Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Lisan dan Pena Terbelenggu

27 Maret 2025   17:46 Diperbarui: 27 Maret 2025   17:46 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ketika Kita banyak membaca dan mendengar maka otak kita penuh dan membludak. Ingin rasanya Kita menumpahkan apa yang ada di otak ini dalam bentuk tulisan atau lisan dan kepada siapa isi otak ini kita tumpahkan. Kita coba ungkapkan kepada orang terdekat dan tiba-tiba timbul rasa takut kalau apa yang Kita ungkapkan akan menyakiti atau tidak berkenan bagi mereka. Demikian pula bila kita coba tumpahkan dalam bentuk tulisan, timbul rasa malu bila tulisan itu terbaca oleh orang lain. Apalagi bila tulisan itu berupa aib diri sendiri.

Kesulitan dalam berkomunikasi ini memang Saya rasakan sejak kecil. Kesulitan untuk mengungkapkan ide-ide atau apa saja yang ingin disampaikan. Saya terkadang takut apabila apa yang Saya katakan tidak sesuai atau cocok dengan pikiran orang lain, apalagi bila orang lain menanggapi negatif apa yang Saya sampaikan. Langsung saja Saya akan menarik diri dan tidak percaya diri untuk memberikan umpan balik.

Waktu Saya sekolah, seringkali Saya berusaha untuk memberikan pendapat untuk ikut berdiskusi, namun halangan takut dan malu menyampaikan sehingga baru bisa menyampaikan ketika detik-detik terakhir bahkan gagal untuk menyampaikan pendapat tersebut. Padahal Saya yakin untuk bisa menjawab atau mengutarakannya dengan baik. 

Saya akan gemetar dan detak jantung berdegup cepat untuk mulai mengangkat tangan karena dorongan untuk menyatakan pendapat, dan apabila sudah dipersilahkan pikiran akan kosong dan gugup sehingga tidak tahu apa yang akan disampaikan.

Demikian halnya ketika kuliah, Saya hanya akan menyampaikan pendapat kalau ditanya oleh dosen. Tapi Saya yakin bahwa apa yang Saya sampaikan benar, begitu pula bila Saya tidak yakin akan jawaban maka Saya lebih baik tidak berpendapat sama sekali. Saya kadang suka iri dengan teman yang percaya diri walaupun kelihatannya tidak meyakinkan pendapatnya benar tapi diungkapkan dan ditanggapi dosen suatu yang benar.

Kesulitan untuk menyampaikan pendapat ini sempat menghambat selesainya tugas akhir perkuliahan. Karena takut menyampaikan hasil penelitian dan progres laporan sempat membuat takut untuk beraudien dengan dosen sehingga laporan karya ilmiah menjadi terbengkalai. Tidak tahu apakah apa yang Saya tulis benar atau salah, namun apabila diungkapkan juga takut tulisannya tidak sesuai dengan standar yang berlaku. 

Hingga akhirnya timbul tekat dalam hati untuk menyampaikan hasil pekerjaan sementara walaupun akan dianggap salah. Saya harus menerima penilaian dosen atau rekan-rekan sampai Saya tahu bahwa apa yang Saya sampaikan itu jelas benar salahnya. Dan memang setelah Saya sampaikan ternyata tidak sesuai dan banyak menerima masukan dari dosen tersebut. Memang terasa pahit, tapi kelanjutan progres penulisan ilmiah menjadi lebih jelas.

Ingat sekali pesan dosen tersebut adalah agar Saya belajar untuk memperbaiki komunikasi lisan Saya agar dapat mengungkapkan ide-ide dengan baik dengan banyak berlatih. 

Terkadang Kita harus menulikan diri dalam menerima pendapat orang lain tentang kita ketika kita menyampaikan pendapat. Hal ini Saya alami ketika dalam masa bekerja. Saya mengalami penolakan ide-ide yang Saya sampaikan dari rekan-rekan dengan alasan ide-ide yang Saya sampaikan tidak cocok dilakukan di tempat tersebut. Dan Saya memilih tidak melawan dan mengikuti pendapat mereka, namun beberapa waktu kemudian mereka merasakan dan mulai menerima ide-ide tersebut.

Seringkali Saya menyampaikan ide dengan ketidak yakinan pendapat Saya akan diterima, namun setidaknya dengan menyampaikan pendapat tersebut otak kitu tidak terlalu penuh.

Seringkali saudara-saudara Saya menganggap Saya tidak akan menjadi apa-apa karena kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan yang kurang. Namun karena Saya terus belajar melalui sekolah atau kegiatan lainnya, Saya sedikit demi sedikit bisa memperbaiki kemampuan berkomunikasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun