Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bekerja dengan Harga Diri

17 April 2022   06:16 Diperbarui: 17 April 2022   06:20 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Harga diri mungkin sudah banyak dilupakan manusia jaman sekarang. Terlalu mengugungkan harga diri bisa membuat kita lapar dan miskin, itu mungkin kebanyakan pendapat manusia jaman now. Tapi tidak dengan teman ngobrol saya kali ini, walaupun berprofesi sebagai sopir pengangkut bunga ke jakarta.

Sambil menunggu motor saya selesai dicuci, beliau mengisahkan pekerjaannya sebagai sopir pengangkut bunga ke pasar rawa belong Jakarta. Berangkat malam  ke jakarta dan pulang  di pagi hari. Rupanya bisnis bunga potong belum pulih betul. Harga bunga di jakarta ternyata dihargai  murah, sedangkan modal untuk berkebun bunga cukup besar. Seperti membuat saung, membeli bola lampu dan modal lainnya. 

Sebagai seorang sopir tentunya beliau tidak terpengaruh gejolak harga bunga potong. Sopir dibayar sesuai dengan tugasnya, dan tentunya juragan yang menjual bunganya yang merasakan naik turunnya harga bunga. 

Sopir tidak tahu rasanya untung atau rugi dari penjualan bunga. Namun beliau sebagai sopir tidak mau mendengar dan melihat juragannya marah di depannya. Terserah mau marah karena harga bunga turun, tapi jangan di depannya. Itu prinsip yang dikemukakan kepada majikannya.

Beliau memberikan tips kalau mempekerjakan orang. bila mempekerjakan orang yang perlu diperhatikan kebutuhannya adalah perutnya. Karena ia tak mau bekerja kepada orang yang pelit. Soal gaji itu soal yang lain. Bagi beliau, apabila kita mempekerjakan orang dengan memperhatikan kebutuhan perutnya, maka Allah SWT pun akan memberikan kemudahan rizki baginya. 

Beliau bercerita bahwa beliau pernah merasakan punya usaha yang maju. Beliau berdagang mie ayam dan masakan lainnya dengan mempekerjakan pegawai sampai tujuh orang. Beliau selalu memperhatikan anak buahnya untuk makan sampai sehari bisa memakan beberapa liter beras. Tapi usahanya berjalan lancar sampai bisa menjual gorengan sampai 700 buah perhari. 

Roda kehidupan berputar, beliau ada masalah dengan keluarga sampai isterinya justru lebih memilih bekerja di luar negeri. Dan beliau akhirnya berpisah dan kehidupannya harus dimulai dari nol lagi. 

Kehidupan yang sulit ia alami sampai ia dengan isterinya tak punya beras untuk di makan, tak ada uang sama sekali. Tapi pertolongan Allah SWT, ada yang memberikan makanan. Dan beliau merasa dengan pertolongan itu ada suka dukanya. Sukanya beliau mendapatkan bantuan untuk hidup, sisi lainnya ia merasa harga dirinya sangat lemah dengan bantuan itu. 

Dengan ketekunan dan kerajinannya menekuni usaha menanam bunga ke poly bag, membuat yang punya kontrakan merasa terkesan dan membebaskan biaya kontrakan dan mengajak usaha bunga. Usahanya semakin berkembang. Namun keluarganya yang mengetahui kondisi beliau, akhirnya malah mengajak pulang ke rumahnya dan usahanya terputus lagi.

Baginya usaha akan maju kalau kita bisa berbuat baik kepada keluarga terutama orang tua, kemudian berbuat derma kepada guru ngaji dan menyantuni anak yatim serta orang tua jompo. Karena hal itu terbukti ketika beliau maju usahanya. Dan rumus itu ingin juga dipakai lagi sekarang, namun kondisnya belum memungkinkan.

Menurut beliau, banyak masyarakat sekitarnya yang memerlukan bantuan dan merasa heran bantuan-bantuan pemerintah masih banyak yang tidak tepat sasaran. Padahal bantuan pemerintah itu bukan uang pribadi, tapi kenapa yang dapat itu orang-orang yang tidak tepat. Terdapat anak-anak yatim, orang-orang jompo dan kurang mampu berada disekitar tempat tinggalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun