Mohon tunggu...
isnani rachmawati
isnani rachmawati Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru pembelajar

Seorang ibu rumah tangga yang juga seorang guru dan senang jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merekonstruksi Pemikiran Ki Hajar Dewantoro

11 September 2022   13:55 Diperbarui: 11 September 2022   13:55 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain pemikiran tersebut, Ki Hajar Dewantoro juga menyakini adanya kerjasama yang baik antara orang tua, guru (sekolah), dan masyarakat dalam bidang pendidikan akan mampu memaksimalkan potensi diri seorang peserta didik. Orang tua meskipun sudah menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah tidak serta merta langsung memasrahkan sepenuhnya kepada sekolah. Demikian juga guru (sekolah) harus selalu mengomunikasikan segala kebijakan yang diambil dengan orang tua. Selanjutnya, masyarakat sebagai agen pengawas yang seyogyanya terus bekerja sama mewujudkan pendidikan yang baik untuk peserta didik. Hal ini juga diwujudkan dengan adanya prakarsa aktif masyarakat untuk membantu jalannya pendidikan. Sehingga, keberadaan ketiganya saling menguatkan satu sama lain demi terwujudnya pendidikan yang baik.  

Semua pemikiran Ki Hajar Dewantoro tersebut akhirnya memunculkan tiga semboyan yang selalu menjadi pedoman bagi para pendidik. Ketiganya yaitu ing ngarso sung tuladha yang diartikan bahwa seorang pendidik selalu memberikan teladan yang baik untuk diri sendiri, keluarga, peserta didiknya, dan masyarakatnya. Teladan ini tidak hanya ketika berada dalam lingkungan pendidikan/ sekolah saja melainkan tercermin dalam kehidupan sehari-hari seorang pendidik.

Semboyan kedua berbunyi ing madya mangun karsa. Semboyan ini berarti jika seorang pendidik haruslah mampu membangun ide dan semangat. Seorang pendidik juga harus bisa memberikan kebebasan dalam pembelajaran. Ia harus bisa menginysafi bahwa setiap peserta didiknya memiliki keunikan tersendiri yang berbeda satu sama lainnya.  Di sinilah peran membangun semangat. Seorang pendidik harus mampu berhamba pada peserta didik. Kalimat ini bermakna bahwa dalam pembelajarannya, seorang pendidik harus bisa memfasilitasi masing-masing peserta didik dengan segala minat, bakat serta kemampuan diri yang melekat pada setiap peserta didik, bukan memaksakan kehendaknya tanpa menghiraukan keinginan peserta didik bukan pula menganggap peserta didik seperti kertas kosong yang hanya bisa diisi oleh pendidik.

Semboyan terakhir berbunyi tut wuri handayani yang memiliki arti bahwa seorang pendidik tetap memberikan dorongan dan motivasi meskipun peserta didiknya sudah mampu mengembangkan dirinya. Semboyan inilah yang juga bisa kita lihat dalam logo dunia pendidikan kita hingga saat ini.

Pemikiran yang tercetus berpuluh-puluh tahun lalu, jauh sebelum Indonesia merdeka nyatanya terus mengilhami dunia pendidikan hingga saat ini. Tentunya, hal tersebut tetap sesuai dengan kondisi alam dan zaman yang sekarang kita tinggali. Meskipun kita hidup di era disruptive seperti ini, kita harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai postitif bangsa Indonesia agar tetap bisa mengeksplorasi dan mengembangkan potensi diri guna menghadapi tantangan agar bisa tetap bersaing secara global demi mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup. Jadi, perubahan kurikulum memang adalah suatu keniscayaan agar kita terus bisa mengondisikan diri dan tetap berproses mengembangkan potensi diri untuk bisa mengembangkan orang lain demi kebahagiaan bersama.

Yang menjadi pertanyaan adalah sudah sesuaikah pembelajaran yang kita bangun di kelas? Ataukah malah terbalik dan tidak sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantoro, Sang Bapak Pendidikan? Marilah para pendidik, kita merenung sejenak. Sudah tepatkah yang kita lakukan sejauh ini? Jika belum, mari kita bersama-sama memperbaiki pembelajaran agar bisa memujudkan pembelajaran yang memerdekakan pendidik dan peserta didik, demi keselamatan dan kebahagiaan hidup.

Penulis adalah calon Guru Penggerak Angkatan 6 dari Kabupaten Gayo Lues

dok. pribadi
dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun