Mohon tunggu...
Isnaini Amin Dakamoli
Isnaini Amin Dakamoli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Antara Alor, Moko, dan Cinta

3 Juli 2019   22:40 Diperbarui: 3 Juli 2019   23:12 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

ALOR atau Alam Lestari Orangnya Ramah, merupakan sebuah pulau yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau ini dijuluki sebagai negeri Nusa Kenari dan disebut pula negeri Seribu Moko. Pulau Alor berada di Nusa Tenggara Timur, Indonesia.  Pulau ini dikenal dengan kebudayaannya dari dahulu hingga sekarang yang masih sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. 

Salah satu kebudayaannya yaitu tarian Lego-lego yang sudah termasuk dalam tarian adat tradisional Nusa Tenggara Timur. Tarian ini biasa dilakukan saat diadakan acara-acara resmi, seperti penyambutan pejabat negara, pembukaan lomba, pernikahan, dan masih banyak lagi. Tarian lego-lego dilakukan secara masal, dimana satu sama lain dalam sebuah kelompok tari tersebut bergandengan tangan dan membentuk lingkaran. Sambil menari, mereka juga melantunkan syair pantun dalam bahasa Alor dan diringi oleh alat musik gong, moko, dan tambur.

Mungkin bagi warga yang berada diluar pulau Alor pasti bingung apa itu moko?.

Moko merupakan sebuah alat musik yang mirip dengan gendang dan merupakan hasil dari kebudayaan jaman perunggu yang sudah sangat lama. Moko adalah salah satu peninggalan budaya pra sejarah Dongson di Vietnam Utara, kemudian menyebar di berbagai wilayah di Asia Tenggara, dan salah satu tempat yang paling banyak ditemukan moko adalah di Alor ini. Umumnya bentuk moko di Alor tergolong nekara tipe panjang dengan bentuk dasar lonjong seperti gendang dengan berbagai ukuran. Untuk ukuran pada umumnya bervariasi dari yang kecil sampai yang paling besar, moko memiliki 4 telinga yang berfungsi sebagai pegangan. 

Pola hiasannya tergantung zaman Pembuatan, bila diperhatikan dengan seksama bentuknya mirip dengan benda-benda perunggu di pulau Jawa pada masa kerajaan Majapahit. Bahkan moko juga memiliki peranan penting bagi masyarakat Alor, yaitu kepemilikan terhadap jumlah dan jenis moko tertentu dapat menunjukkan status sosial seseorang. Misalnya moko Malei Tana dan moko Malei Itkira, apabila memiliki kedua moko ini biasanya dianggap terpandang dan dan memiliki status sosial yang tinggi. Bahkan, jika memiliki keduanya maka akan memiliki pengaruh dalam kepemimpinan masyarakat Alor.

Selain tarian lego-lego, ada pula kebudayaan di pulau Alor yang masih dilakukan hingga sekarang, yaitu kebudayaan adat tradisi pernikahan. Moko juga mempunyai fungsi lain, selain sebagai alat musik, moko juga digunakan sebagai mahar atau mas kawin, karena moko dapat mengikat pernikahan. 

Mahar atau mas kawin merupakan harta benda berharga yang diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita sebagai syarat pernikahan. Menurut seorang ahli, G.A. Wilken (dalam Hadiasman Antara_Cinta_Prestise_dan_Miskonsepsi) ia beranggapan bahwa "mas kawin bukanlah harga pembelian melainkan suatu silih, sehingga bisa dikatakan bahwa mas kawin adalah keseluruhan prosedur penyerahan barang yang oleh adat telah ditentukan untuk diserahkan oleh pihak pria kepada pihak wanita sesuai dengan lapisan dan kedudukan sosial masing-masing."

Setiap jenis moko memiliki nilai yang berbeda-beda, apabila diuangkan bisa mencapai 15 juta rupiah, bernilai sedang 8 juta rupiah, dan bernilai rendah 3 juta rupiah. Apabila pihak keluarga pria tidak memiliki jenis moko yang dimaksud, mereka bisa memakai milik orangtuanya, tetapi kalau orangtuanya juga tidak memiliki jenis moko yang dimaksud maka mereka harus mencarinya sampai dapat, misalnya meminjam kepada ketua adat.  

Namun bagi masyarakat Alor, moko tak bisa diukur dengan uang berapa pun jumlahnya karena sekali lagi moko mempunyai kedudukan dan nilai tersendiri dalam pergaulan sosial masyarakat. Peminjaman ini pun tidak gratis karena pihak keluarga pria harus menggantinya dengan sejumlah uang yang cukup besar sebagai jaminan atas moko yang dipinjam. Jenis moko yang digunakan untuk melamar gadis tergantung dari permintaan keluarga dari gadis. 

Keluarga mempelai laki-laki diperbolehkan untuk melakukan tawar menawar atau negosiasi. Setelah terjadi negosiasi antara kedua keluarga mempelai maka akan terjadi kesepakatan tentang jenis moko yang akan diserahkan. Pada umumnya moko dengan nilai tinggi digunakan untuk melamar gadis dari keluarga keturunan raja atau dari status sosial tinggi. Namun, seiring perubahan jaman, pekerjaan dan latar belakang pendidikan gadis juga bisa menjadi pertimbangan untuk diberikan moko dengan nilai tinggi meskipun gadis bukan keturunan raja. Selain itu orang tua yang anak sulungnya akan dilamar, mereka akan meminta jenis moko yang lebih mahal dari jenis moko yang lain.

Bagi pembaca yang tinggal diluar pulau Alor yang penasaran ingin melihat seperti apa bentuk dan jenis-jenis moko bisa datang ke Museum 1.000 Moko di Jl.Diponegoro, Kalabahi, Alor, provinsi Nusa Tenggara Timur. Bagi kaum pria yang mungkin sedang jatuh cinta dengan gadis Alor, dan mungkin sedang mengincar gadis Alor, anda harus menyiapkan moko sebagai mahar atau mas kawin. Walaupun jumlah moko di Alor sangat banyak, tetapi tidak mudah untuk mendapatkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun