belum memunculkan PLTN sebagai alternatif dalam rencana penyediaan pembangkitnya, khususnya di Provinsi Kalimantan Barat. 

Padahal, telah dilakukan kegiatan survei awal untuk inventarisasi potensi tapak PLTN untuk persiapan program PLTN di Kalimantan Barat, khususnya di wilayah pesisir Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara. 

Dengan berbagai pertimbangan tersebut di atas, kami kemudian mencoba membuat kajian keuntungan dari segi dampak lingungan dan dari segi biaya operasional jika PLTN dibangun untuk melistriki sistem Khatulistiwa. Dasar kajian ini adalah RUPTL PT PLN (Persero) Tahun 2018-2027 dimana proyeksi penjualan energy listrik pada Tahun 2018 sebesar 2,59 TWh dan naik menjadi 5,238 TWh pada Tahun 2027. 

Analisa dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak EnergyPlan yang dikembangkan oleh Sustainable Energy Planning Research Group Universitas Aalborg. Selain itu, kami juga menggunakan BalmorelLite (http://www.balmorellite.dk/) yang dikembangkan oleh EA Energy Analyses untuk Danish Energy Agency sebagai pembanding.

Dari hasil analisa diperoleh emisi CO2 di Kalimantan Barat dari sektor pembangkit listrik 4.163 Juta Ton dengan skenario pembangkit sebagaimana yang tertuang dalam RUPTL. Namun jika salah satu unit PLTU dengan kapasitas 100 MW digantikan dengan PLTN dan beroperasi pada Tahun 2027, maka nilai tersebut berkurang menjadi 3.998 Juta Ton. Suatu nilai yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% di tahun 2030 dengan usaha sendiri atau sebesar 41% dengan bantuan internasional sebagaimana disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada COP-21 di Paris.

Dari segi biaya, berdasarkan perhitunga EnergyPlan diperoleh total biaya untuk Tahun 2027 jika berdasarkan skenario RUPTL adalah sebesar 8,965 Trilyun Rupiah, dan jika dengan Skenario PLTN, biaya tahunannya sebesar 8,672 Trilyun Rupiah. Dengan demikian diperoleh penghematan biaya tahunan sebesar 300 Milyar Rupiah dengan mensubtitusi satu unit PLTU menjadi PLTN 100 MW.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun