Mohon tunggu...
Pelupessy Is
Pelupessy Is Mohon Tunggu... Penulis - is pelupessy

teruslah menulis, jika itu melenyapkan sunyi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepak Bola, Politik dan Warna-warni di Dalamnya

14 April 2018   00:19 Diperbarui: 16 April 2018   10:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
periolahraga.blogspot.com

Sepakbola bukan Cuma soal tiki-taka, kick and rush atau catenaccio dan berbagai taktik yang mengisinya, banyak juga harmoni yang tumbuh seiring dengan perkembangan yang ada, salah satunya seperti politik. Tak heran sepak bola dan politik pun bagaikan dua sisi mata uang, yang ditakdirkan tak akan pernah berpisah. 

Seperti yang terjadi beberapa hari lalu di Celtic Park Stadium. Ada hal unik yang terjadi di tribun penonton stadion yang berkapasitas tidak kurang dari 60 ribu penonton, pendukung setia Celtic FC tersebut membawa dan mengibarkan bendera Palestina sebagai rasa simpati mereka terhadap konflik yang merengut sejumlah korban.

Seperti yang dilansir BolaSport.com dari akun Twitter @Liam_O_Hare, berkibarnya bendera-bendera Palestina di pertandingan tersebut dimaksudkan sebagai bentuk solidaritas mereka untuk korban yang ada di Gaza. Bagi Celtic ini kali kedua solidaritas kepada Palestina ditunjukan, bahkan di 2016 solidaritas ini berbuah denda, namun itu tidak menyurutkan atas dukungannnya kepada Palestina. Bukan tanpa sebab Celtic mendemonstrasikan rasa cinta mereka akan kasus Palestina, sejarah berdarah-darah catatan klubnya yang dikenal sebagaia kaum republiken seteru Rangers klub sekotanya, bisa jadi ini menjadi pemicu rasa solidaritas sebagai kaum yang termarginalkan.

Sebagai olahraga yang paling banyak digemari masyarakat di seluruh dunia, sepakbola seakan  mendapat tempat utama sebagai ruang rindu dibanding cabang olahraga lainnya dalam mengekspresikan uneg-uneg bahkan jati diri, untuk menjadi pesan keseluruh dunia, aksi-aksi yang ditunjukan para supporter yang murni ini kini mewabah seiring dengan berlarutnya persoalan di Palestina dan kasus-kasus kemanusiaan lainnya, dan Indonesia pun tak luput oleh aksi serupa, seperti aksi bobotoh Persib terhadap kasus Rohingya hingga berbuntut sanksi. 

Kenyataan ini bukan tanpa sebab Mengutip Christian Bromberger, sepak bola menggambarkan relasi sosial manusia. Dalam sepak bola, dapat ditemukan semua perasaan manusia; bahagia, menderita, benci, cemas, kepuasan dan ketidakadilan, bahkan, bahagia dan tragedi dapat berubah dengan cepat dan tiba-tiba. Inilah mengapa orang menyukai sepak bola. (Bainvel: 2005).

Singgungan antar politik dan sepakbola bisa menerpa siapa saja dan dimana saja bukan hanya dalam bentuk komunal bernama supporter, jika itu menyangkut idelisme dan nasionalisme seseorang, seperti yang dialami Gerard Pique yang menjadi bahan bullyan atas sikap politiknya dengan masyarakat Spanyol yang anti kemerdekan Catalunya. 

Seperti dikuti prezky Adityawanto dari FourFourTwo, Pique berujar "Politik menyebalkan, tetapi mengapa saya tidak bisa mengekspresikan diri saya?" katanya saat membeladiri atas sikapnya yang secara terbuka mendukung pengambilan suara referendum, "Saya mengerti mereka (para pemain) yang tidak ingin mengatakan apa-apa. Kami adalah pesepakbola, tapi kami juga orang-orang biasa. mengapa seorang jurnalis atau seorang mekanik bisa mengekspresikan diri mereka, tetapi pesepakbola tidak boleh?"

Natakusumah (2009) menyatakan bahwa saat pertama kali sepak bola modern digagas dan kemudian disebarluaskan oleh orang Inggris ke segala penjuru dunia, mungkin tak ada yang mengira kalau suatu saat nanti sepak bola akan menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan di dunia ini. Sepak bola mungkin hanya sebuah permainan, namun efek dari permainan tersebut telah jauh merasuk ke bidang-bidang lain seperti sosial keagamaan, teknologi informasi, hiburan, politik, dan bahkan ekonomi.

Kepopuleran sepakbola bukan hanya mempopulerkan para pemainnya, bahkan kepopuleran sang pemain bisa melebihi presiden di negaranya tapi efek yang ditimbulkan mempengaruhi banyak aspek  bukanlah persolaan yang tidak bisa dianggap sepele. Apakah karena sepakbola menunjukan rasa solidaritas antara pemain, pembagian tugas dengan strategi kerja sama secara  kolektif dan bukan karya individu semata, hingga sepakbola dianggap sebagai simbol harapan publik, Wallahu Alam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun