Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - editor lepas dan bloger penuh waktu

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belajar Bersama Kuncinya, Bukan Mengajari Belaka

2 Mei 2021   18:15 Diperbarui: 2 Mei 2021   18:27 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Libatkan anak dalam aktivitas nyata di masjid, bukan hanya mengajari mereka. (Foto: dok. pri)

Hari ini puasa Ramadan genap memasuki hari ke-20. Alhamdulillah, sudah terlewati dua pertiga Ramadan, menyisakan 10 hari terakhir yang menuntut kita bersemangat lebih tinggi untuk dapat menuntaskannya. Sudah bukan rahasia lagi, detik-detik menjelang lebaran justru momen yang menantang. Orang-orang yang semula berpuasa begitu mudah tumbang entah karena sakit atau godaan lain. 

Kemarin saat menyusuri sebuah jalan tak jauh dari alun-alun kota untuk membeli masker baru, tampak pemandangan yang tipikal. Motor berderet terparkir sampai luber ke jalan karena pembeli menyemut di sebuah pusat perbelanjaan. Yang berpuasa bisa saja batal karena cuaca panas, yang mestinya bisa bertilawah bisa tergoda menghabiskan waktu di luar yang mungkin unfaedah. Ini memang godaan yang nyata, kita terfokus pada lebaran, bukan pada meningkatkan intensitas ibadah. Dalam hadis disebutkan Rasulullah akan menyemangati keluarganya untuk berjibaku menjelang lebaran karena Ramadan akan segera pergi.

Demi memanfaatkan momentum langka seperti itu, kami sekeluarga selalu berusaha meluangkan waktu untuk belajar bersama. Sejak awal Ramadan sampai kini, belajar menjadi bagian penting dari aktivitas berpuasa. Jika ditanya bagaimana cara mengajarkan ibadah kepada anak-anak, termasuk ibadah berkaitan dengan Ramadan, maka jawaban saya sederhana: kurangi aktivitas mengajari belaka dan lebih fokuslah pada kegiatan belajar bersama. 

1 | Belajar dengan praktik bersama

Cara utama dana pertama adalah mengajak anak-anak beraktivitas ibadah secara nyata di masjid atau tempat yang relevan. Misalnya saya ingin kedua anak kami tertib shalat wajib dan rajin shalat sunnah, maka kami tak segan mengajak mereka serta ke masjid yang mereka sukai. Selain menemukan tempat yang nyaman, mereka akan menyerap energi positif dari setiap kegiatan. Ketika saya menghendaki agar anak belajar beriktikaf di masjid, ya saya tawarkan mereka kegiatan itu sebagai ibadah yang menarik. Mereka bisa mengisi waktu di masjid dengan membaca buku favorit mereka.

Membaca buku di sela ibadah fardhu, sangat seru dan tak terlupakan. (Foto: dok. pri)
Membaca buku di sela ibadah fardhu, sangat seru dan tak terlupakan. (Foto: dok. pri)

Show, don't tell, itulah yang saya coba terapkan. Anak-anak tak ingin diatur terlalu ketat atau selalu digurui. Mereka bukan kertas kosong, meminjam spirit pendidikan Ki Hajar Dewantoro. Mereka perlu mendapatkan contohl lewat keterlibatan aktif orangtua, bukan sekadar perintah berbusa-busa dengan ancaman yang berbahaya. Saat saya mau mereka teratur membaca Al-Qur'an, saya awali dengan meraih mushaf terlebih dahulu lalu membaca dan mereka ikuti.

Menggunakan hadis, saya kisahkan dengan menarik betapa pembaca Al-Qur'an menjadi salah satu golongan yang dirindukan surga. Dari sanalah muncul diskusi dan pertanyaan yang bisa kami cari bersama, baik lewat buku maupun Googling. Saya tak pernah menjamin mampu menjawab semuanya, tapi berjanji berusaha untuk menemukan bersama-sama.

Membaca Quran butuh latihan dan ketelatenan. (Foto: dok. pri)
Membaca Quran butuh latihan dan ketelatenan. (Foto: dok. pri)

Kenikmatan mendidik anak soal ibadah bukanlah pada kesuksesan memerintahkan mereka, tetapi pada proses yang dijalani bersama sebab bonding bisa terjalin lewat komunikasi nyata. Ingatlah ungkapan yang sudah sangat populer: harus mau menjalani proses agar mencapai progres. Kita sebagai orangtua mesti sabar memandu mereka, tidak menyuruh melulu. Memandu berarti kita harus lebih dulu menunjukkan teladan untuk ditiru.

 2 | Baca buku semakin seru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun