Mohon tunggu...
Isnawati Adib
Isnawati Adib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Gizi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pangan Fortifikasi: Apakah Menyehatkan?

26 Mei 2022   17:41 Diperbarui: 26 Mei 2022   17:50 1821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @lokapombuleleng


Saat membaca kemasan suatu makanan, kalian mungkin pernah menjumpai istilah 'difortifikasi' yang disertai dengan suatu zat gizi tertentu. Biasanya istilah ini dapat ditemukan pada produk sereal, susu, tepung, beras, dan minyak goreng. Akhir-akhir ini fortifikasi pangan juga sudah banyak dilakukan baik itu dari pemerintah maupun dari produsen makanan secara sukarela, seperti bumbu-bumbu masak, roti, teh bahkan makanan anak-anak, bubur difortifikasi misalnya.
Akan tetapi, apakah kalian tahu apa maksud dari 'difortifikasi' tersebut?. Menurut WHO (World Health Organization), fortifikasi pangan merupakan penambahan zat gizi makro ataupun mikro yang tidak ada secara alami pada bahan pangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dengan tujuan meningkatkan kandungan zat gizi dan menambah manfaat bagi kesehatan. Zat gizi yang ditambahkan pada pangan dapat terdiri dari satu, dua ataupun lebih dari dua kandungan zat gizi. Contoh pangan yang sudah difortifikasi di Indonesia, misalnya penambahan zat besi pada tepung terigu, penambahan vitamin A pada minyak goreng dan penambahan yodium pada garam. Fortifikasi ini dilakukan sebagai intervensi permasalahan gizi yang tengah dihadapi yaitu anemia, stunting, dan gangguan akibat kekurangan yodium. Namun, banyak orang yang beranggapan bahwa penambahan suatu zat secara tidak alamiah pada makanan akan menyebabkan makanan tersebut berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi. Lantas, apakah pangan fortifikasi ini menyehatkan atau justru memberi dampak buruk bagi kesehatan? Dalam tulisan ini saya akan mengungkapkan sudut pandang saya terkait masalah ini.
 Sejauh pemahaman saya, dalam melakukan fortifikasi atau penambahan zat gizi dalam suatu produk pangan tentunya sudah melewati standardisasi regulasi kebijakan yang berlaku yaitu berdasar pada SNI (Standar Nasional Indonesia). Artinya, telah dilakukan analisis dan pertimbangan sebelum pangan difortifikasi dan diperkenalkan secara luas di masyarakat. Contohnya penerapan kewajiban SNI pada fortifikasi garam beryodium dan tepung terigu sebagai bahan makanan yang umum dikonsumsi. Selain itu, pada dasarnya fortifikasi pangan ini bertujuan untuk memperkaya kandungan gizi pada suatu makanan yang tidak dikandungnya dan mengembalikan zat gizi yang hilang saat proses pengolahan sehingga dengan adanya fortifikasi pangan dapat mempertahankan kandungan gizi dalam pangan dan dapat memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan tubuh.
Meskipun demikian, terlepas dari berbagai dampak positif yang ditawarkan, pangan difortifikasi juga memilki kekurangan. Biasanya bahan pangan difortifikasi sudah mengalami berbagai tahapan pengolahan dan telah dikemas sehingga dengan proses tersebut terjadi penambahan kandungan gula, lemak dan natrium di dalamnya. Di samping itu, juga risiko kelebihan asupan vitamin dikhawatirkan terjadi pada anak-anak akibat terlalu sering mengonsumsi makanan hasil fortifikasi atau mengonsumsi pangan fortifikasi yang tidak sesuai dengan porsinya sehingga dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatannya. Hal ini juga telah dilaporkan sebelumnya dari penelitian Kelompok Kerja Lingkungan (EWG), bahwa banyak makanan difortifikasi yang mengandung kadar vitamin tidak sesuai untuk anak-anak.
 Kelebihan asupan zat mikro juga dikhawatirkan terjadi pada orang dewasa terutama saat mereka rutin mengonsumsi suplemen vitamin A, misalnya. Kelebihan mengonsumsi suplemen vitamin A dapat mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan seperti kerapuhan tulang pinggang pada lansia dan mempengaruhi perkembangan janin bagi ibu hamil.
Dari berbagai dampak yang ditimbulkan dari fortifikasi pangan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pangan difortifikasi dapat memberikan dampak positif bagi tubuh jika dikonsumsi dalam batas wajar atau dalam pola makan yang tepat sehingga dapat menunjang kesehatan yang optimal. Namun, mengonsumsi pangan difortifikasi bukanlah satu-satunya kunci kesehatan tubuh, maka dari itu perlunya mengonsumsi pangan yang beragam dari sumber alami dengan jumlah seimbang atau sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun