Mohon tunggu...
Isnandar
Isnandar Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Masih belajar dan tetap belajar dalam melihat, mendengar kemudian merefleksikan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mencair

24 Mei 2019   15:00 Diperbarui: 24 Mei 2019   15:01 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hawa panas menerpa. Merambati rel-rel kereta. Di kejauhan diselasar utara. Terlihat orang-orang berseragam berkumpul. Bergumam mengeluarkan suara-suara tak jelas.

Berdengung. Bagai suara-suara lebah di hutan rimba. Berdengung. Bagai nyamuk dimuka telinga. Suara-suara tak jelas. Menjadi kolektifitas-atas. Pertanyaan menanti jawab.

Dirumah istri resah. Dipeluknya almenak dan telpon genggam. Menanti kabar. Cemas, apakah hari ini. Apa malah lewat lagi.

Datang kabar dari atas. Dibawah hawa panas. Wajah-wajah makin tegang. Semua saling berpandang. Berkata-kata tak ada suara. Dibawah terik matahari. Menanti keputusan-mencair.

Ternyata ! Keputusannya hari ini cair. Hah, hari ini cair ! Alhamdulillah. Kini suara jelas terdengar. Bagai pesan berantai. Semua dalam satu kata. Kebahagian terbayang. Apa-apa yang bakal dibeli. Tuk esok hari raya.

Stasiun Manggarai 23.Mei.2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun