Tiang lampu di pinggir jalan kian menyorot
Teringat pertama kali kita di pertemukan oleh semesta
Memang, semesta mempunyai rencana yang luar biasa
Tanpa di sadari kita menjadi dua manusia yang bisa dibilang sedekat nadi
Aku terjebak dalam keadaan ini
Kau memberikan badai dalam hidupku
Kau pula yang memberikan pelangi setelah badai itu
Tetapi, warna pelangi itu hanyalah semu yang di rasakan
Hilang tersalip oleh awan-awan biru yang menderu-deru
Ingin sekali lari dan lari dari keadaan ini
Aku yang terus menerus rela menjadi rumah untukmu pulang dan mendengar keluh kesahmu itu
Dengan biadab nya kau hanya menganggapku sebagai peran pengganti
IsnaÂ
Tegal , 1 desember 2020
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!