Sejarah Kopi Liberika di Kalimantan Timur menurut Slamet Prayoga (Yoga) sebagai Founder Komunitas Petani Kopi (Kanopi) Kaltim, yang juga mendedikasi hidupnya untuk Liberika: Pada tahun 1977, kopi Liberika juga hadir di Kecamatan Sepaku seiring dengan program transmigrasi. Program transmigrasi ini memiliki peran signifikan dalam penyebaran kopi Liberika di Kalimantan Timur, di mana para peserta transmigrasi membawa bibit kopi dan pengetahuan budidaya dari daerah asal mereka. Kopi Liberika juga terdapat di semua kabupaten di wilayah di Kalimantan Timur, seperti Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara, Kutai Barat, Kutai Timur, Paser, Mahulu, Berau, Balikpapan dan Kota Samarinda. Popularitas kopi Liberika yang terus meningkat menunjukkan potensi besar komoditas ini di pasar lokal maupun internasional, beberapa faktor yang mendukung hal ini:
Pertama: Keunikan Rasa dan Aroma Kopi Liberika, menawarkan pengalaman yang khas bagi para penikmat kopi. Aroma Liberika yang kuat dan khas juga menjadi daya tarik tersendiri, membangkitkan selera dan memanjakan indra penciuman. Keunikan ini menjadi nilai jual utama Liberika, menarik minat konsumen yang mencari pengalaman baru.
Kedua: Ketahanan Kopi Liberika terhadap Hama dan Penyakit, dibandingkan dengan jenis kopi lain, Liberika lebih kuat dan tidak mudah terserang hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen. Hal ini tentu saja menguntungkan para petani kopi karena mengurangi risiko gagal panen dan biaya produksi. Dengan demikian, investasi pada budidaya Kopi Liberika menjadi lebih aman dan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Ketiga: Kemampuan Tumbuh yang Baik, Kopi Liberika terbukti mampu tumbuh dengan sangat baik di Kalimantan Timur. Mayoritas wilayah Kalimantan adalah dataran rendah, dan di desa Pangempang, kopi Liberika mampu tumbuh dengan baik di kawasan pantai dan tanah berpasir. Bahkan di lahan marginal dengan perawatan minimal, kopi ini tetap memberikan hasil yang memuaskan, sehingga memudahkan petani dalam pemeliharaannya karena karakter dari kopi liberika ini.
Keempat: Potensi Lahan dan Sistem Agroforestri, Kalimantan Timur memiliki lahan yang sangat luas, baik yang sudah dimanfaatkan untuk perkebunan maupun tanaman kehutanan. Dengan lahan tersebut dapat ditanam kopi liberika dengan sistem agroforestri bersama komoditas lainnya karena sifatnya pohon kopi membutuhan pohon pelindung. Bahkan, lahan bekas tambang juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kopi Liberika, sehingga sekaligus memperbaiki lingkungan dan ekosistemnya.
Kelima: Peluang Pasar di IKN Nusantara dan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan, Kehadiran Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur membuka peluang pasar yang sangat terbuka bagi Kopi Liberika. IKN sebagai pusat pemerintahan, bisnis, dan pendidikan akan menjadi pasar potensial bagi konsumsi kopi, baik untuk kebutuhan lokal maupun nasional, bahkan internasional. Kopi Liberika, dengan kualitasnya yang unggul dan keunikan rasanya, memiliki peluang besar untuk menjadi pilihan utama bagi para konsumen di IKN. Selain itu, pengembangan Kopi Liberika juga dapat mendukung sektor pariwisata, dengan kebun-kebun kopi yang indah dan asri dapat menjadi daya tarik wisata. Dengan demikian, investasi pada Kopi Liberika bukan hanya menguntungkan petani, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan.
Meskipun memiliki potensi besar, pengembangan Kopi Liberika di Kalimantan Timur juga menghadapi beberapa tantangan seperti Infrastruktur jalan penghubung dari kebun ke pasar yang kurang memadai menjadi kendala utama dalam pengangkutan hasil panen. Hal ini dapat menghambat distribusi kopi Liberika ke pasar yang lebih luas.
Pengetahuan Masyarakat yang Terbatas tentang budidaya, pasca panen, dan pemasaran Kopi Liberika masih terbatas. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah provinsi Kalimantan Timur terus berupaya memperluas infrastruktur jalan dan memberikan pendidikan formal melalui sekolah kejuruan pertanian, politeknik, dan fakultas kehutanan dan pertanian. Selain itu, Komunitas Petani Kopi (Kanopi) di Kalimantan Timur juga menyediakan wadah agroforestri di Lok Bahu untuk pelatihan pendidikan formal maupun informal. Dengan semangat pembangunan untuk Ibu Kota Negara (IKN) dan dukungan pemerintah, diharapkan pengembangan Kopi Liberika di Kalimantan Timur dapat terus meningkat dan memberikan manfaat ekonomi serta lingkungan yang signifikan.
Masyarakat Kaltim harus berperan aktif sebagai penggerak ekonomi dari komoditas asli daerah. Mereka dapat membentuk kelompok tani, koperasi, atau usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak di bidang produksi, pengolahan, dan pemasaran dari suatu produk. Dengan bersatu, kita memiliki kekuatan yang lebih besar untuk mengembangkan inovasi dan pengembangan dalam usaha. Petani dalam kumunitas dapat berbagi ide dan pengalaman untuk menciptakan produk baru, meningkatkan kualitas produk, atau mengembangkan teknik pemasaran yang lebih efektif.
Menurut Slamet Prayoga (Yoga) penggiat Agroforestry Liberika Lok Bahu, Dukungan Pemerintah Kalimantan Timur dalam hal ini Pj. Gubernur Kaltim, Akmal Malik, baru-baru ini mengunjungi kebun kopi Liberika di Lok Bahu dan terkesan dengan potensi kopi Liberika sebagai komoditas unggulan daerah. Ia bahkan menyebut lahan di Kaltim yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan batu bara dapat dimanfaatkan sebagai perkebunan kopi. Kunjungan ini disambut baik oleh Yoga, yang ternyata memiliki mimpi yang sama dengan gubernur, yaitu menjadikan kopi Liberika sebagai produk unggulan baru di Kaltim. Yoga berharap dapat segera memanfaatkan lahan bekas tambang untuk dijadikan tempat uji coba budidaya kopi. Dengan dukungan pemerintah dan berbagai pihak, Kopi Liberika diharapkan dapat menjadi investasi masa depan yang berkelanjutan bagi Kaltim, memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi masyarakatnya.